Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Masa sulit Mujahidin

Pakistan tidak lagi menguntungkan pejuang mujahidin, yang mulai kehabisan senjata karena terputusnya kiriman dari AS. PM Pakistan benazir bhutto menjanjikan penyelesaian politik buat Afghanistan.

1 Juli 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERANG yang menentukan tampaknya masih tertunda. Setelah menggempur Jalalabad sekitar 15 minggu, pekan lalu garis pertahanan Mujahidin mundur sejauh 25 km -- para pejuang muslim itu terpaksa hanya bertahan. Tak sebagaimana biasanya, kabar ini tak sepenuhnya disangkal oleh pihak Mujahidin. Abdul Rahim, juru bicara Hezb-i-Islami, kelompok paling radikal, mengakui bahwa pasukan pemerintah berhasil menguasai kembali jalan utama yang menghubungkan Jalalabad dengan Kabul dan perbatasan Pakistan. Ada sejumlah faktor yang rupanya kini berbalik, yang tak menguntungkan para pejuang muslim. Pakistan, misalnya, yang selama ini menjadi pendukung utama mereka, berubah sikap. Beberapa pekan lalu PM Benazir Bhutto berjanji akan mengupayakan penyelesaian politik buat Afghanistan. Itulah pasalnya bila Bhutto tak peduli pada keluhan Mujahidin, yang mulai kehabisan senjata karena kiriman dari AS konon diputus. Di samping itu, Mujahidin sendiri belum bulat bersatu, terutama antara Mujahidin Suni yang bermarkas di Peshawar dan Syiah yang bermarkas di Iran. Pihak Syiah belum mau mengakui Pemerintahan Sementara Afghanistan (PSA) yang dipimpin oleh Sibghatullah Mojadidi. Terakhir, awal bulan ini, sekali lagi dibuka pembicaraan antara Abdul Rahim Khalil, pemimpin Mujahidin Syiah, dan PSA. Ada yang menduga, kali ini kesepakatan dicapai sudah. "Kami harus merangkul saudara kami Syiah sekarang," kata Burhanuddin Rabani, Menteri Rehabilitasi PSA, kepada majalah India Today. Konon, suatu serangan habis-habisan kini sedang direncanakan bersama. Harinya, tinggal menunggu isyarat dari pihak Syiah, yang akan mengharu biru medan di barat laut, dekat perbatasan Iran. Taktik meledakkan pertempuran di banyak medan dalam waktu bersamaan memang sangat dicitakan oleh Sibghatullah Mojadidi. Teori dia, serangan terhadap Jalalabad gagal lantaran di tempat lain tak terjadi banyak pertempuran, hingga Kabul bisa memusatkan pasukannya di Jalalabad. Bila sampai menjelang akhir bulan ini tak sesuatu pun terjadi, tampaknya ada yang di luar dugaan. Bisa jadi Khalil mendapat tekanan dari Teheran, yang sudah mulai rujuk dengan Soviet. Yakni, agar Khalil tak melibatkan diri dalam perang, atau akan diusir dari Iran. Kesulitan lain yang dihadapi Mujahidin adalah berbaliknya sikap rakyat. Belakangan ini, baik rakyat Afghanistan yang tetap tinggal maupun yang mengungsi, berbalik sikap. Hasil pengumpulan pendapat tahun lalu di kamp pengungsi di Pakistan menunjukkan, tak sampai 10% responden yang senang diperintah oleh Mujahidin. Sementara itu, di Kabul ada tanda-tanda bahwa rakyat berbalik simpati kepada Najibullah. Sebabnya, selain faktor kampanye pemerintah yang menunjukkan bukti-bukti betapa tak beradabnya Mujahidin -- serangan roket yang korbannya kebanyakan rakyat sipil, tawanan perang yang langsung dihukum mati tanpa pengadilan -- sikap Presiden Najibullah akhir-akhir ini memang berubah. Najibu kini pun ber-glasnost-ria. Pertengahan Juni ini, misalnya, Najib mengunjungi Universitas Kabul, yang sebagian besar dosen dan mahasiswanya pro Mujahidin dan anti-rezim Kabul. Di situ presiden yang didukung Soviet ini menantang agar ia dikritik. Meluncurlah kata-kata keras: dari soal politik dalam negeri yang dinilai nol, sampai tuntutan agar Najib turun untuk digantikan pemerintahan koalisi. Dan Najib menanggapinya dengan simpati, bukan dengan memukul meja. Maka, apa pun yang terjadi dalam kunjungan itu, sebuah kesan yang lain ditinggalkan oleh Najib. Para guru besar di universitas itu jadi kaget, dan lalu membuka sedikit simpati kepada orang yang selama ini mereka benci. Ada hal-hal yang tak diperhitungkan oleh Mujahidjin ketika Soviet menarik mundur tentaranya, 16 bulan lalu, rupanya.Praginanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum