Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Media Israel: Rumah Netanyahu Hasil Rampasan dari Warga Palestina

Serangan drone Hizbullah ke rumah peristirahatan Netanyahu di Caesarea membuat media Israel menyoroti sejarah rumah-rumah sang perdana menteri.

28 Oktober 2024 | 15.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tentara Komando Front Dalam Negeri Israel berjalan di jalan di Caesarea, Israel, 19 Oktober 2024 setelah serangan pesawat nirawak dari Lebanon ke Israel di tengah permusuhan antara Hizbullah dan Israel. REUTERS/Rami Shlush

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 19 Oktober 2024, sebuah drone Hizbullah meluncur ke arah rumah liburan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di kota Caesarea, Israel utara. Netanyahu dan keluarganya selamat karena tidak berada di tempat. Namun, rumah tersebut dikabarkan mengalami kerusakan yang cukup parah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Serangan drone tersebut menyoroti berbagai rumah Perdana Menteri Israel dan tempat-tempat yang sering dikunjunginya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ini menandai pertama kalinya gerakan perlawanan berusaha menargetkan kediaman Perdana Menteri Israel sejak konflik dimulai beberapa dekade yang lalu.

Surat kabar Israel, Haaretz, memuat laporan berjudul "Tiga Keluarga dan Syekh Jarrah," yang mengungkap sejarah sebenarnya dari rumah tempat tinggal Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem.

Surat kabar Ibrani Yedioth Ahronoth juga menerbitkan sebuah artikel yang menyatakan bahwa Netanyahu tinggal di sebuah rumah curian yang awalnya milik dokter Palestina Tawfiq Kanaan, yang dipaksa untuk melarikan diri dari rumah tersebut selama Nakbah Palestina pada 1948.

Dikutip Days of Palestine, artikel tersebut merinci bagaimana sebuah keluarga Yahudi dari Amerika Serikat tiba di wilayah Palestina yang diduduki pada 1949, hanya untuk menemukan bahwa mereka tidak memiliki tempat untuk disebut rumah.

Selama periode ini, Yerusalem yang diduduki penuh dengan properti yang disita, karena banyak warga Palestina yang dipindahkan secara paksa atau mengungsi dari bagian barat kota akibat pengeboman.

Penjaga properti sitaan dari orang-orang Palestina yang diusir memberikan keluarga Yahudi ini sebuah rumah kosong untuk ditinggali. Pada akhir 1959, keluarga tersebut membeli tempat tinggal ini dengan harga 16.500 lira – sebuah penawaran yang sangat murah untuk sebuah vila seluas 581 meter persegi di pusat kota.

Hal ini sangat luar biasa mengingat apartemen dengan tiga kamar di Bat Yam dihargai 32.000 lira pada masa itu.

Orang tua dari keluarga Yahudi tersebut meninggal dunia, meninggalkan rumah tersebut kepada dua anak laki-lakinya. Salah satu putranya menjual 50% sahamnya seharga 4,24 juta shekel, sementara putra lainnya, Benjamin Netanyahu, mempertahankan setengah sisanya.

Baru-baru ini, Netanyahu kembali menggunakan rumah tersebut, yang dianggap sebagai properti Palestina yang dicuri, dengan pemilik yang sah diyakini adalah almarhum Dr. Tawfiq Kanaan dan ahli warisnya.

Dalam sebuah kompromi yang diusulkan, penulis artikel Haaretz menyarankan untuk menyerahkan rumah keluarga Kanaan di Jalan HaBourtsim kepada keluarga Salem yang tinggal di Syekh Jarrah, dengan imbalan rumah Salem diberikan kepada keluarga Netanyahu. Dia berpendapat bahwa ini akan menjadi langkah yang menguntungkan baik secara manusiawi maupun hukum.

Tawfiq Kanaan adalah seorang dokter dan peneliti terkenal dengan sejarah panjang dalam bidang kedokteran dan cerita rakyat Palestina. Keluarganya menderita akibat penjarahan dan penghancuran selama Nakba dan tidak dapat kembali ke rumah mereka yang hilang.

Keluarga Salem telah tinggal di Syekh Jarrah selama 70 tahun, namun kini mereka menghadapi penggusuran dari rumah mereka demi pemukim Yahudi. Situasi ini muncul karena serangkaian undang-undang diskriminatif dan manipulasi hukum di Israel.

Sejarah Rumah Dinas Perdana Menteri Israel

Pada 27 Februari 2014, Middle East Monitor melansir sebuah artikel tentang sejarah rumah dinas para perdana menteri Israel di Yerusalem. Seorang pakar Mesir tentang urusan Israel telah mengklaim bahwa Netanyahu "tinggal di sebuah rumah milik keluarga Mesir".

Menurut Hussein Siraj, bangunan dua lantai itu awalnya dibangun sebagai rumah liburan sebelum negara Israel berdiri. Rupanya, ada banyak properti di Yerusalem yang kini dikuasai oleh Israel yang sebenarnya adalah milik orang Mesir.

"Bukan rahasia lagi," kata Siraj, "bahwa Biara Sultan di Yerusalem, misalnya, yang menjadi pusat kontroversi besar ketika disita oleh Gereja Ethiopia dengan dukungan Otoritas Israel, sebenarnya adalah properti milik Mesir." Dia menambahkan bahwa nilai properti tersebut saat ini diperkirakan mencapai $20 miliar.

Penelitian yang dilakukan oleh Hussein Siraj menunjukkan bahwa rumah yang sekarang digunakan oleh Benjamin Netanyahu dan para pendahulunya dibangun oleh Edward Aghion, seorang anggota keluarga Mesir yang terkenal dengan reputasi yang kuat di bidang perbankan.

Pada 1936, ia memutuskan untuk membeli tanah di Yerusalem, di daerah yang disebut Rahalia, untuk membangun rumah liburan bagi keluarganya. Setelah tahun 1948 dan proklamasi negara Israel, bangunan ini diubah menjadi rumah sakit militer sebelum menjadi markas besar Menteri Luar Negeri dan kemudian kediaman Perdana Menteri.

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus