PELABUHAN udara Sydney belakangan ini buru-buru dikosongkan.
Ada kabar angin bahwa sebuah bom waktu siap meledak di sana.
Orang rupanya masih penuh ketakutan peristiwa seperti di
lapangan terbang La Guardia, New York, terulang lagi. Entah
siapa yang menyiarkan kabar angin itu. Tapi memang sepantasnya
orang cemas. Sebab lapangan terbang memang tahun-tahun terakhir
ini ikut jadi sasaran kelompok-kelompok teroris. Kalau bukan
untuk menghancurkan bangunan lapangan terbang itu sendiri,
setidak-tidaknya untuk dilewati para teroris yang mau naik
pesawat terbang, kemudian membajaknya di udara.
Itu sebabnya, lapangan terbang khususnya pintu masuk buat para
penumpang yang mau naik ke pesawat juga makin ketat
penjagaannya. Ada detektor senjata api, yang sudah mulai populer
juga di lapangan terbang Halim Perdnakusuma, Kemayoran, dan
Hasanuddin (Ujungpandang) -- meskipun tampaknya sudah tidak
dipakai lagi. Namun teknologi anti-terorisme tidak hanya
berhenti di situ saja. Perlu dicari cara lain yang lebih
simpatik dari pada merogoh kantong atau bagasi orang. Walaupun
hanya dengan detektor senjata api itu. Cara itulah yang
diumumkan jurubicara IATA (International Air Transport
Association) Edward Ball di Singapura akhir Januari lalu.
Menjejak Teroris
IATA telah mengembangkan paspor baru berwujud punch-card (kartu
berluhang-lubang), khusus untuk diperiksa oleh komputer. Kartu
paspor yang terbuat dari pita magnetis itu akan dibubuhi foto
dan seluruh data pribadi pemegangnya, yang akan disisipkan ke
dalam celah komputer sebelum seorang -- penumpang diizinkan
naik ke pesawat. Mcmori eomputer itu sebelumnya sudah "diberi
makan" sejumlah foto teroris terkenal yang sedang dicari-cari
lengkap dengan data pribadinya. Jadi kalau ada paspor seorang
yang dikenal sebagai teroris masuk ke komputer itu, otomatis
mesin pengganti otak manusia itu memberikan reaksi. Dan orang
itu dapat dicegah naik ke pesawat, malah sebagai gantinya
dipersilakan naik ke mobil polisi. Sayangnya, hanya
negara-negara kaya seperti Inggeris, Kanada, AS dan Perancis
yang bakal sanggup melengkapi lapangan terbangnya dengan
komputer nan mahal itu.
Walaupun bukan untuk menjejak teroris, Indonesia tidak terlalu
ketinggalan dalam bidang aplikasi komputer. BPS PUTL, dan
mungkin sebentar lagi Bank Bumi Daya sudah tidak asing lagi
dengan anak revolusi teknologi itu. Malah dalam ujian masuk
Universitas Indonesia, komputer sudah diminta jasa-jasanya. Yang
seluruhnya dikerjakan oleh staf ahli Pusat Ilmu Komputer UI.
Dalam ujian saringan mahasiswa haru itu, Pusilkom UI punya 3
tanggungjawab, yakni data entry, pengolahan hasil ujian
saringan, serta penyediaan hasil pengolahan data ujian saringan.
Yang dimaksud dengan data entry adalah pemasukan data ke dalam
komputer sesuai dengan persyaratan input data bagi komputer itu.
Bila ada data yang tidak memenuhi syarat sebagai input, diadakan
perbaikan tanpa merubah identitas dan materi isian data yang
bersangkutan. Sedang "proses pengolahan data" menurut ir.
Budiardjo dari Pusilkom- UI meliputi penyusunan daftar absen
peserta tiap sektor, pembacaan data input, penilaian lalu
penyortiran menurut pokok-pokok (items) yang diminta yang
dilanjutkan dengan pencetakan hasil pengolahan data tersebut.
Hasilnya diserahkan kepada panitia ujian saringan sebagai bahan
pengambilan keputusan si Anu atau si Fulan lulus atau tidak.
Dalam bidang kesehatan, komputer mampu mencek seorang pasien
yang suka berpindah-pindah dokter sehingga penyakitnya sukar
disembuhkan. Dengan bantuan komputer sang dokter tidak
dipersulit oleh pasien yang tidak setia itu sehingga mempermudah
pemberian resep. Selain pekerjaan bisa lebih tepat, pasien tak
per]u antri berjam-jam. Dan bagaimana di jalan raya? " Untuk
ukuran ialah yang memadai lebarnya", tutur ir Philip Liwan dari
Elnusa dalam ceramahnya di Lembaga Indonesia-Amerika, "komputer
mampu mengatasi kemacetan lalu lintas. Nah, selain itu bila ada
tamu negara atau kepala negara, mereka tak perlu berhenti pada
waktu lampu lalu-lintas karena nyalanya akan tetap hijau. Dan
bila ada pengendara motor yang main kebut-kebutan, dengan
otomatis komputer mampu menjepret pelat motor atau mobil
pengendara". Begitu pula untuk bidang perdagangan, penentuan
gaji karyawan, pencatatan keluar masuknya buku-buku di
perpustakaan, bantuan komputer memang luar biasa.
Komputer sebenarnya terdiri dari tiga bagian. Software, berupa
sekumpulan data. Hardware adalah mesinnya sendiri sedangkan
brainware adalah manusia yang menjalankan komputer. Untuk dapat
mengabdi majikannya, komputer punya "bahasa"nya sendiri. Yang
dimaksud dengan "bahasa komputer" ialah sistim untuk memberi
instruksi pada komputer yang sudah dimasuki data tertentu --
yang sudah disesuaikan pula dengan bahasa komputer tadi. Bahasa
komputer itu ada macam-macam. Ada bahasa Fortran (formulla
translation), Cobol (common business oriented language) dan RPG
(report program generator). Meskipun sudah tercipta 4 generasi
komputer, memori dan sistemnya tergantung pada kebutuhan.
Jadi belum ada komputer jenius yang mampu memeriksa pasien,
mengatur lalu-lintas, menterjemahkan teks bahasa asing dan
mengisi teka-teki silang secara beruntun. Akan halnya kemampuan
menterjemah, komputer juga terbatas segi kemampuannya. Ungkapan
seperti 'nafsu besar tenaga kurang" misal nya pernah
diterjemahkan salah ke bahasa Inggeris menjadi "the wine is
ready but the meat is undercooked. Seharusnya "the spirit is
willing but the flesh is weak" "Ini karena komputer tak punya
otak dan perasaan", ujar Philip Iwan yang disambut tawa hadirin
di ruang IA di jalan Teuku Umar Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini