Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 300 ribu warga Palestina telah kembali ke Gaza Utara menyusul perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas, kata Kantor Media Gaza, Senin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Lebih dari 300.000 orang yang mengungsi dari wilayah gubernuran Gaza selatan dan tengah kembali ke Gaza dan wilayah gubernuran Gaza utara hari ini melalui jalan Rashid (barat) dan Salah al-Din (timur), setelah 470 hari," kata kantor itu dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Anadolu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ratusan ribu warga sipil yang mengungsi mulai kembali ke Gaza Utara pada Senin di bawah perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara gerakan perlawanan Palestina Hamas dan Israel.
Mereka kembali ke wilayah utara dan rumah mereka yang hancur dengan semangat tinggi.
“Dengan kembali, kami menang,” Rania Miqdad, yang kembali ke Kota Gaza bersama keluarganya, mengatakan kepada kantor berita Associated Press (AP) seperti dikutip Al Jazeera.
Sekembalinya bersama istri dan empat anaknya ke reruntuhan rumah mereka, Ismail Abu Mattar berkata, “Tenda di sini lebih baik daripada tenda di sana”, mengacu pada kamp pengungsian yang luas dan kumuh di selatan tempat warga Palestina diperintahkan untuk pindah oleh pasukan Israel.
“Kami mengira kami tidak akan kembali, seperti nenek moyang kami,” kata Abu Mattar kepada AP, menjelaskan bahwa kakek dan neneknya termasuk di antara ratusan ribu warga Palestina yang diusir dari Palestina oleh Israel selama kekerasan yang terjadi saat pembentukan Israel pada 1948.
Pengusiran ini dikenang sebagai Nakba atau malapetaka oleh warga Palestina.
Seorang wanita lanjut usia Palestina yang didorong di kursi roda menyanyikan lagu tradisional Palestina yang berasal dari 1948 saat dia melakukan perjalanan ke utara.
“Berdiri satu sama lain, rakyat Palestina, saling mendukung. Palestina sudah tiada, tapi belum mengucapkan selamat tinggal yang terakhir,” nyanyinya sambil tersenyum.
Ibrahim Hammad, istri dan lima anaknya berjalan kaki selama lima jam menuju lingkungan mereka di Kota Gaza – di mana rumah mereka dihancurkan oleh serangan udara Israel pada Desember 2023.
“Kami harus kembali, bahkan ke reruntuhan,” katanya. “Kami tidak punya rumah, tapi keluarga kami ada di sini, dan kami akan saling membantu.”
Perjanjian gencatan senjata Gaza yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025 itu menghentikan genosida Israel yang telah membunuh lebih dari 47.300 orang Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 111.400 orang sejak 7 Oktober 2023.
Kejahatan Israel dalam perang genosidanya itu juga telah menyebabkan lebih dari 11.000 orang hilang, kerusakan yang meluas dan krisis kemanusiaan buruk yang merenggut nyawa banyak orang lanjut usia dan anak-anak.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November tahun lalu untuk Pemimpin Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan otoritas pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang dilancarkannya di wilayah tersebut.
Pilihan Editor: Israel Larang Pengungsi Palestina kembali ke Gaza utara