Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Maroko: dihambat oleh keturunan nabi

Raja hassan ii berhasil menghambat perkembangan islam militan di negerinya. meskipun negeri ini juga mengalami masalah kemiskinan, dan meskipun gerakan islam militan hidup juga di sini.

14 Agustus 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NEGERI Magribi paling barat ini ternyata paling tak sering diganggu Islam militan. Tak berarti gerakan ini tak menimbulkan masalah bagi Raja Hassan II ini. Tampaknya Raja Hassan tak tanggung-tanggung mengontrol negerinya, hingga gerakan Islam militan sulit berkembang. ''Saya tak mengizinkan fundamentalisme menodai wajah Islam,'' kata Raja Hassan II, suatu ketika. Dengan alasan mengancam kestabilan politik dalam negeri, ratusan anggota gerakan Islam yang dianggap melawan pemerintah ditahan atau dibuang ke luar negeri, bahkan ada yang dihukum mati. Pada tahun 1985, misalnya, 30 orang anggota gerakan Islam militan dijebloskan ke penjara karena dituduh berniat mendirikan negara Islam, menggantikan Kerajaan Maroko. Sebelumnya, pada tahun 1974, Syekh Abdel Salam Yassine, pemimpin gerakan Islam militan bernama Al Adl wa-'l Ihsan, ditahan selama enam tahun. Gara-garanya, Yassine, yang kini masih dikenai tahanan rumah itu, menulis surat terbuka di sebuah harian Islam, yang isinya mengkritik gaya hidup Raja Hassan II yang dinilai berlebihan sehingga menimbulkan ketimpangan ekonomi. Bukan cuma itu. Dalam surat terbuka sepanjang 104 halaman itu, Yassine juga mengecam kepemimpinan Raja Hassan II yang dianggap otoriter. Setelah tindakan keras ini tak juga mempan, Raja Hassan II mengubah gaya, mengambil sikap lunak. Setiap tahun, ia memberi amnesti terhadap ribuan tahanan politik maupun nonpolitik. Sebanyak 2.100 tempat ibadah dibangun di seluruh negeri, termasuk di antaranya membangun mesjid senilai US$ 400 juta lebih, yang mampu menampung 20.000 jemaah, di Casablanca, salah satu kota terbesar. Namun, usaha ini tetap saja tak membawa hasil. Sebaliknya, kelompok militan mendapat simpati dari para intelektual muda. Di sejumlah universitas di Rabat, ibu kota Maroko, banyak beredar kaset gelap rekaman kotbah Syekh Abdel Salam Yassine. Sedangkan di pedesaan, kelompok militan Jamaat al Tabligh wal Dawa, gerakan bawah tanah, kian banyak pendukungnya. Biasanya, sebagaimana di Mesir dan Aljazair, gerakan Islam militan memperoleh pendukung di kawasan miskin. Seperti diketahui, hanya sekelompok kecil warga Maroko yang bisa menikmati hidup layak. Contohnya bisa dilihat di kota-kota besar, seperti Rabat atau Casablanca. Kalangan jet-set yang keluar-masuk hotel berkasino tampak mencolok di antara kerumunan pengemis dan para pelacur berusia muda laki-laki maupun perempuan yang berjejer di setiap perempatan jalan. Raja Hassan II lebih sibuk menyelenggarakan reli Paris-Dakar dan reli mobil antik, atau turnamen tenis dan golf, ketimbang mengurusi pengangguran yang mencapai 30% dari 35 juta penduduknya. Malah, untuk mendongkrak perekonomian negara yang sudah terbebani utang sebesar US$ 22 milyar itu, Raja Hassan meminta rakyatnya agar lebih mengetatkan ikat pinggangnya. Subsidi makanan pun dipangkas dan gaji tak dinaikkan, sedangkan harga- harga dibiarkan melonjak. Di tengah resesi ekonomi seperti itu, Raja Hassan II masih meresmikan istananya yang ke-10 di Agadir, yang dibangun dengan biaya sekitar US$ 360 juta, dua tahun lalu. Salah satu ruangnya dihiasi dengan lampu kristal seberat 11 ton, sedangkan di halamannya dibangun tiga lapangan golf, untuk menyalurkan hobi sang raja. Kondisi ekonomi seperti itu, ditambah lagi dengan makin meruyaknya budaya Barat seperti mabuk-mabukan dan meningkatnya prostitusi serta korban AIDS membuat warga Maroko berpaling ke kelompok militan Islam. Tuntutan agar pemerintah kembali memberlakukan hukum Syariah Islam, dan larangan penjualan alkohol serta rokok semakin ramai disuarakan masyarakat Maroko belakangan ini. Malah, ada yang menuntut agar pemerintah mengganti hari libur pada Sabtu dan Ahad dengan Kamis dan Jumat. Memang untuk sementara ini, keberadaan gerakan militan di Maroko ini tak mengkhawatirkan seperti di Aljazair atau Mesir, misalnya. Mungkin, ini karena pihak penguasa masih melakukan kontrol ketat terhadap 21.000 mesjid, agar tak dijadikan ajang pertemuan bagi para aktivis militan. Sejumlah pertemuan yang dicurigai berbau politik maupun agama tetap dilarang. Sedangkan pengangkatan mubalig dan pemuka agama lainnya, Raja Hassan II- lah yang menentukan. Menurut para analis, Raja Hassan II cukup kuat membendung Islam militan. Soalnya, di samping sebagai penerus dinasti Kesultanan Maroko, raja yang bernama asli Moulay Hassan ini keturunan langsung Nabi Muhammad s.a.w. Dan ini tertulis dalam konstitusi Maroko. Karena itulah raja yang berusia 63 tahun ini, selain berkuasa penuh menjalankan roda pemerintahan, juga berperan besar dalam soal-soal keagamaan di Maroko. Yang menjadi pertanyaan kini, sampai berapa lama ia mampu mencegah berkembangnya gerakan Islam militan yang kini mulai unjuk kekerasan di Aljazair dan Mesir, dua anggota Kerja Sama Negara-negara Arab Barat. Bagaiman pula dengan kelompok bersenjata Polisario kabarnya didukung Libya yang ingin mendirikan pemerintahan sendiri di Sahara Barat, dan kelompok militer Maroko yang sudah dua kali mencoba menggulingkannya dalam aksi kudeta pada 1971 dan 1972. Adakah Islam militan di Maroko menunggu keturunan Nabi ini turun tahta, baru akan bergerak? DP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus