KOLONEL Muammar Gaddafi kembali meletup menyulut api
permusuhan di timur Tengah . Sasarannya sekali ini Arab Saudi,
yang dituduhnya menodai kesucian Mekah, hanya karena mengundang
empat pesawat AWACS (Airbone Warning and Control Sistem).
Alasannya ialah pesawat AWACS itu dipiloti oleh orang Amerika.
Ia menyerukan perang suci untuk membebaskan Mekah --kota
tertutup bagi non muslim. Tapi sebenarnya tak ada di antara
pilot Amerika itu yang masuk ke Mekah.
Tuduhan Gaddafi, Kepala Negara Libya, dijawab Arab Saudi
pekan lalu dengan pemutusan hubungan diplomatik kedua negara.
"Kalau yang dikritik Gaddafi hanya keluarga raja atau pemerintah
Saudi, persoalannya akan mudah diselesaikan," kata Raja Khalid.
Tapi "ia telah menaburkan benih perpecahan di antara umat
Islam."
Kehadiran pesawat AWACS di Arab Saudi, awal Oktober, menurut
Raja Khalid, adalah untuk melindungi negerinya dan negara
lainnya di Teluk Persia terhadap kemungki- nan serangan udara
mendadak sebagai akibat perang Irak-lran. Keistimewaan pesawat
AWACS bisa mendeteksi benda terbang--pesawat atau peluru kendali
-- dari jarak 370 km. Keempat pesawat pengamat dengan radar itu
dioperasikan oleh 300 orang Amerika. Pangkalannya dirahasiakan
di suatu tempat di Arab Saudi.
Sebelumnya adalah Irak ( 11 Oktober) yang memutuskan hubungan
diplomatik dengan Libya. Menurut Irak, Libya telah mengangkut
senjata dan pesawat terbang untuk membantu Iran. Gaddafi
membantah tuduhan itu, tapi orang meragukannya. Sebab dalam
telegramnya kepada Raja Khalid, Gaddafi menyebut suatu
'kewajiban Islam' untuk membantu Iran.
Suara Gaddafi memang galak. Ia berani memperingatkan Presiden
Jimmy Carter dan kandidat Partai Republik Ronald Reagan bahwa
kebijaksanaan AS bisa mempergawat keadaan dunia. Dalam kawatnya
kepada kedua tokoh itu -- dimuat sebagai iklan di koran
Washington Post, edisi 23 Oktober -Gaddafi mengatakan
kemungkinan buruk tersebut bisa dihindari jika:
@ AS memindahkan pangkalan militernya dari Muskat, Oman, dan
Somalia.
@ AS menarik kembali pesawat AWACS yang, menurut Gaddafi,
dipergunakan membantu Irak memenangkan perang melawan Iran--dari
Arab Saudi.
@ AS mengakhiri campur tangan di Mesir.
@ Kapal dan pesawat terbang AS menjauhi perbatasan Libya.
Sejak hubungan dengan Libya putus, media massa Arab Saudi
membesar-besarkan kegiatan golongan oposisi terhadap Gaddafi.
Kantor berita Arab Saudi, SPA, melaporkan seorang pejabat Deplu
Libya telah meletakkan jabatan dan menggabungkan diri dengan
kaum penentang. Pejabat itu, menurut SPA, adalah Mohammad Yusuf
al-Moqrif, bekas duta besar di India. "Tak seorang pun di luar
Libya bisa membayangkan kediktatoran, kekacauan, korupsi, dan
kebangkrutan di semua bidang di negeri kami," kata Moqrif. SPA
tidak menyebut di mana dan kapan Moqrif diwawancarai.
Libya di bawah Gaddafi memang sukar ditebak. Distribusi
pangannya tersendat-sendat. Komite Rakyat yang memegang kendali
perekonomian negara, sejak nasionali sasi perusahaan swasta
(1970), gagal memperlancar masuknya kebutuhan pokok tersebut.
Sementara itu pemerintahan Gaddafi tak segan menghamburkan
dollar untuk membantu pemberontakan di negara asing dengan dalih
solidaritas Islam internasional. Bantuan Libya, misalnya,
mengalir ke suku Moro di Filipina Selatan. Libya berpenduduk 2
1/2 juta dengan pendapatan per kapita US$ 6.450--sekitar Rp 4
juta pertahun. Memang banyak uangnya--dari hasil minyak--untuk
dihamburkan.
Hampir tak ada tokoh negara Arab lain yang disegani Gaddafi.
Idolanya adalah almarhum Presiden Gamal Abdel Nasser dari mesir.
Terhadap yang lain hampir tak berbasa-basi. Memanggil Raja
Hassan dari Maroko, Misalnya, cukup ia menyebut: Saudara Hassan.
Tanpa "Yang Mulia" atau hormat lainnya.
Pada usia 27 tahun Gaddafi menggulingkan Raja Idris dari
tahta, 1 september 1969. Selama menjadi kepala pemerintahan
sudah berulang kali ia menuangkan gagasan penggabungan libya
dengan negara tetangganya, seperti Mesir, Sudan, Tunisia, bahkan
pernah melangkah ke Malta. Tujuannya ialah memperkuat front
Revolusioner.Tapi gagasan itu selalu kandas. Orang cemas
terhadap pribadinya Yang suka meletup-letup.
Radio Arab Saudi memberitakan bahwa Gaddafi telah memcari
perlindungan diSebuah pangkalan militer Uni Soviet di daerah
gurun pasir. Mengutip sumber diplomatik di Libya, siaran radio
itu menambahkan bahwa pasukan Soviet telah mengepung pangkalan
militer (pemberontak) di Tobruk dan Tripoli.
Mungkin itu suatu "Perang Radio" oleh Arab Saudi yang sedang
jengkel. Tapi Di Kairo, orang libya yang hidup dalam pengasingan
telah menghimbau Presiden Mesir, Anwar Sadat, agar membebaskan
tanah air mereka dari rezim "atheisme Dan komunisme" Gaddafi.
"Tiada seorang pun,kecuali Kepala Negara Mesir, mampu menolong
rakyat Libya," tulis Pangeran Libya,Abdullah Abid as-senoussi,
kepada Sadat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini