TIAP akan mengambil keputusan politik, konon, Deng Xiaoping selalu membuka dua halaman catatannya. Halaman pertama, tentang gagasan reformasi ekonomi, sedangkan halaman yang satunya berisi daftar penentangnya. Jadi, sambil menyodorkan satu usulan, ia pun memberi tanda peringatan di daftar nama tadi. Dan itu juga yang ia lakukan menjelang sidang pleno Kongres Rakyat Nasional, se macam MPR-nya Cina, pekan ini. Lewat pertemuan pendahuluan Komite Pusat Partai Komunis Cina, ada usulan perubahan beberapa hal dalam konstitusi. Yang pertama, kalimat ''tugas utama pembangunan modernisasi sosialisme'' diganti dengan ''negara sedang dalam tahap awal sosialisme''. Lantas ekonomi terencana diganti menjadi ''ekonomi pasar sosialis''. Juga konsep Gouying Qiye, atau perusahaan yang dijalankan negara yang menjadi dasar ekonomi terencana, diganti menjadi Guoyou Qiye atau perusahaan milik negara. Ini adalah isyarat otonomi yang lebih besar bagi manajer perusahaan negara. Pertemuan untuk melancarkan sidang pleno Kongres Rakyat Nasional itu juga merevisi target pertumbuhan ekonomi dalam rencana lima tahun, 1991-1995. Target yang semula hanya 6% setahun didongkrak menjadi 89%. Menurut pengamat, revisi ini tak sekadar memuluskan reformasi ekonomi, tapi merupakan peringatan bagi kelompok garis keras yang masih ragu menjalankan reformasi ekonomi menyeluruh. Nama mereka ada di halaman yang satu catatan Deng Xiaoping tadi. Kabarnya, salah satu nama itu adalah Perdana Menteri Li Peng, yang dianggap bertanggung jawab atas konsep awal rencana lima tahun. Direvisinya konsep itu paling tidak mengusik kredibilitas pendukung garis keras yang sebenarnya sudah mau menerima reformasi ekonomi, dengan syarat. Syarat itu, seperti sikap Li Peng, reformasi harus tak dijalankan terburu-buru karena akan mengganggu stabilitas. Tapi Li Peng agaknya belum tergeser dari kabinet mendatang, yang juga menjadi agenda dalam sidang Kongres Rakyat Nasional ke-8 ini. Walaupun dikenal sebagai penganut garis keras, insinyur elektro tamatan Moskow ini merupakan tokoh masyarakat yang intelek yang bisa berteman dengan semua orang. Itu sebabnya banyak yang menduga Deng akan mempertahankan Li Peng di kursi perdana menteri. Li Peng bahkan sudah merencanakan kunjungan ke lima negara Asia Tengah bulan Mei mendatang sebagai perdana menteri tentunya. Untuk memuluskan Li Peng ke kursi perdana menteri, Komite Pusat kabarnya mengusulkan Jiang Zhemin, sekjen Partai, sebagai presiden menggantikan Yang Shangkun. Jika dipilih langsung oleh mayoritas dari 2.977 anggota Kongres Rakyat dan tampaknya memang akan begitu, mengingat sampai pekan lalu tak terdengar calon lain Jiang sudah pasti akan menunjuk Li Peng sebagai perdana menteri. Duet Jiang dan Li sejauh ini rupanya sudah cukup mendukung berputarnya roda reformasi, dan ini memuaskan Deng. Memang ada beberapa tokoh tua yang menentang penunjukan Jiang sebagai presiden, walaupun jabatan itu praktis hanya berurusan dengan upacara kenegaraan. Mereka khawatir kekuasaan yang terpusat di satu orang akan mengganggu stabilitas politik Cina. Soalnya, Kongres Rakyat tak berhak membicarakan soal Partai Komunis Cina. Jadi, Jiang akan tetap sebagai sekjen Partai, dan jabatan ini baru akan dibicarakan lagi dalam Kongres Partai Oktober 1997. Selain itu, Jiang pun ketua Komite Militer Pusat, yang punya komando langsung ke Tentara Pembebasan Rakyat. Pe rangkapan tiga jabatan ini terakhir kali dipegang oleh Hua Gofeng, tahun 1976-1982. Apalagi, kata orang-orang tua itu, dalam Kongres Partai Komunis Cina Oktober lalu sudah disepakati diterapkannya model ke pemimpinan silang. Tapi bila kata terakhir masih ada pada Deng, protes ini ibarat angin lalu saja tentunya. Dua tokoh lagi yang bakal memegang posisi kunci adalah Qiao Shi, 68 tahun, yang saat ini anggota Komite Tetap Politbiro. Bekas ketua Kelompok Peningkatan Kerja Partai dan ketua polisi rahasia ini, yang menguasai sejarah partai komunis di banyak negara, bakal ditunjuk memimpin Kongres Rakyat. Ia, konon, bakal calon sekjen Partai masa depan. Sedangkan orang yang disebut-sebut sebagai anak didik Deng, Zhu Rongji sempat diisukan dicalonkan menggantikan Li Peng tahun ini tampaknya masih tetap pada jabatan wakil perdana menteri. Tapi, kata para pengamat Cina, sesudah Li Peng memang bekas wali kota Shanghai inilah calon kuat perdana menteri. Walhasil, dengan menumpuknya kekuasaan di satu tangan dan belum munculnya tokoh muda dalam Kongres Rakyat kini, apa yang disebut sebagai kepemimpinan silang dan regenerasi pemimpin memang belum muncul. Memang, orang-orang muda disebut-sebut sudah membayangi seniornya untuk nanti menggantikannya (misalnya Zhu Rongji itu). Dan Komisi Militer Pusat mungkin tak lagi berperan besar di masa mendatang. Ada kecenderungan pihak militer lebih tertarik pada masalah intern militer, yaitu modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat. Jadi, jabatan ketua Komisi Militer yang dirangkap oleh Jiang Zhemin diharapkan tak bakal menjadi masalah. Tanda-tanda itu sudah ada. Jenderal Yang Baibing, adik tiri presiden Yang Shangkun, digeser dari jabatan sekjen Komite Militer Pusat. Jenderal yang sempat dianggap sebagai orang terkuat kedua setelah Deng ini adalah perwira yang menginginkan militer berperan dalam kepemimpinan Cina. Untuk itu, Baibing mempromosikan orang-orangnya. Pengamat menduga, sekitar 300 dari 600 perwira tinggi di Cina saat ini merupakan orang yang punya hubungan dengan Baibing. Mundurnya Baibing dari sekjen Komite Militer Pusat bisa disebut sebagai titik puncak dari penggembosan kelompoknya. Oktober lalu, pergantian komandan di daerah-daerah strategis telah dilakukan. Dan Baibing, 72 tahun, kini cuma anggota Politbiro biasa, dikelilingi orang-orang reformis berusia rata-rata 60 tahun. Namun, skenario Deng bisa saja gagal jika ia meninggal lebih dulu daripada lawannya. Chen Yun, bekas ketua Badan Penasihat Pusat yang sudah dibubarkan karena menjadi sarang kelompok garis keras, memang sudah terlempar dari Politbiro dan tak punya jabatan lagi. Namun pengaruh veteran perang Cina-Jepang ini, konon, masih mengakar di kalangan militer dan partai karena ia aktif di Partai Komunis Cina sejak tahun 1956 sampai 1987. Jika Deng meninggal, mungkin saja Chen akan aktif kembali ke dunia politik. Masalahnya, pagar yang disusun Deng tokoh-tokoh reformis di segala bidang cukup tangguh dan bersatu atau tidak. Jika ya, kembalinya Chen Yun tak bakal mengubah apa pun, reformasi Cina akan jalan terus. Liston P. Siregar (Jakarta) dan Seiichi Okawa (Tokyo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini