Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mahathir Datang, Sabah Kembali ...

PM Mahathir berkunjung ke Kinabalu, Sabah, untuk meredakan kemelut, yang diwarnai pemboman dan demonstrasi di lima kota besar, sebagai protes terhadap pemerintah Pairin Kitingan yang dituduh anti islam. (ln)

29 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ASAP tipis masih mengepul dari puing-puing di Karamunsing, Kota Kinabalu, Sabah. Tidak jauh dari situ bangkai mobil dibiarkan bertumpuk dengan pecahan kaca terserak di sekitarnya. Bekas huru-hara yang memuncak Kamis pekan lalu belum sempat disingkirkan, tatkala dua ledakan bom meletus lagi di kawasan Segama sementara ratusan orang mencari perlindungan di beranda Masjid Negara. Jumat keesokan harinya, polisi menahan lebih dari 1.600 kaum Muslim militan yang berkumpul di masjid itu dan menyita berbagai senjata tajam. Tindakan ini justru membangkitkan pawai unjuk rasa orang Islam. Wartawan TEMPO James R. Lapian dan Ekram H. Attamimi melaporkan demonstrasi serentak berlangsung di lima kota besar: Kota Kinabalu, Sandakan, Tawau, Kota Belud, dan Kudat. Sejak bom pertama meletus dua pekan silam, sudah terjadi 49 ledakan dan 50 kebakaran. Paling tidak, ada 15 kali pawai unjuk rasa, termasuk demonstrasi 500 orang yang dipimpin bekas Ketua Menteri Datuk Harris Saleh dan ditujukan sebagai protes terhadap pemerintah Datuk Joseph Pairin Kitingan. Aksi turun ke jalan itu terpaksa dibubarkan polisi dengan gas air mata. Pihak kepolisian Sabah belum mengungkapkan latar belakang teror dan kekerasan yang sudah menelan lima korban jiwa dan 20 lukaluka itu. "Pemeriksaan masih terus dilakukan," tutur Kepala Kepolisian Sabah, Haji Ahmad Maulana Babjee kepada TEMPO di bandar udara Kinabalu Ahad lalu. "Percayalah," katanya lagi, "situasi masih bisa dikendalikan." Maulana yang berperawakan tinggi tegap itu memastikan bahwa sebagian besar Islam militan yang ditahan adalah imigran gelap asal Filipina Selatan. Sebanyak 185 wanita dan 80 anak-anak, yang ada di masjid bersama mereka, segera dibebaskan. Tapi Datuk Harris Saleh dan seorang tokoh senior USNO (United Sabah National Organisation) kelak akan dituntut di pengadilan. PM Malaysia Dr. Mahathir Mohamad segera mempercepat kunjungannya ke Sabah, kawasan paling timur dan selama ini tercatat sebagai negara bagian yang paling banyak memasukkan devisa. Ia terbang Senin siang pekan ini, didampingi Ghafar Baba, juru damai dari UMNO, dan kepala polisi Diraja Malaysia Haniff Omar. Mahathir membawa formula penyelesaian konflik Sabah, hasil rembukan sidang Majelis Tertinggi UMNO, Ahad berselang. Dalam acara singkat di KK, Mahathir mendengarkan taktimat (briefing) yang diberikan Maulana Babjee, kemudian meninjau puing-puing kebakaran, dari situ langsung ke Hotel Tanjung Aru. Di sini sudah menunggu Ketua Umum USNO Tun Datu Mustapha Harun dan Ketua Umum Berjaya Mohd. Noor Marisoor. Maka, segera berlangsung pembicaraan dua babak secara terpisah dalam tempo dua jam. "Pembicaraan kami memang dari hati ke hati," ujar PM Mahathir, yang untuk pertama kali hari itu tampak tersenyum cerah. Kepada wartawan yang sengaja mencegatnya sebelum bertolak kembali ke Kuala Lumpur, hari Senin itu juga, ia menyatakan semua pihak, PBS, USNO, maupun Berjaya, setuju dengan formula kerja sama dan dengan itu diharapkannya Sabah segera kembali tenteram. Menurut Mahathir, Pairin akan tetap menjabat Ketua Menteri. Diungkapkan juga oleh Mahathir, ia akan bertemu dengan Pairin dan Harris serta Mustapha untuk menuntaskan formula penyelesaiannya pekan ini juga. Seperti diketahui, Tun Mustapha menuntut Adnan Robert yang semula sudah melantiknya sebagai Ketua Menteri Sabah tapi berubah sikap, lalu mengambil sumpah Datuk Pairin Kitingan. Mengapa? Karena PBS, partai Pairin memenangkan suara terbanyak dalam pemilu, jadi secara konstitusional dialah yang berhak menjadi Ketua Menteri. Kepada TEMPO, sumber yang dekat dengan Kuala Lumpur merumuskan bahwa sebagai tindak lanjut formula itu ialah tidak akan ada pemilihan umum. Tapi sumber lain memastikan, pemilu mesti diadakan sesuai dengan konstitusi, apalagi karena Ketua Menteri sudah membubarkan Dewan Undangan Negeri (DPRD). Dan jawaban selanjutnya mungkin bisa ditilik dari vonis Mahkamah Agung 15 April mendatang terhadap perkara Tun Mustapha yang terlibat sengketa dengan Yang Dipertuan Negeri Adnan Robert dan Datuk Pairin Kitingan. Kemungkinan paling kuat ialah USNO dan PBS bersama-sama akan diterima menjadi anggota koalisi Barisan Nasional, sebagai bagian tak terpisah dari penyelesaian politik yang disebut-sebut Mahathir. Sementara itu hampir bisa dipastikan Datuk Pairin, yang kini bagaikan duduk di atas bara, akan secara terbuka menerima koalisi dengan USNO. Suku Dayak Kadazan merupakan golongan terbesar di Sabah, meliputi 28% dari 12 juta penduduk, lalu puak Cina di tempat kedua, 21% dan terakhir puak Melayu yang ternyata tidak sampai 10%. Sekalipun begiu, kalau penduduk Melayu ini digabungkan dengan kaum Muslim lainnya dari suku Bajau, imigran Filipina dan Indonesia, jumlah seluruhnya mencapai 40%. Tidak heran jika Pairin dianggap "anti-Islam" karena ia terlalu mementingkan Kadazan. Sebagai contoh, Datuk Harris yang dikalahkan Pairin April tahun lalu, mengemukakan bagaimana tokoh PBS itu hanya menyediakan dua kursi untuk menteri yang Islam sedangkan ia (Harris) berani memberi jatah empat kursi menteri bagi yang bukan Islam. Contoh lain: dari 100 jabatan politis, 58 pos diborong Pairin untuk Kadazan, 26 pos lainnya untuk puak Cina, dan hanya 16 pos tersisa bagi orang Islam. "Sebenarnya hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya," kata Harris dengan alasan bukan baru sekali ini Sabah diperintah oleh Ketua Menteri bukan Islam. "Pairin adalah orang ketiga," ujar Harris bergelora "tapi dua Ketua Menteri sebelumnya telah memberi porsi yang cukup layak bagi Islam." Ia khawatir pola Pairin bisa menjadi preseden yang membekaskan luka dalam dan "bukan tidak mungkin menularkan agitasi ke lain tempat ...." Pendapat Harris mungkin ada benarnya juga, tapi kekalutan yang terjadi di Sabah kini tampaknya tidak akan membuka peluang baginya untuk kembali berkuasa. Adalah Tun Mustapha, bekas Ketua Menteri Sabah yang tidak pernah rukun dengan Kuala Lumpur itu, yang sesungguhnya bisa lebih berperan. Dalam pemilu April 1985, partainya USNO memenangkan 16 kursi, PBS merebut 25 kursi, Berjaya, partai Harris, hanya kebagian enam kursi, Pusok satu kursi. Kabarnya, Tun Mustapha juga yang mendalangi berbagai kerusuhan di Sabah dewasa ini, dalam upayanya mendongkel pemerintahan Pairin. Ketika sejumlah kecil bom meledak tidak lama setelah pemilu, orang pun sudah menduga "tangan-tangan kotor di sekitar Tun Mustapha" mulai bekerja. Dan Pairin yang usianya jauh lebih muda itu terjebak telak ketika 10 anggota PBS mem belot. Di balik pembelotan ini kabarnya terlibat sejumlah besar uang, walaupun dua tokoh Cina, Francis C.K. Liong dan Bernard Chu Thou Liong, mengajukan alasan bahwa mereka diisolasikan. Melihat gelagat buruk itu, Pairin, yang memperhitungkan mayoritas PBS perlu tambahan tenaga, segera saja membubarkan Dewan Undangan Negeri agar dapat menyelenggarakan pemilu dalam tempo 90 hari. Tampaknya, tidak terpikir olehnya masa transisi itu akan dimanfaatkan untuk menciptakan berbagai kerusuhan yang pada akhirnya menunjuk pada satu hal: pemerintahan Pairin tidak bisa menjamin stabilitas, dan rakyat ternyata tidak puas. Dalam satu pembicaraan dengan TEMO, Tun Mustapha dengan senyum tersungging di bibir mengatakan bahwa salah satu kesalahan Pairin adalah membubarkan DUN. "Itu fatal sekali," ujar jago tua ini. "Berarti sekarang sudah tidak ada lagi pemerintah resmi di Sabah." Lalu bagaimana dengan koalisi tiga partai di Sabah dan hubungannya dengan formula Mahathir? "Itu tidak akan menyelesaikan masalah," kata Tun tandas. Dan ia memulangkan semua persoalan pada keputusan Mahkamah 15 April nanti. Dari banyak kalangan yang dihubungi TEMPO tidak ada yang berani memastikan kepada siapa Mahkamah akan berpihak. Kans mereka sama kuat, kata mereka. Kalau diuji lewat pemilu, potensi Pairin dan Tun juga dianggap sama kuat. "USNO punya peluang untuk meraih 20-23 kursi," kata seorang tokoh teras Berjaya. "Namun, untuk bisa menumbangkan PBS, mereka harus bisa merebut suara Cina," tuturnya lagi. Mengingat polarisasi politik Sabah sangat ditentukan oleh berbagai kelompok etnis di sana -- seiring dengan itu juga di tentukan perbedaan agama tak dapat tidak konflik rasial akan tetap merupakan ancaman laten bagi stabilitas di sana. Terutama jika aspirasi Kadazan tidak terpenuhi, seperti yang ditekankan seorang tokoh PBS. "Selama ini mereka dianaktirikan, dianggap bumiputra kelas dua," katanya. "Untuk memperbaiki keadaan cuma ada satu cara: mereka harus berkuasa," ucapnya mantap. Beberapa tokoh masyarakat mengeluh kepada TEMPO karena polisi "kurang tegas dan bersikap menunggu." Kerusuhan Karamunsing menurut mereka tidak akan terlalu parah kalau saja polisi bertindak cepat. Semula hanya pawai unjuk perasaan, tapi karena ada yang menyerukan "Allahu Akbar, Allahu Akbar," rombongan semakin berani lalu mulai menghancurkan pusat pertokoan. Tapi sumber di kalangan polisi berdalih mereka dihinggapi "trauma Baling". Becermin pada tragedi berdarah di utara Malaysia itu polisi Sabah bersikap hati-hati takut dituduh brutal. Sebaliknya, menurut seorang tokoh politik, justru Kuala Lumpur yang menginstruksikan agar polisi "menahan diri". Setelah jam malam berlaku hampir sepekan di KK, suasana kota ini tampak lesu dan mencekam. Pemilik toko, pengusaha bioskop, dan sopir taksi sangat diruikan oleh adanya "Perintah berkurong" alias jam malam itu. Namun, kunjungan Mahathir dan formula penyelesaiannya tampaknya akan segera memulihkan ketenangan Sabah. Isama Sawitri Laporan James R. Lapian & Ekram H. Attamimi (Kota Kinabalu)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus