Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lintas Internasional

22 November 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IRAK Ofensif Total ke Fallujah

Tayangan televisi Amerika menunjukkan seorang marinir menembak mati pria yang terluka dan tak bersenjata di masjid. Itulah ba-gian dari ofensif yang—menurut versi pemerintah interim Irak—menewaskan 1.600 pemberontak. Skandal yang mungkin sekali bakal menerbitkan heboh seperti pelecehan di Penjara Abu Ghraib beberapa bulan lalu. Tapi, inilah kemajuan militer pasukan Amerika Serikat.

Sembilan hari bombardemen, pasukan marinir AS bersama tentara Irak kini menggempur Kota Fallujah dengan mortir. Mereka melakukan penggeledahan rumah-rumah untuk memburu pemberontak Irak, pejuang asing, serta kaum loyalis Saddam Hussein. Sedikitnya 51 tentara Amerika tewas selama ofensif.

Pemerintah Irak membantah laporan berbagai organisasi bantuan internasional tentang penderitaan penduduk sipil Fallujah. Alasannya, sebagian besar dari sekitar 300 ribu penduduk telah meninggalkan kota sebelum ofensif.

AFGANISTAN Rekor Panen Opium

Tiga tahun setelah jatuhnya rezim Taliban di Kabul, PBB menerbitkan laporan disertai seruan bantuan yang memelas. Afganistan dimaklumkan di ambang status negeri narkotik yang korup. Pasalnya, budidaya tanaman opium tahun ini naik dua pertiga dari tahun sebelumnya. Program Kontrol Obat Bius PBB (UNDCP) memproyeksikan, panen opium Afganistan tahun ini mencapai rekor terbesar sepanjang sejarah dengan volume sekitar 4.200 ton.

Pada Mei 2001, beberapa bulan sebelum invasi pada akhir Oktober 2001, pemerintah Amerika Serikat menyimpulkan larangan obat bius yang diterapkan rezim Taliban berjalan efektif. Kesimpulan itu dikuatkan laporan UNDCP bahwa secara teknis ekspor opium Afganistan tak mungkin terjadi karena minimnya tanaman.

Sehari sebelum Amerika memulai invasi, Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, mengatakan dalam konferensi Partai Buruh bahwa 90 persen heroin di jalan-jalan Inggris berasal dari Afganistan. Blair lalu berjanji sekutu akan melenyapkan ladang opium yang menjadi "sumber dana senjata Taliban".

CILE Undang-Undang Perceraian Berlaku

Pekan lalu pekan istimewa buat Cile. Pertama, menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin negara paguyuban Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Lalu, penerapan undang-undang baru yang membolehkan perceraian.

Meski 70 persen lebih warga Cile mengaku Katolik, berbagai jajak pendapat konsisten menunjukkan tingginya dukungan publik terhadap perceraian. Cuma, perceraian selama ini dilakukan dengan kedok pembatalan. Sekitar 6.000 pembatalan pernikahan setiap tahun disetujui pengadilan Cile, yang berpenduduk 15,5 juta jiwa. Umumnya, pemohon berdalih pernikahan mereka tidak sah karena pasangannya memberikan alamat palsu saat akad nikah.

Kini, dengan undang-undang baru yang disahkan April silam, pasangan suami-istri bisa bercerai setelah masa pisah minimal setahun. Presiden Cile, Ricardo Lagos, menilai penerapan undang-undang ini kemajuan besar. Namun, Gereja Katolik menyebutnya sebagai ancaman bagi stabilitas pernikahan dan keluarga.

RUSIA Sistem Senjata Nuklir Diperbarui

Rusia akan memiliki sistem persenjataan nuklir baru yang belum dimiliki atau tidak akan dikembangkan kekuatan nuklir lain. Sistem ini akan siap pada 2006. Begitulah sesumbar Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam pidato di depan para jenderal, Rabu pekan lalu. Tanpa merinci seperti apa sistem senjata itu, Putin mengatakan uji coba telah dilakukan.

Kantor berita ITAR-TASS berspekulasi Putin merujuk ke misil mobile Topol-M, yang analog dengan Minuteman-3 milik Amerika Serikat. Topol-M dimaksudkan sebagai tulang punggung arsenal nuklir masa depan Rusia. Mengutip pihak produsen misil Moskow, kantor berita itu melaporkan produksi massal Topol-M akan dimasukkan ke anggaran pengadaan 2005.

Persaingan teknologi senjata mencuat setelah Amerika Serikat pada 2001 mengumumkan rencana pengembangan pertahanan misil nasional atau yang terkenal dengan singkatan NMD. Washington mengklaim NMD ini hanya untuk menangkal serangan dari negara-negara "nakal", dan tidak sanggup menahan arsenal Rusia warisan Soviet. Yang pasti, NMD membubarkan Perjanjian Anti-Misil Balistik (ABM) yang dibuat dengan Moskow pada 1972.

Yanto Musthofa (BBC, AP, Aljazeera)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus