Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

FBI Masih Mencari Kaitan antara Ledakan Tesla dan Serangan New Orleans

Sebuah laporan media menyebutkan bahwa pengemudi Tesla dan mobil pikap dalam serangan New Orleans bertugas di pangkalan militer yang sama.

3 Januari 2025 | 02.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Polisi berjaga di lokasi kejadian sebuah truk menabrak kerumunan di Bourbon Street di French Quarter, New Orleans, Louisiana, AS, 1 Januari 2025. ABC Affiliate WGNO/Handout via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pihak berwenang AS sedang menyelidiki kemungkinan adanya hubungan antara para penyerang di balik dua serangan mematikan pada Hari Tahun Baru di New Orleans dan Las Vegas, The New Arab melaporkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyelidikan ini dilakukan menyusul insiden di Bourbon Street, New Orleans, di mana Shamsud-Din Jabbar, 42 tahun, menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai banyak orang lainnya setelah menabrakkan sebuah truk ke kerumunan orang yang sedang bersuka ria pada Rabu dini hari, menerobos barikade polisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FBI telah menyatakan bahwa mereka tidak percaya Jabbar bertindak sendirian, dengan Asisten Agen Khusus Alethea Duncan mengkonfirmasi bahwa agensi tersebut sedang menyelidiki apakah dia memiliki kaki tangan, menggambarkan peristiwa tersebut sebagai "tindakan terorisme".

Pihak berwenang sedang memeriksa kemungkinan hubungan antara Jabbar, seorang warga negara AS dan veteran Angkatan Darat, dengan pengemudi yang terlibat dalam ledakan Tesla Cybertruck di luar hotel Donald Trump di Las Vegas, yang terjadi beberapa jam sebelumnya.

Matthew Livelsberger, 37 tahun, seorang mantan veteran Angkatan Darat dari Colorado Springs, dilaporkan berada di belakang kemudi saat kendaraan tersebut meledak, menurut media setempat.

Denver7 News melaporkan bahwa Livelsberger dan Jabbar mungkin pernah bertugas di pangkalan militer yang sama.

Namun, Sheriff Kevin McMahill dari Departemen Kepolisian Metropolitan Las Vegas mengatakan kepada para wartawan bahwa, sementara para penyelidik sedang mengeksplorasi potensi hubungan dengan serangan New Orleans, tidak ada hubungan yang pasti yang ditemukan.

Baik FBI maupun penegak hukum setempat mengatakan bahwa mereka yakin ledakan Tesla adalah insiden yang terisolasi.

McMahill juga menyebutkan bahwa pihak berwenang sedang mempertimbangkan apakah serangan di Las Vegas dapat dikaitkan dengan Presiden terpilih AS Donald Trump, yang memiliki hotel tersebut, atau dengan Elon Musk, pemilik Tesla.

Musk, sekutu dekat Trump, menyatakan pada Rabu sore bahwa "seluruh tim senior Tesla sedang menyelidiki masalah ini sekarang," dan berjanji untuk membagikan lebih banyak informasi segera setelah tersedia.

Dalam postingan berikutnya di X (sebelumnya Twitter), Musk mengklarifikasi, "Kami sekarang telah mengkonfirmasi bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh kembang api yang sangat besar dan/atau bom yang dibawa di dalam tempat tidur Cybertruck sewaan dan tidak terkait dengan kendaraan itu sendiri."

Masih belum jelas apakah pernyataan Musk telah diverifikasi secara independen.

Di tengah spekulasi yang berkembang atas serangan tersebut, Presiden AS Joe Biden menyatakan pada hari Rabu, mengutip FBI, bahwa tersangka penyerang New Orleans, Jabbar, mengunggah video beberapa jam sebelum menabrakkan truk ke kerumunan orang di Tahun Baru, "mengindikasikan bahwa ia terinspirasi oleh ISIS."

Biden menyebut kelompok ISIS dengan nama lain, dan menambahkan bahwa FBI telah membagikan informasi ini kepadanya.

McMahill mengatakan bahwa sejauh ini mereka "tidak memiliki indikasi" bahwa ledakan di Las Vegas memiliki kaitan yang sama dengan kelompok ekstremis tersebut.

Dia menekankan: "Itu adalah truk Tesla, dan kami tahu Elon Musk bekerja sama dengan Presiden terpilih Trump, dan itu adalah menara Trump."

Kecaman internasional mengalir deras pada Rabu ketika negara-negara di seluruh dunia menyampaikan belasungkawa kepada para korban serangan tersebut.

Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang menggambarkan New Orleans sebagai "tempat yang sangat disayangi oleh warga Prancis," mengutuk keras insiden tersebut.

Para pemimpin dunia lainnya, termasuk Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menyuarakan kengerian mereka atas kematian tersebut.

Serangan di Las Vegas mengakibatkan setidaknya satu korban jiwa dan tujuh luka-luka, sementara di New Orleans, sekitar 30 orang terluka.

Pihak berwenang belum merilis identitas para korban yang tewas dalam serangan di New Orleans, namun keluarga dan teman-teman mulai berbagi cerita tentang para korban.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus