Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Perdamaian mulai dirasakan warga Kyiv, ibu kota Ukraina.
Ekonomi coba digerakkan kembali, terutama dari sektor makanan dan minuman.
Wartawan Tempo menyusuri Kyiv sampai ke Bucha, lokasi tewasnya puluhan warga sipil akibat invasi Rusia.
KYIV – Kyiv mulai kembali berdenyut pasca-invasi Rusia. Warga ibu kota Ukraina itu mulai beraktivitas seperti hari-hari sebelum pengeboman, meski dalam keadaan serba terbatas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di jantung kota dengan populasi tiga juta jiwa tersebut, restoran, warung kopi, dan toko grosir mulai membuka lapak dagangan. Pengunjung, baik warga sipil maupun prajurit berseragam loreng, selalu memenuhi kedai-kedai itu untuk bersantap dan berkongko. “Kami mulai menjamu para tamu lagi di restoran dalam sepekan terakhir,” kata Yuriy, pelayan restoran Khachapuri & Wine di Jalan Velyka Vasylkivska, kepada wartawan Tempo, Raymundus Rikang, Ahad, 10 April lalu. Khachapuri & Wine menyajikan masakan Georgia, yang sama seperti Ukraina, merupakan negara pecahan Uni Soviet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Yuriy, restoran tempatnya bekerja belum bisa memberikan pelayanan normal. Pengelola terpaksa menghapus sejumlah masakan dari menu dengan pertimbangan waktu pembuatan yang panjang. Pemerintah membatasi jam operasi warung makan sampai pukul 18.00.
Pembatasan jam buka itu tak menyurutkan animo pengunjung. Pada Ahad itu, tamu Yuriy datang silih berganti. Tak ada meja kosong di restoran tersebut. Saat Tempo datang ke sana, ada seorang pria yang berbicara keras-keras kepada seorang pelayan. Vladyslav Doroshets, warga Kyiv sekaligus penerjemah yang mengantar Tempo, menjelaskan bahwa pria itu bersungut-sungut lantaran sudah menunggu sejam di restoran tapi pesanannya tak kunjung datang.
Milk Bar, restoran di dekat Stadion Olimpiade, Kyiv, juga dijejali tamu—kebanyakan muda-mudi. Begitu masuk ke restoran, tamu antre sepanjang lima baris di lapak yang menyediakan burger, wafel, dan roti panggang tersebut. “Presiden (Volodymyr Zelenskyy) meminta rakyat menghidupkan roda perekonomian setelah perang, dan bisnis kuliner merupakan sektor yang paling cepat bangkit,” ujar Vladyslav.
Reruntuhan Mal Retroville yang hancur dihantam misil di Jalan Pravdy, Kyiv, Ukraina, 9 April 2022. TEMPO/Raymundus Rikang
Keriuhan warga di kedai makanan itu seperti hendak menghapus ingatan peristiwa horor yang mereka alami akibat invasi Rusia. Atas perintah Kremlin, tentara menyerang sejumlah kawasan serta bangunan di Kyiv dan sekitarnya sejak 24 Februari lalu. Jejak kehancuran masih tampak di beberapa titik.
Sebuah apartemen di Lobanovskyi Avenue, Kyiv, memperlihatkan lubang menganga lebar di lantai 17-20. Puing-puing kaca dan beton berserakan di pelataran parkirnya. “Gedung hunian ini termasuk bangunan pertama yang dihantam roket Rusia di Kyiv,” ujar Vladyslav.
Sabtu, 9 April lalu, ekskavator menggaruk reruntuhan apartemen. Sendok raksasa dari alat berat itu meratakan puing-puing. Di sebelah hunian vertikal tersebut berdiri toko grosir Novus. Di belakangnya, ada sekolah internasional Ukrainian Global School. Kedua bangunan itu masih tutup dan tak ada aktivitas warga.
Di Borodyanka, gedung apartemen dan pertokoan hampir seluruhnya hancur. Kota ini berjarak sekitar 70 kilometer di barat laut Kyiv. Seorang polisi yang berjaga di perbatasan Borodyanka mengatakan pasukan Rusia membombardir gedung-gedung di kota tersebut sejak awal April. “Sekarang pasukan militer sedang masuk ke beberapa gedung untuk menyapu ranjau yang mungkin ditinggalkan tentara Rusia,” kata petugas itu.
Persis di gerbang perbatasan tersebut berdiri apartemen sepuluh lantai. Teras dan gerbang bangunannya porak-poranda diterjang artileri pada 2 April lalu. Jelaga hitam tampak menempel di tembok gedung.
Tenda dibangun di alun-alun dekat bangunan tempat tinggal yang hancur akibat penembakan oleh pasukan Rusia di Borodyanka, Kyiv, Ukraina, 10 April 2022. Voitenko Anna/Ukrinform/ABACAPRESS.COM via Reuters
Di tengah Kota Borodyanka, aparat gabungan mendirikan tenda dapur umum. Warga yang kebanyakan merupakan kelompok lanjut usia datang silih berganti. Mereka membawa kantong plastik lalu menyodorkan kepada para petugas yang mengisinya dengan sejumlah barang kebutuhan pokok, seperti gula, roti, dan susu.
Mykola, 74 tahun, mendapatkan roti dan gula dari petugas. Ia menyimpan barang itu di tas selempang berwarna biru. Ia mengatakan akan membangun kembali kehidupannya di Borodyanka, di tengah reruntuhan sebagian besar bangunan di sana. Rumah Mykola termasuk yang masih utuh meski banyak barang berharga di rumahnya hilang. “Ini kampung halaman saya,” ujarnya.
Kondisi Bucha tak lebih baik. Kota yang berjarak hampir 60 kilometer dari Kyiv ini mendunia setelah penemuan kuburan massal warga sipil. Tentara melarang kendaraan masuk, kecuali warga lokal. Tentara memeriksa paspor dan akreditasi jurnalis yang hendak masuk ke Bucha.
Epicentr, pusat belanja kota berpopulasi 29 ribu jiwa itu, hancur dihantam misil. Fasad depan mal runtuh dan gosong akibat terjangan roket pada pertengahan Maret lalu. Tiang-tiang baja berserakan. Saat Tempo tiba di lokasi, Oleksiy Kherchenko sedang mengangkut beberapa material yang masih utuh bersama tiga rekannya. Dia masih bersyukur karena serangan itu tidak memakan korban jiwa. Setelah pasukan Rusia angkat kaki dari Bucha, meski masih merajalela di belahan timur Ukraina, dia hendak menggapai asa. "Saya menyelamatkan barang-barang dagangan kami,” katanya.
RAYMUNDUS RIKANG (KYIV)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo