Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam usianya yang sudah mencapai 59 tahun, Junichiro Koizumi jauh dari gambaran politisi senior Jepang. Dengan rambut panjang dan penampilan modis serta bibir yang penuh senyum, Koizumi lebih mirip seorang selebriti flamboyan yang gemar musik opera ketimbang politisi yang gigih. Namun, justru sosok ini yang kini membuat panggung politik Jepang tersengat. Awal April lalu, setelah Yoshiro Mori mundur dari kursi perdana menteri karena skandal keuangannya terungkap, ternyata Koizumi menjadi kandidat yang paling populerdari empat calon lainnyadi antara bekas perdana menteri Ryutaro Hashimoto, Menteri Ekonomi Taro Aso, dan anggota teras Partai Demokratik Liberal (LDP) Shizuka Kamei.
Mungkin karena ia flamboyan, atau mungkin karena ia sering membuat pernyataan yang menggelitik, yang jelas Koizumi menjadi perhatian pers Jepang dan dunia. Ketika masih menjabat menteri kesehatan, Koizumi pernah dihadapkan pada tekanan persoalan mana yang lebih penting: persetujuan pemasaran obat antiimpotensi Viagra atau mengurangi emisi racun dioksin. "Secara pribadi, Viagra," demikian jawab Koizumi saat itu.
Tentu bukan pernyataan unik belaka yang menjadi daya pikat Koizumi. Pandangan barunya dianggap bisa menyelamatkan Jepang dari krisis. Misalnya, ia berulang kali menyatakan pentingnya perampingan birokrasi. Tidak tanggung-tanggung, Koizumi ingin memangkasnya hingga 50 persen. Selain itu, yang paling radikal, ia menginginkan pemilikan dan pengelolaan kantor pos diserahkan pada swasta. Di Jepang, kantor pos dianggap sebagai bank terbesar karena warga menyimpan uangnya di sini, yang jumlahnya mencapai US$ 2,5 triliun, dengan bunga sekitar 0,04 persen. Menurut Koizumi, dana murah ini membuat pemerintah cenderung membuat bujet besar yang tak efisien, sementara di sisi lain menekan investasi dan pembelanjaan konsumen. Topik baru yang tengah diperkenalkan Koizumi kini adalah "mengembalikan kepercayaan rakyat pada pemerintah," katanya, setelah mengomentari kasus yang menimpa Mori.
Tawaran Koizumi ini tentu menonjol dari sikap konservatif LDP. Akibatnya, dia dijuluki henjin alias si nyentrik. Namun, Koizumi punya argumen jitu untuk pernyataannya itu. Selama kantor pos dipegang negara, kecenderungan para pemimpin untuk memanfaatkannya dengan tak bertanggung jawab akan terulang. "Tanpa reformasi struktural, tak akan ada pemulihan ekonomi," kata Koizumi dalam debat terbuka empat calon pekan lalu.
Bagi warga Jepang, konsep ini menarik. Buktinya, dari jajak pendapat yang digelar Televisi Asahi, Koizumi melesat jauh dengan perolehan 65 persen. Di tempat kedua, Hashimoto meraih 17 persen, sementara remah sisanya terbagi hampir rata untuk Aso dan Kamei. Namun, angka-angka ini bisa tak punya makna karena pemilihan yang digelar Selasa pekan depan adalah pemilihan untuk Ketua LDP, yang otomatis akan menjadi perdana menteri karena partai ini menguasai parlemen. Yang akan memberikan suara adalah 346 anggota dewan LDP dengan tambahan 141 suara dari cabang-cabang LDP yang tersebar dalam 47 distrik. Di sini, Koizumi bisa terjegal, karena kekuatan konservatif di LDP masih besar.
Prediksi terbaik, Koizumi bisa meraih 98 suara anggota dewan dari tiga faksi plus mayoritas dari 141 suara cabang. Suara anggota dewan memang akan sulit dijala Koizumi. Selain tidak pintar membujukmenurut pengakuannya sendiriKoizumi juga sering membuat gerah rekan separtai. Misalnya, ia selalu menolak hadiah sekecil apa pun, seperti pemberian cokelat pada hari Valentine yang sudah jadi tradisi. Padahal, pemberian hadiah lekat dengan kehidupan politisi Jepang.
Bergabungnya Koizumi dalam arena pemilihan kini adalah yang ketiga kalinya. Sebelumnya, ia terjun pada 1995 dan 1998. Namun, saat itu Koizumi mengaku bahwa keterlibatannya dalam pemilihan lebih untuk membuka wacana baru, dan juga saat itu pengalamannya dalam persoalan internasional terbatas. Kali ini ia merasa peluangnya lebih besar.
Sandungan terbesar bagi Koizumi akan datang dari Hashimoto. Bekas orang nomor satu ini menguasai faksi terbesar dengan 101 suara, dan sudah beroleh dukungan dari faksi lain yang punya 43 suara. Bagi warga Jepangterutama kalangan mudaHashimoto boleh saja dianggap sosok membosankan. Misalnya, dalam debat, ia menonjolkan 200 hari pertama untuk memperbaiki ekonomi. Namun, arena pertarungan punya bahasanya sendiri. Pilihan pada Hashimoto tentu lebih memberikan rasa aman pada politisi yang sudah nyaman dengan pola tradisional. Koizumi bukan tak sadar akan hal itu. Tak mengherankan bila ia ingin kelak pemilihan perdana menteri dilakukan langsung oleh rakyat.
Hasil akhir ini, menurut pengamat politik Harumi Arima, akan sulit ditebak. Apakah LDP siap berubah? Selasa pekan ini, kita akan segera mengetahui jawabannya.
Yusi A. Pareanom (dari berbagai sumber)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo