Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lampu Kuning dari Teluk

Sembari menerima inspeksi senjata pemusnah dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Irak mengerahkan seluruh kekuatan tempurnya untuk menyambut serangan Amerika.

24 November 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ente jual, ane beli. Ungkapan ala jagoan Betawi ini tampaknya cocok untuk melukiskan hubungan Amerika Serikat (AS) dan Irak pada hari-hari ini. Amerika "menjual" rencana serangannya ke mana-mana. Sedangkan Irak dalam posisi menunggu. Pekan lalu, tim inspeksi senjata PBB yang dipimpin Hans Blix memang sudah masuk Bagdad. Mereka bergegas mencari senjata pemusnah massal—nuklir, biologi, dan kimia—yang menurut Amerika dimiliki negara itu. Semestinya, kedatangan tim PBB ini bisa meredam suasana. Alih-alih tenang, kedua musuh bebuyutan itu kian memamerkan taring satu sama lain. Pasukan Amerika terus nangkring di Teluk sembari Presiden George W. Bush sedikit-sedikit menghardik bahwa sedikit saja kejanggalan yang ditemui tim inspeksi, "Pasukan kami akan menyerang." Tentu saja Pak Saddam tidak sudi berpangku tangan. Dia memberi perintah agar persiapan baku hantam dengan Amerika disegerakan. Pasukan bersiaga. Perlengkapan militer dipusatkan di Bagdad dan Tirkit—kota kelahiran Saddam. Kawasan bagian selatan dekat Teluk Persia diperkuat untuk menghadapi penerjunan pasukan darat. Sanggupkah Irak menghadapi Amerika? Lupakan sejenak tentang isu senjata kimia dan biologi Irak dan mari kita beralih ke mesin-mesin perang konvensional. Toh, mesin inilah yang dipakai jika baku hantam itu akhirnya terjadi. Perang Teluk pada tahun 1991 memang menorehkan luka yang dalam pada angkatan bersenjata Irak. Tapi tidak mematikannya. Dengan cepat Saddam Hussein membangun kembali pasukannya. Data dari lembaga kajian perang dan peralatan militer, Jane's Weekly Bulletin, menunjukkan bahwa Irak sekarang menjelma lagi menjadi Goliath baru di Timur Tengah. Lusinan rudal Al-Husein hasil modifikasi dari Scud B sudah disiapkan. Kapal induk AS di Laut Tengah bisa menjadi sasaran empuk rudal ini, yang daya jelajahnya kini mencapai 3.000 kilometer, sehingga bisa menjangkau hampir semua kota utama di Timur Tengah. Untuk membombardir pasukan darat musuh, tugas dipercayakan kepada rudal Ababil-100, yang berdaya jelajah 150 kilometer, dan Al-Samoud 140 kilometer. Kalau musuh mendekat, giliran Ababil-50 yang menyengat mereka. Untuk sasaran di laut, ada Nisa 28 dan Exocet AM-39. Di udara mereka telah memodifikasi pesawat latih jenis L-29 buatan Chek, menjadi pesawat tempur tanpa awak untuk membawa rudal-rudal itu. Perkiraan paling moderat, jumlah pesawat tempur Irak dari berbagai tipe sekitar 300 buah, didominasi jenis Su dan MiG buatan Rusia. Tapi, akibat embargo senjata PBB, yang benar-benar siap perang diperkirakan tak lebih dari 50 buah, itu pun dalam kondisi separuh normal. Namun, kalau AS menjajal perang darat, Irak sama sekali bukan lawan yang mudah. Mereka punya peralatan artileri dan peluncur roket lebih dari 500 pucuk dengan daya jangkau 70 kilometer serta sanggup membawa beban 450 kilogram. Kalau terjadi perang darat di gurun pasir, Irak diperkirakan akan kembali menampilkan primadonanya saat Perang Teluk, yakni tank T-72 buatan Soviet. Sekitar 500 tank yang berjuluk Singa Babilonia ini sudah siap untuk mencegat pasukan Amerika. Untuk menghambat gerakan artileri lawan, Irak akan memakai senjata antitank macam MILAN, yang dapat dipandu lewat komputer. Seluruh artileri darat Irak ini jumlahnya sekitar 2.000 arsenal. Untuk mendukung logistik pasukan, salah satu senjata perang eksotis adalah helikopter. Irak punya Mi-1 dan Mi-2. Meski teknologinya kalah dengan Black Hawk punya Amerika, helikopter tua itu masih sanggup bertempur satu lawan satu. Dan jantung pertahanan darat Irak adalah tentara Garda Republik, pasukan khusus yang dibentuk Saddam. Saat ini jumlah mereka, menurut review dari Jane's World Armies, sekitar 11 ribu orang. Mau tahu perlengkapannya? Tank paling sedikit 800 buah, kendaraan bersenjata besar berjumlah 1.100 hingga 2.260 buah, dan senjata artileri sekitar 500 pucuk. Di luar itu masih ada pasukan reguler yang didukung empat batalion artileri. Pasukan reguler ini dilengkapi tank buatan Soviet jenis T-55 and T-62 yang sudah ditingkatkan kemampuannya. Untuk bertahan, bunker-bunker yang jauh di dalam tanah siap menampung penduduk Bagdad. Alhasil, sulit membayangkan ada kemenangan dalam waktu singkat—jika perang benar-benar meletus. Dua-duanya raksasa, dua-duanya punya pengalaman berperang. Yang celaka adalah negara lain. Jika dua raksasa berlaga, getah pahitnya sudah pasti menciprat ke mana-mana. I G.G. Maha Adi (Jane's World Armies, Jane's Defense Weekly, AP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus