LAYANG gantung warna-warni, dengan rentang sayap 12 meter itu, tidak kelihatan melayang menembus malam. Tanpa hambatan, benda itu menerobos wilayah udara yang dikuasai Israel, Rabu pekan lalu. Seragam hijau kuning yang dikenakan pengemudinya, seorang gerilyawan Palestina, pemuda berusia 20-an tahun, juga tidak mencolok. Tak heran kalau ia bisa menggelantung dengan tenang. Suara mesin yang mendorong layang gantung bersayap delta itu rupanya terlalu halus untuk ditangkap di wilayah perang. Apalagi kawasan ini diramaikan sejumlah kendaraan patroli yang secara rutin hilir-mudik. Sebuah AK-47 Kalashnikov, sejumlah granat tangan, dan sepucuk pistol berperedam melengkapi misi pemuda Palestina yang tak dikenal ini. Dan ia pun mendarat dengan mulus, di utara Lembah Hula, kawasan barak tentara Israel, yang berada dekat permukiman Beit Hillel. Persis saat itu sebuah truk melintas. Di samping sopir hanya ada seorang penumpang wanita, keduanya tentara Israel. Keduanya, dengan sekali gebrak, dihabisi oleh si Palestina. Dari situ jarak ke barak tinggal 200 depa. Penjaga di gerbang barak ternyata jalan. Sang pemuda lalu dengan leluasa menyusup ke dalam. Laras Kalashnikov ia arahkan ke sebuah tenda yang di bagian dalamnya tampak benderang. Para serdadu di situ rupanya tengah bermain kartu. Senapannya menyalak, granat ia lemparkan ke tenda-tenda lainnya. Dengan sikap dingin dua magazin ia muntahkan, tanpa jeda. Enam serdadu tewas seketika, tujuh lainnya terluka. Tetapi serangan balasan segera dilancarkan. Dalam sebuah duel, kepala pemuda Palestina akhirnya tertembus peluru. Ia tersungkur. "Bagaimana bisa, seorang teroris mampu membunuh enam tentara dan melukai tujuh lainnya?" kata Kastaf Angkatan Darat Israel, Letjen Dan Shomron. "Pasukan reguler menghadapi pendadakan itu tidak dengan semestinya. Ini tidak bisa dibiarkan berkepanjangan." Seorang perwira senior di barak, yang menyebut dirinya Kapten Ofer, mengakui bahwa petugas jaga memang tidak begitu mempedulikan suara tembakan dan desingan peluru malam itu. "Suara letusan seperti itu di sini bisa terdengar setiap saat, tak ada lagi yang ambil peduli," katanya. Hari Kamis keesokannya, sejumlah kota di sepanjang 55 kilometer -- dari tepi Laut Tengah sampai kaki Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel -- seluruhnya dikonsinyir, seiring dengan usaha melacak gerilyawan Palestina lainnya. Konon, sekitar 10 jam setelah malam nahas itu, kedapatan seorang gerilya lainnya di luar barak. Sebelum sempat beroperasi, sigerilyawan sudah dihabisi tentara Israel. Perdana Menteri Israel Yitzak Shamir langsung melemparkan tuduhan kepada Syria, karena dianggap ikut mendukung serangan bunuh diri itu. Soalnya, layang gantung tersebut bisa dipastikan lepas landas dari kawasan Lembah Bekaa, daerah yang dikuasai tentara Syria. Dalam pada itu Ahmad Jibril, pentolan Komando Umum-Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP-GC), mengatakan bahwa pihaknya bertanggung jawab atas serangan Rabu malam itu. Dengan tujuan untuk melawan, "penyimpangan-penyimpangan politik yang dilakukan orang-orang Palestina dan barisan Arab," demikian Jibril. Maksudnya, kelompok anti-Israel yang selama ini lebih menyukai perundingan damai. Semua pihak mengetahui, kelompok Jibril memang beroleh dukungan Syria. Dan tindakan radikal itu tampaknya mencapai sasaran. Paling tidak, serangan Rabu malam itu telah memojokkan posisi pemimpin PLO Yasser Arafat. Memang, pendekatan damai Arafat praktis sampai kini belum membawa hasil apa pun. Bahkan, dalam KTT Arab di Amman baru-baru ini, ia seperti menemui jalan buntu. Terhitung dalam sembilan tahun terakhir, serangan layang gantung merupakan sodokan paling parah yang pernah dialami Israel. Mereka merasa kecolongan. Kastaf Dan Shomron mengakui, pasukannya telah gagal mendeteksi layang gantung itu. Ia hanya menyalahkan petugas jaga di gerbang barak. Sebenarnya, usaha penyusupan gerilyawan Palestina ke kawasan Libanon yang diduduki Israel bukanlah yang pertama kali ini. "Para teroris selama bertahun-tahun telah mencoba melintasi garis perbatasan, baik lewat laut, darat, maupun udara," kata Dan Shomron. "Penyusupan semacam itu bukan hal baru bagi kami. Kini, soalnya adalah di malam hari sangat sulit mendeteksi pesawat mungil." Sebagai langkah balasan pertama, ratusan serdadu mereka dikerahkan ke wilayah kekuasaan Israel di Libanon Selatan. Seperti biasanya, Israel tidak langsung menarik picu. Pemerintahan Shamir sendiri Senin pekan ini baru merundingkan langkah lanjutannya. Para pengamat berpendapat, serangan balasan justru akan memperkuat semangat gerilyawan Palestina. Dan karena itu, perundingan damai untuk menyelesaikan kemelut Arab-Israel akan terhambat ganjalan baru. Mohamad Cholid, kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini