Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) melaporkan level gas rumah kaca global melonjak ke rekor baru pada 2023. Kondisi ini membuat planet Bumi menuju peningkatan suhu selama beberapa tahun ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buletin Gas Rumah Kaca tahunan WMO menemukan konsentrasi karbon dioksida (CO2) telah meningkat 11,4 persen dalam 20 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tahun berikutnya. Rekor berikutnya. Ini seharusnya membunyikan bel alarm di antara para pembuat keputusan. Kita jelas keluar jalur dalam memenuhi tujuan Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2°C dan menargetkan 1,5°C di atas tingkat pra-industri," kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo.
Data dari jaringan Global Atmosphere Watch milik WMO menunjukkan konsentrasi permukaan CO2 rata-rata global mencapai 420 bagian per juta (ppm) pada 2023. Konsentrasi metana dan nitrogen oksida juga meningkat tajam, masing-masing mencapai 1.934 bagian per miliar (ppb) dan 336,9 ppb.
"Setiap bagian per juta dan setiap fraksi peningkatan suhu satu derajat memiliki dampak nyata pada kehidupan kita dan planet kita," ujar Saulo.
Saulo menuturkan angka-angka ini menandai kenaikan sebesar 151 persen, 265 persen, dan 125 persen dari tingkat pra-industri untuk CO2, metana, dan nitrogen oksida.
Laporan WMO mencatat peningkatan CO2 atmosfer untuk 2023 sebesar 2,3 ppm atau lebih tinggi dari 2022 tetapi sedikit di bawah tiga tahun sebelumnya. Peningkatan ini menandai tahun ke-12 berturut-turut dengan peningkatan kadar CO2 lebih dari 2 ppm setiap tahunnya.
Peningkatan CO2 pada 2023 disebabkan campuran emisi bahan bakar fosil yang terus naik, kebakaran hutan yang luas, dan potensi penurunan penyerapan karbon hutan.
Selain itu, WMO mencatat peristiwa alam seperti tahunan El Nino dapat memperburuk situasi, yang mengarah ke siklus di mana tumbuhan yang lebih kering dan kebakaran hutan mengurangi efisiensi penyerap karbon lahan yang berujung mengintensifkan dampak gas rumah kaca.
Wakil Sekretaris Jenderal WMO Ko Barrett menekankan peran pola iklim alami dalam siklus karbon tetapi memperingatkan bahwa perubahan iklim itu sendiri dapat memperkuat emisi gas rumah kaca dari sumber-sumber alami.
"Buletin tersebut memperingatkan kita menghadapi potensi lingkaran setan," ucap Barrett.
Barret menjelaskan kebakaran hutan dapat melepaskan lebih banyak emisi karbon ke atmosfer, sementara lautan yang lebih hangat mungkin menyerap lebih sedikit CO2. Akibatnya, lebih banyak CO2 dapat bertahan di atmosfer untuk mempercepat pemanasan global. Umpan balik iklim ini menjadi perhatian penting bagi umat manusia.
Laporan tersebut mencatat dari tahun 1990 hingga 2023, dampak pemanasan pada iklim dari gas rumah kaca yang bertahan lama meningkat lebih dari 51 persen, dengan CO2 sendiri berkontribusi terhadap 81 persen dari peningkatan tersebut. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut kecuali ada pengurangan emisi yang tajam, karena umur atmosfer CO2 yang panjang memastikan tingkat suhu akan tetap ada bahkan dengan pengurangan emisi yang cepat.
Sumber: Anadolu
Pilihan editor: Jepang Diselimuti Ketidakpastian Usai Pemilu
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini