Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Inggris Pernikahan Pangeran tanpa Ratu
SELAMA pemerintahan monarki Inggris berdiri, bisa jadi baru kali ini seorang ratu menolak hadir dalam resepsi pernikahan putranya. Selasa pekan lalu, tersiar kabar bahwa Ratu Elizabeth tidak akan menghadiri pesta pernikahan Pangeran Charles dengan Camilla Parker Bowles. Menurut juru bicara Istana Buckingham, ini cocok dengan keinginan pasangan yang sudah lama dimabuk cinta itu. ”Pangeran dan Ny. Parker Bowles ingin menjadikan peristiwa itu sederhana saja,” katanya.
Menurut rencana, pesta pernikahan itu digelar pada 8 April mendatang, di sebuah gedung pertemuan di London. Tadinya akan dilangsungkan di Istana Windsor. Pengalihan tempat itu, kabarnya, membuat Ratu lalu malas hadir. Sudah lama Ratu kurang berkenan putranya menjalin asmara dengan wanita yang menjanda sejak 1995 itu. ”Ketidakhadiran itu akan mempermalukan Charles,” kata pemerhati kerajaan, Judy Wade.
Kendati menyatakan tidak hadir dalam pestanya, Ratu Elizabeth akan hadir dalam pemberkatan pernikahan yang akan dipimpin oleh Uskup Agung Canterbury, Rowan, pemimpin Gereja Inggris. Camilla pertama kali bertemu Pangeran Charles pada 1970-an. Mereka kemudian menjalin asmara, tapi nasib menentukan lain. Charles menikahi Lady Diana, dan Camilla kawin dengan Andrew Parker Bowles.
Amerika Serikat Warga AS Rindu Presiden Wanita
SEJAK George Washington (1789-1797) hingga George W. Bush (2001- ), sudah 43 presiden naik-turun kursi memimpin Amerika. Namun, tak satu pun di antara mereka wanita. Nah, dominasi pria itu kini mulai digugat. Paling tidak menurut polling Siena College Research Institute, New York, seperti dikutip kantor berita AP pekan lalu, warga Amerika rindu presiden wanita.
Sebanyak 81 persen dari 1.125 pemilih terdaftar (lihat chart) yang menjadi sampel mengatakan akan memilih wanita jika ada yang dicalonkan dalam pemilu 2008. Wanita, menurut mereka, bisa mengurus ”rumah tangga” Amerika jauh lebih baik. Mayoritas responden menunjuk mantan first lady Hillary Rodham Clinton dan Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice sebagai calon-calon yang pantas maju.
Italia Paus Yohanes Paulus II Jalani Operasi
PEMIMPIN Gereja Katolik Roma, Paus Yohanes Paulus II, kembali dilarikan ke Rumah Sakit Gemeli, Roma, Kamis pekan lalu, karena diserang sesak napas. Tim dokter membuat lubang di batang leher Paus dan memasukkan sebuah tabung kecil (tracheotomy) untuk memudahkan pernapasannya. ”Operasi berlangsung dari pukul 8.20 hingga 8.30 malam dan berhasil baik,” kata juru bicara Vatikan, Joaquin Navarro-Valls.
Dalam sebulan ini Paus, yang telah berusia 84 tahun, dua kali dirawat di rumah sakit. Penyebabnya sulit bernapas, yang diawali dengan gejala flu dan demam biasa. Pertama kali masuk rumah sakit awal Februari lalu, pemimpin Takhta Suci itu dirawat sepuluh hari. Sejak itu Vatikan mengatakan kesehatan Paus terus membaik. Ternyata, menurut sumber di Vatikan, gejala flu dan demam kembali muncul Rabu sore dan memburuk keesokan harinya. Menurut tim dokter, sebagai efek operasi, Paus belum mampu bicara untuk beberapa lama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo