Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Manila Dikarantina Lagi

Asosiasi tenaga kesehatan Manila kewalahan menangani pasien virus corona. Presiden Rodrigo Duterte mengkarantina Manila dan sekitarnya sampai 15 Agustus.

8 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas pemerintah menjual barang kebutuhan pokok, selama karantina di Manila, Filipina, 6 Agutus 2020./ Reuters/Eloisa Lopez

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Asosiasi dokter meminta Presiden Duterte mengkarantina Manila karena kewalahan menangani pasien.

  • Manila dan kota besar lain dikarantina lagi sampai 15 Agustus.

  • Kasus infeksi baru meningkat karena membuka kembali ekonomi lebih cepat.

SURAT permohonan itu disampaikan asosiasi dokter Filipina secara terbuka kepada Presiden Rodrigo Duterte, Sabtu, 1 Agustus lalu. “Petugas kesehatan kami kelelahan dengan jumlah pasien yang tampaknya tak ada habisnya berbondong-bondong ke rumah sakit untuk perawatan darurat,” kata Jose Santiago, Presiden Asosiasi Medis Filipina. “Kami sedang berjuang untuk kalah melawan Covid-19 dan kami perlu menyusun rencana tindakan yang terkonsolidasi dan pasti.”

Asosiasi ini merupakan gabungan dari 80 kelompok medis yang mewakili 80 ribu dokter di seluruh negeri itu. Melalui konferensi pers daring (online), mereka meminta Duterte memberlakukan kembali karantina di ibu kota negara dan provinsi terdekat selama 1-15 Agustus untuk memberikan “waktu istirahat” bagi petugas kesehatan. Pemerintah juga harus menggunakan waktu tersebut untuk “mengalibrasi ulang strategi melawan Covid-19”.

Meski sempat menyatakan kekecewaannya atas konferensi pers asosiasi itu, Duterte akhirnya menyetujui usul para dokter. Juru bicara kepresidenan, Harry Roque, mengatakan Metropolitan Manila, yang dihuni lebih dari 12 juta orang, dan lima provinsi padat penduduk lainnya akan dikarantina ketat selama dua pekan mulai 4 Agustus. Kebijakan tersebut, yang ditentang oleh tim ekonomi Duterte, juga melarang perjalanan yang tidak penting di luar rumah.

Filipina saat itu mencatatkan rekor sekitar 4.000 kasus infeksi setiap hari dalam dua hari terakhir sehingga total kasusnya menjadi 93.354 per 31 Juli. Pada Jumat, 7 Agustus lalu, jumlah kasus infeksi menjadi 119.460 dengan 2.150 korban meninggal dan membuat Filipina menjadi negara dengan kasus infeksi terbanyak di Asia Tenggara. Dua hari sebelumnya, jumlah kasus infeksi terbanyak dicatatkan Indonesia dengan 116.871 infeksi dan 5.452 korban meninggal.

Selain menghadapi angka kasus Covid-19 yang terus meningkat, petugas kesehatan mengaku kelelahan dan memperingatkan bahwa sistem perawatan kesehatan negara berpenduduk 106 juta jiwa itu akan runtuh kalau tidak ada pengetatan. Menurut data Departemen Kesehatan, lebih dari 5.000 pekerja medis telah tertular virus, termasuk 500 orang dalam sepekan terakhir. Hingga akhir Juli lalu, 38 tenaga kesehatan telah meninggal.

Kenaikan jumlah kasus ini terjadi setelah Duterte melonggarkan karantina wilayah sejak 1 Juni lalu dalam upaya menghidupkan kembali ekonomi yang macet. Pertimbangan itu pula yang dipakai sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, Brasil, India, dan Indonesia, saat memutuskan melonggarkan pengetatan karantina meski jumlah kasus infeksi baru tidak turun.

Menurut The Guardian, beberapa ahli berpendapat bahwa banyak negara berusaha membuka kembali ekonominya terlalu cepat dan tanpa tindakan yang memadai untuk mencegah lonjakan angka kasus infeksi baru. “Filipina telah melakukan penguncian terpanjang dan paling ketat di dunia, tapi pemerintah Duterte menyia-nyiakan semua upaya itu,” ucap Antonio La Viña, mantan Dekan Sekolah Tata Pemerintahan Ateneo. 

ABDUL MANAN (THE GUARDIAN, REUTERS, INQUIRER)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Abdul Manan

Abdul Manan

Meliput isu-isu internasional. Meraih Penghargaan Karya Jurnalistik 2009 Dewan Pers-UNESCO kategori Kebebasan Pers, lalu Anugerah Swara Sarasvati Award 2010, mengikuti Kassel Summer School 2010 di Jerman dan International Visitor Leadership Program (IVLP) Amerika Serikat 2015. Lulusan jurnalisme dari kampus Stikosa-AWS Surabaya ini menjabat Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Indonesia 2017-2021.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus