Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mau Gerak Jalan Juga ?

Andrei gromyko berusaha mencegah berbaiknya cina dengan jepang, namun gagal. jepang berusaha memperoleh kembali kepulauan kuril, tapi tidak dengan cara damai. walaupun jepang pesimis.

7 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HANYA dua jam selepas Menlu Gromyko tolak landas dari Tokio, bulan lalu Perdana Menteri Miki dikutip berkata: "Kami akan meneruskan usaha perampungan perjanjian perdamaian dan persahabatan itu dengan RRT kendati ada protes dari Uni Soviet". Menlu Uni Soviet yang siang itu meninggalkan Tokio kembali ke negerinya, sebenarnya berkunjung ke Jepang dengan tugas utama mencegah berbaiknya Cina dengan Jepang. Tapi bahkan -- sebelum tersiarnya pernyataan Miki di depan persatuan para wartawan asing di Tokio, dunia telah menduga kegagalan usaha Gronyko tersebut. Untuk secara langsung mendesak Tokio agar tidak terlibat dalam perjanjian damai dengan Cina yang memasukkan pasal "menentang hegemoni dari suatu kekuatan ke tiga di Asia", Moskow tentu saja punya umpan yang dianggapnya cukup berharga. Maka selain soal kepulauan Kuril milik Jepang yang sejak perang dunia diduduki pasukan Soviet yang bisa diharapkan Tokio dari Moskow adalah berbagai macam kerja sama pertukaran teknologi, kerja sama ekonomi dan tentu saja perjanjian damai yang mengakhiri suasana perang dunia di antara dua negara. Tapi sehari sebelum Gromyko pulang, Menlu Jepang Miyazawa muncul pada sebuah jamuan makan dengan pernyataan: "Tak tercapai persetujuan mengenai masalah teritorial dan ini merupakan perintang bagi suatu perjanjian perdamaian Soviet-Jepang". Nelayan Gromyko mencoba untuk tidak mengecewakan Jepang dengan janji melepaskan 32 nelayan Jepang yang disergap Angkatan Laut Rusia di laut Utara serta perpanjangan pertukaran kebudayaan Jepang-Soviet. Tapi soal kepulauan Kuril --terdiri atas 4 pulau: Habomai, Shikaton, Kunashiri dan Etorofu -- "diperlukan waktu untuk penyelesaian masalah itu", kata Gromyko. Pihak Jepang yang tidak kurang diplomatis, ada pula menggunakan kesempatan yang sama untuk menjelaskan kepada tamunya mengenai pasal "anti-hegemoni" dalam perjanjian damai Cina-Jepang. "Itu tidak ditujukan kepada siapa-siapa, dan sesuai pula dengan piagam PBB", kata Miki. Terhadap Tokio yang sudah bertekad menandatangani perjanjian damai dengan Cina, Soviet yang nampaknya juga gagal membujuk Jepang dengan Siberia yang kaya bahan tambang, akhirnya cuma bisa berkata setengah mengancam: "Uni Soviet barangkali harus meninjau sikapnya terhadap Jepang jika perjanjian itu toh ditandatangani nanti". Mungkin untuk sekedar basa-basi terhadap tuan rumah atau memang merasa mempunyai bukti, tapi Gromyko berusaha bersungguh-sungguh ketika berbicara di depan sejumlah wartawan sebelum ia meninggalkan Tokio. Katanya antara lain: "Cina telah memaksakan politik anti-Sovietnya terhadap Jepang". Dan karena itulah maka pembesar Kremlin ini punya alasan untuk berkesimpulan: "Adalah Peking, bukan kami, yang ingin menciptakan hegemoni. Cina selalu berusaha menyelubungi niatnya, tapi toh tidak bisa disembunyikan. Jalan Damai Maroko Walhasil, Gromyko pergi dan empat pulau milik Jepang masih tetap terjajah ketika Okinawa -- yang juga diduduki sekutu selepas perang -- sudah sejak beberapa tahun silam kembali ke haribaan ibu pertiwi Jepang. Kegagalan pembicaraan bilateral macam yang terjadi awal pekan silam itu, bukan pula barang baru bagi Tokio. Tentu itulah sebabnya maka ide gerak jalan damai Maroko ke Sahara akhir tahun silam kemudian ada pula dipikirkan oleh orang-orang Jepang. Setelah lebih seperempat abad mencoba berbagai cara diplomasi, menjelang penghujung tahun silam, muncul seruan dari Iwasuke Sanada, kepala penelitian dari Lembaga Ekonomi Asia. Dalam salah satu tulisannya, Sanada berseru agar "terhadap Rusia yang mengandalkan tindakannya terhadap kekerasan sebaiknya dipergunakan juga kekerasan". Tulisnya pula: "Jepang harus menggunakan kekerasan, terutama pada penduduk pulau yang terusir serta kaum nelayan yang ditolak haknya di kawasan yang diduduki Rusia itu". Apa yang disebut sebagai "kekerasan" oleh Sanada kemudian terbukti tidak lain dari apa yang telah dipraktekkan di Sahara sana. 'Dan kalau cara itu dipakai, mediasi internasional akan muncul dan dunia internasional akan memberi perhatian" tulisnya pula. Cendekiawan Jepang ini percaya bahwa sekarang inilah waktu yang tepat bagi negerinya untuk melakukan usaha mengambil kepulauan Kuril tersebut. "Orang-orang Rusia itu terlibat dalam berbagai pertikaian perbatasan, maka jika terjadi keributan di utara sana, dengan segera terjadi pula di berbagai tempat", begitu jalan pikiran Sanada. Yakin bahwa Moskow betul-betul butuh bantuan teknik dan kerja sama ekonomi Jepang, Sanada yakin bahwa "Moskow tidak akan menganggap ringan sikap keras yang akan diambil oleh Tokio". Seruan Sanada yang tidak orisinil itu, memang tidak didiamkan oleh orang-orang Jepang, terutama 16 organisasi yang sejak lama berjuang bagi kembalinya kepulauan Kuril. Tapi umumnya mereka pesimis. "Pemerintah Jepang tidak akan mengizinkan kegiatan seperti di Sahara itu", kata mereka. Dan orang-orang Jepang, terutama nelayan-nelayan mereka, amat takut mencoba-coba gaya Maroko itu. Kesasar saja ke dalam perairan yang dikontrol Rusia, dengan segera dicap mata-mata. Dan tahu sendirilah apa akibatnya jika seorang oleh pemerintah Komunis sudah diresmikan sebagai mata-mata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus