Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Lebanon dan Hizbullah Setujui Usulan Gencatan Senjata dari AS, Israel Justru Ajukan 3 Syarat

Otoritas Lebanon dan Hizbullah telah menyatakan kesediaan untuk menerima usulan gencatan senjata yang diajukan AS guna setop konflik dengan Israel.

21 November 2024 | 21.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Lebanon dan gerakan Hizbullah telah menyatakan kesediaan untuk menerima usulan gencatan senjata yang diajukan Amerika Serikat guna menghentikan konflik dengan Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, seperti yang dikutip dari Antaranews, pihak Lebanon memberikan beberapa tanggapan terhadap isi proposal tersebut.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ali Hasan Khalil, ajudan Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, mengatakan bahwa tanggapan Lebanon telah disampaikan secara tertulis kepada Duta Besar AS untuk Lebanon pada Senin 18 November 2024. "Ini adalah upaya paling serius untuk mengakhiri permusuhan pada saat ini," kata Khalil, dikutip dari Reuters.  

Ia menegaskan, respons Lebanon mencakup kepatuhan penuh terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 dan seluruh ketentuannya. Meski demikian, Khalil memperingatkan bahwa keberhasilan inisiatif ini bergantung pada respons Israel. "Jika Israel tidak menginginkan solusi, mereka bisa menciptakan 100 masalah," ujarnya.  

Khalil mengkritik Israel yang terus melakukan serangan udara ke Beirut dan wilayah sekitarnya meski pembicaraan sedang berlangsung. "Mereka mencoba berunding sambil menyerang, tetapi ini tidak akan mengubah posisi kami," tegasnya.  

Sementara itu, Amos Hochstein, utusan khusus Presiden AS untuk Timur Tengah, tiba di Beirut pada Selasa 19 November 2024 untuk menerima tanggapan resmi Lebanon. Hochstein sebelumnya menyatakan optimisme bahwa kesepakatan gencatan senjata dapat dicapai sebelum pertengahan Desember.  

Israel Ajukan 3 Syarat

Namun, dalam pernyataannya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengajukan tiga syarat utama untuk gencatan senjata dengan Hizbullah: kelompok tersebut harus menjauh dari perbatasan utara Israel, jalur suplai senjata dari Suriah harus ditutup, dan Israel harus memiliki kebebasan bertindak di Lebanon selatan.  

Sejak 1 Oktober 2024, Israel melancarkan operasi darat terhadap Hizbullah di Lebanon selatan serta serangan udara yang intensif ke wilayah Lebanon. Selain merenggut nyawa pemimpin Hizbullah, konflik ini juga menyebabkan lebih dari satu juta orang mengungsi.  

Menurut otoritas kesehatan Lebanon, lebih dari 3.500 orang telah tewas dan hampir 15.000 lainnya terluka akibat serangan Israel sejak Oktober 2023. Hizbullah, meski mengalami kerugian besar, terus meluncurkan serangan roket ke wilayah Israel.  

Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri sebelumnya membantah klaim bahwa proposal gencatan senjata AS memberikan kebebasan bagi militer Israel untuk beroperasi di Lebanon. Ia menegaskan bahwa syarat tersebut "tidak dapat diterima" dan Lebanon tidak akan berkompromi dengan kedaulatannya.  

Hochstein, setelah bertemu dengan para pejabat Lebanon, menyebut pembicaraan sejauh ini sebagai "konstruktif." Ia optimistis bahwa kesepakatan gencatan senjata berada dalam jangkauan. "Saya berharap dalam beberapa hari mendatang kita akan melihat keputusan tegas," katanya dalam konferensi pers di Beirut.  

Meski demikian, Hochstein menolak memberikan rincian tentang negosiasi. Ia dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati dan sejumlah pejabat tinggi lainnya untuk melanjutkan pembicaraan.  

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus