Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lintas Internasional

5 Oktober 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Swedia
Peraih Nobel Sastra 2003

Penulis kelahiran Afrika Selatan, J.M. Coetzee, meraih penghargaan Nobel Sastra 2003 di Stockholm, Kamis pekan lalu. Karya-karya Coetzee dinilai menentang sistem perbedaan ras. Coetzee berhak atas hadiah uang 10 juta krona atau US$ 1,3 juta. Melalui karya-karyanya seperti Disgrace (1999), Waiting for the Barbarians (1980), dan In the Heart oh the Country (1977), Coetzee dinilai mampu menunjukkan diri sebagai seorang penulis yang baik dengan dialog yang penuh makna dan analisis yang tajam.

Tema dari novel-novelnya sarat dengan sistem perbedaan ras, baik yang terjadi di negaranya maupun di belahan dunia lain. Ia dikenal sebagai pengkritik tajam rasionalisme dan kosmetik moralitas kebudayaan Barat. "Coetzee berusaha membedakan suatu hal antara benar dan salah dan memotret hal tersebut sebagai sebuah titik yang tak ada ujungnya," ucap juri.

Coetzee adalah orang keenam dari Afrika Selatan yang meraih hadiah Nobel. Sebelumnya, pada 1991, Nadine Gordimer memperoleh penghargaan yang sama. John Maxwell Coetzee—demikian nama lengkap penulis keturunan Jerman dan Inggris yang lahir di Cape Town pada 4 Februari 1940 itu—sejak tahun 2002 menetap di Australia dan mengajar di Universitas Adelaide. Nama Coetzee mulai dibicarakan pada 1980 saat ia melempar novel bertajuk Waiting for the Barbarians. Kariernya sebagai penulis mulai mendapat tempat tiga tahun kemudian saat ia mendapat perhargaan buku di Inggris untuk karyanya yang berjudul Life and Times of Michael K.

Pakistan
Uji Coba Rudal

Akhir pekan lalu, Pakistan mengumumkan keberhasilan tes peluru kendali buatannya—rudal-rudal jarak pendek yang sanggup membawa senjata-senjata nuklir—bagian dari rencana tes peluncuran dalam beberapa hari ini.

Hatf-3 (Ghaznavi) punya kemampuan jelajah sejauh 290 kilometer, suatu kemampuan yang memungkinkan Pakistan mengirim rudalnya ke negara tetangga, India. Sebelum peluncuran, militer Pakistan mengaku telah menginformasikan rencana itu ke tetangga-tetangganya, termasuk India. Sejauh ini, New Delhi tidak memberikan reaksi apa pun.

Mesir
Idris dalam Proses Pembebasan

Lembaga Keamanan Nasional Mesir (Amnud Daulah) segera membebaskan Idris, 26 tahun, mahasiswa Indonesia yang ditahan pihak keamanan setempat beberapa waktu lalu. Hal ini ditegaskan oleh Ketua Persatuan Pelajar-Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, Limra Zainuddin, Kamis pekan lalu waktu setempat.

Idris, mahasiswa asal Jawa Barat yang sedang menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar, Kairo, ditahan pihak keamanan Mesir di Penjara Turrah, Distrik Maadi, Kairo Selatan, sejak 11 Juli 2003. Ia ditahan lantaran diketahui berteman dengan dua warga Mesir yang ditengarai terkait dengan kelompok garis keras.

Akhir-akhir ini, Kedutaan Besar RI di Kairo dan PPMI melakukan kontak cukup intensif dengan Lembaga Keamanan Nasional Mesir dan lembaga pemerintah terkait lainnya agar Idris bisa segera dibebaskan. Duta Besar RI untuk Mesir, Bachtiar Aly, sedang mengusahakan agar Idris tidak langsung dipulangkan ke Indonesia setelah dibebaskan. Untuk merampungkan kuliahnya, Idris perlu berada di Mesir.

Palestina
Tembok Tepi Barat

Keputusan Kabinet Israel membangun tembok di Tepi Barat menuai protes keras. Nasser al-Kidwa, wakil pemerintah Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rabu pekan lalu meminta agar Dewan Keamanan PBB segera menghentikan proses pembangunan tersebut. Tembok yang dibangun pemerintah Perdana Menteri Ariel Sharon ini memisahkan wilayah Tepi Barat dan dibangun di permukiman tak sah milik bangsa Yahudi: permukiman Ariel dan Kedumin.

Pembangunan tembok itu dirintis sejak Juni tahun lalu. Pembangunan tahap pertama sepanjang 140 kilometer rampung pada 31 Juli 2003. Pemerintah Sharon sudah menyetujui pembangunan tahap kedua. Kementerian Perumahan Israel telah mengumumkan pembukaan tender untuk pembangunan lebih dari 500 unit rumah di berbagai permukiman Tepi Barat yang akan dipagari oleh tembok tahap kedua. Salah satunya permukiman Beitar Elit, dekat Betlehem.

Telni Rusmitantri (AFP, Antara, BBC, Washington Post)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus