Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lintas Internasional

11 Desember 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Filipina Menuju ”Uni Asia Tenggara”

Sepuluh anggota kelompok yang terdiri dari tokoh-tokoh dalam Eminent Persons Group (EPG) ASEAN, menerbitkan laporan dan rekomendasi untuk Kesepakatan ASEAN, Jumat pekan lalu. Intinya, mereka ingin mengangkat strategi baru dalam pencapaian tujuan ASEAN. Rekomendasi empat halaman itu, dibacakan oleh mantan Presiden Filipina, Fidel Valdez Ramos yang juga anggota EPG. “ASEAN sedang dalam keadaan tidak jelas, sehingga dibutuhkan panduan yang lebih pasti untuk warga Asia Tenggara di masa mendatang,” kata Ramos dalam konferensi EPG di Cebu, Filipina.

Ini adalah tugas yang diberikan para pemimpin ASEAN dalam konferensi tingkat tinggi di Kuala Lumpur, setahun silam. Intinya, rekomendasi EPG menekankan agar negara-negara anggota memprioritaskan hubungan dalam ASEAN untuk berbagai bentuk kerjasama, agar organisasi ini tidak sekedar menjadi papan nama.

Inggris Litvinenko, dari Saksi Kunci

Bekas agen KGB, Alexander Litvinenko, dimakamkan di London, Kamis pekan lalu. Litvinenko yang baru saja memeluk agama Islam itu, dikebumikan di dekat makam Karl Marx. Litvinenko tewas di London akibat tercemar radioaktif polonium-210, 23 November lalu. Pengusaha Dmitry Kovtun yang bertemu dengan Litvinenko di London, juga mulai menunjukkan gejala terkena pencemaran polonium.

Penyelidik yang dikerahkan pemerintah Inggris yakin Litvinenko dibunuh. Mereka akan memeriksa saksi kunci, Andrei Lugovoi, yang bertemu empat kali dengan Litvinenko. Semua pesawat yang ditumpangi Lugovi dari dan ke London juga tercemar radiasi polonium-210.

Sebelum meninggal, Litvianenko sempat menuduh: Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pembunuhan tersebut. Tapi sumber di Moskow mengatakan hal itu mustahil, karena Litvinenko bukanlah tokoh yang terlalu diperhitungkan, meskipun dia gencar mengritik berbagai kebijakan Putin.

Kejaksaan Rusia pun ikut mengusut kematian Litvinenko dan percobaan pembunuha atas Kovtun. Tindakan ini membuka kemungkinan, tersangka pembunuh Litvinenko diadili di Rusia. Maka, Moskow tak perlu dan tidak akan mengekstradisi setiap tersangka ke London.

Libanon Demonstrasi Hizbullah Terus

Di depan ribuan pendukungnya, Pemimpin Hizbullah Syeikh Hassan Nasrallah berjanji akan menjatuhkan pemerintah Libanon di bawah Perdana Menteri Fuad Siniora. Kamis pekan lalu. Nasrallah menuduh Siniora berkomplot dengan Israel selama dua bulan operasi militer Israel di Libanon.

Menurut Nasrallah, Siniora memerintahkan militer Libanon menyita pasokan senjata Hizbullah. Ia juga menuduh pejabat pemerintah Libanon meminta utusan Amerika Serikat membujuk Israel menghancurkan Hizbullah. “Merekalah yang bertanggungjawab terhadap perang, bukan kami,” kata Nasrallah.

Tapi pejabat sementara Menteri Dalam Negeri, Ahmed Fatfat, membantah. Pendukung Siniora menuduh Hizbullah yang didukung Iran dan Suriah, mencoba mengguncang Libanon.

Narsallah akan melanjutkan demonstrasi hingga tuntutan mereka dipenuhi. Tapi ia juga siap berunding, dan menegaskan gerilyawan Syiah hanya akan menggunakan senjata terhadap Israel. Tapi bentrokan berdarah terjadi antara kubu pro dan anti-Suriah, Ahad 3 Desember. Seorang tewas tertembak dan dan 21 luka-luka.

Amerika Serikat Bolton Mundur

Dua pekan lalu Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld mundur. Kini giliran Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, John Bolton, melepas jabatannya. Bolton, Senin pekan lalu, menyatakan akan melepas jabatannya karena gagal meyakinkan Senat yang kini dikuasai Demokrat. Presiden Bush menerima keputusan Bolton dengan berat hati.

Menurut bekas Senator Partai Republik, Lincoln Chafee, filosofi “berjalan sendiri” yang ditampilkan Bolton selama ini telah menghancurkan posisi kepemimpin AS di dunia internasional. Pengunduran diri Bolton memberikan kesempatan kepada Bush mengisi posisi kunci diplomatik di PBB dengan figur tanpa muatan ideologis. Untuk sementara, jabatan Bolton diisi wakilnya, Alejandro Wolff.

Fiji Kudeta Militer

Panglima Militer Fiji, Vorege Bainimarama menggulingkan Perdana Menteri Laisenia Qarase, Selasa pekan lalu. Bainimarama menunjuk dokter militer Jona Senilagakali, 77 tahun sebagai perdana menteri baru hingga kondisi negara stabil. Inilah kudeta keempat negeri di Pasifik Selatan itu dalam 20 tahun.

Bainimara telah berulangkali mengancam akan menggulingkan pemerintahan Qarase yang telah memimpin dalam dua periode. Dia gerah melihat praktek korupsi serta sikap pemerintah yang terlalu lunak kepada pelaku kudeta Fiji pada 2000. Aksi Bainimarama itu mengundang kecaman Australia, Selandia Baru serta negara-negara persemakmuran lainnya. Sekertaris Jenderal negara persemakmuran Don McKinnon menyebut: 53 negara persemakmuran akan menjatuhkan sanksi kepada Fiji.

PBB Kesepakatan Gagal Lagi

Dewan Keamanan PBB gagal bersepakat soal sanksi terhadap Iran yang sedang mengembangkan program nuklir. Dalam pertemuan Selasa pekan lalu, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis sepakat menghukum Iran dengan membekukan seluruh bantuan peralatan. Tapi anggota tetap lainnya, Rusia dan Cina –seperti biasa-- menolak usulan sanksi tersebut, karena belum ada bukti Iran mengembangkan persenjataan nuklir. “Kita tidak mempunyai dasar menghukum Iran,” kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov.

Pakistan Siap Lepas Kashmir

Presiden Pakistan Pervez Musharraf siap melepaskan klaim Pakistan atas wilayah Kashmir. Syaratnya, India juga harus setuju membentuk pemerintah otonom Kashmir.

Hingga ini, Kashmir berada dalam kekuasaan tiga negara. Paksitan mengontrol barat laut, India di tengah dan selatan serta Cina untuk timur laut. Pakistan dan India terlibat konflik berkepanjangan di Kashmir. Sedikitnya 68 ribu orang tewas dalam perang sejak 1989. Keduanya mulai merintis jalan damai sejak 2004.

Palestina PM Palestina ke Iran

Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah berkunjung ke Iran, dalam kunjungan ke luar negeri pertamanya. Haniyah, pemimpin dari faksi Hamas, iterima Wakil Presiden Perviz Davoudi, Kamis pekan lalu. Haniya juga dijadualkan bertemu dengan pemimpin spiritual Ayatullah Ali Khamenei dan Presiden Mahmud Ahmadinejad.

Iran memiliki sikap sama dengan Hamas, yaitu tidak mengakui Israel. Sejak memerintah Palestina, Februari lalu, pemerintah Iran mengucurkan bantuan US$ 120 juta (sekitar Rp 1 triliun). Selain ke Iran, Haniyah telah mengunjungi Qatar, Bahrain dan Suriah.

RFX, Yandi (AFP, AP, Xin Hua)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus