Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Komputer: menjejak teroris, tanpa ...

Komputer telah dipakai di mana-mana, untuk menjejak teroris, memeriksa ujian saringan, periksa kesehatan pasien sampai penterjemahan. hanya komputer tidak mempunyai otak dan perasaan. (ilt)

7 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PELABUHAN udara Sydney belakangan ini buru-buru dikosongkan. Ada kabar angin bahwa sebuah bom waktu siap meledak di sana. Orang rupanya masih penuh ketakutan peristiwa seperti di lapangan terbang La Guardia, New York, terulang lagi. Entah siapa yang menyiarkan kabar angin itu. Tapi memang sepantasnya orang cemas. Sebab lapangan terbang memang tahun-tahun terakhir ini ikut jadi sasaran kelompok-kelompok teroris. Kalau bukan untuk menghancurkan bangunan lapangan terbang itu sendiri, setidak-tidaknya untuk dilewati para teroris yang mau naik pesawat terbang, kemudian membajaknya di udara. Itu sebabnya, lapangan terbang khususnya pintu masuk buat para penumpang yang mau naik ke pesawat juga makin ketat penjagaannya. Ada detektor senjata api, yang sudah mulai populer juga di lapangan terbang Halim Perdnakusuma, Kemayoran, dan Hasanuddin (Ujungpandang) -- meskipun tampaknya sudah tidak dipakai lagi. Namun teknologi anti-terorisme tidak hanya berhenti di situ saja. Perlu dicari cara lain yang lebih simpatik dari pada merogoh kantong atau bagasi orang. Walaupun hanya dengan detektor senjata api itu. Cara itulah yang diumumkan jurubicara IATA (International Air Transport Association) Edward Ball di Singapura akhir Januari lalu. Menjejak Teroris IATA telah mengembangkan paspor baru berwujud punch-card (kartu berluhang-lubang), khusus untuk diperiksa oleh komputer. Kartu paspor yang terbuat dari pita magnetis itu akan dibubuhi foto dan seluruh data pribadi pemegangnya, yang akan disisipkan ke dalam celah komputer sebelum seorang -- penumpang diizinkan naik ke pesawat. Mcmori eomputer itu sebelumnya sudah "diberi makan" sejumlah foto teroris terkenal yang sedang dicari-cari lengkap dengan data pribadinya. Jadi kalau ada paspor seorang yang dikenal sebagai teroris masuk ke komputer itu, otomatis mesin pengganti otak manusia itu memberikan reaksi. Dan orang itu dapat dicegah naik ke pesawat, malah sebagai gantinya dipersilakan naik ke mobil polisi. Sayangnya, hanya negara-negara kaya seperti Inggeris, Kanada, AS dan Perancis yang bakal sanggup melengkapi lapangan terbangnya dengan komputer nan mahal itu. Walaupun bukan untuk menjejak teroris, Indonesia tidak terlalu ketinggalan dalam bidang aplikasi komputer. BPS PUTL, dan mungkin sebentar lagi Bank Bumi Daya sudah tidak asing lagi dengan anak revolusi teknologi itu. Malah dalam ujian masuk Universitas Indonesia, komputer sudah diminta jasa-jasanya. Yang seluruhnya dikerjakan oleh staf ahli Pusat Ilmu Komputer UI. Dalam ujian saringan mahasiswa haru itu, Pusilkom UI punya 3 tanggungjawab, yakni data entry, pengolahan hasil ujian saringan, serta penyediaan hasil pengolahan data ujian saringan. Yang dimaksud dengan data entry adalah pemasukan data ke dalam komputer sesuai dengan persyaratan input data bagi komputer itu. Bila ada data yang tidak memenuhi syarat sebagai input, diadakan perbaikan tanpa merubah identitas dan materi isian data yang bersangkutan. Sedang "proses pengolahan data" menurut ir. Budiardjo dari Pusilkom- UI meliputi penyusunan daftar absen peserta tiap sektor, pembacaan data input, penilaian lalu penyortiran menurut pokok-pokok (items) yang diminta yang dilanjutkan dengan pencetakan hasil pengolahan data tersebut. Hasilnya diserahkan kepada panitia ujian saringan sebagai bahan pengambilan keputusan si Anu atau si Fulan lulus atau tidak. Dalam bidang kesehatan, komputer mampu mencek seorang pasien yang suka berpindah-pindah dokter sehingga penyakitnya sukar disembuhkan. Dengan bantuan komputer sang dokter tidak dipersulit oleh pasien yang tidak setia itu sehingga mempermudah pemberian resep. Selain pekerjaan bisa lebih tepat, pasien tak per]u antri berjam-jam. Dan bagaimana di jalan raya? " Untuk ukuran ialah yang memadai lebarnya", tutur ir Philip Liwan dari Elnusa dalam ceramahnya di Lembaga Indonesia-Amerika, "komputer mampu mengatasi kemacetan lalu lintas. Nah, selain itu bila ada tamu negara atau kepala negara, mereka tak perlu berhenti pada waktu lampu lalu-lintas karena nyalanya akan tetap hijau. Dan bila ada pengendara motor yang main kebut-kebutan, dengan otomatis komputer mampu menjepret pelat motor atau mobil pengendara". Begitu pula untuk bidang perdagangan, penentuan gaji karyawan, pencatatan keluar masuknya buku-buku di perpustakaan, bantuan komputer memang luar biasa. Komputer sebenarnya terdiri dari tiga bagian. Software, berupa sekumpulan data. Hardware adalah mesinnya sendiri sedangkan brainware adalah manusia yang menjalankan komputer. Untuk dapat mengabdi majikannya, komputer punya "bahasa"nya sendiri. Yang dimaksud dengan "bahasa komputer" ialah sistim untuk memberi instruksi pada komputer yang sudah dimasuki data tertentu -- yang sudah disesuaikan pula dengan bahasa komputer tadi. Bahasa komputer itu ada macam-macam. Ada bahasa Fortran (formulla translation), Cobol (common business oriented language) dan RPG (report program generator). Meskipun sudah tercipta 4 generasi komputer, memori dan sistemnya tergantung pada kebutuhan. Jadi belum ada komputer jenius yang mampu memeriksa pasien, mengatur lalu-lintas, menterjemahkan teks bahasa asing dan mengisi teka-teki silang secara beruntun. Akan halnya kemampuan menterjemah, komputer juga terbatas segi kemampuannya. Ungkapan seperti 'nafsu besar tenaga kurang" misal nya pernah diterjemahkan salah ke bahasa Inggeris menjadi "the wine is ready but the meat is undercooked. Seharusnya "the spirit is willing but the flesh is weak" "Ini karena komputer tak punya otak dan perasaan", ujar Philip Iwan yang disambut tawa hadirin di ruang IA di jalan Teuku Umar Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus