Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Melindungi 'Rumah' ASEAN

Pertemuan menteri luar negeri ASEAN dibayangi perbedaan sikap tentang Laut Cina Selatan. Diplomat Indonesia bergerilya demi menjaga perdamaian dan stabilitas.

1 Agustus 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EFEK Kunming masih terasa menjelang pertemuan tingkat menteri atau ASEAN Ministerial Meeting (AMM) di Vientiane, Laos, pada Ahad pekan lalu. Kala itu, Juni lalu, para menteri luar negeri dalam Pertemuan Khusus Menteri Luar Negeri ASEAN-Cina di Kunming, Cina, telah mencapai mufakat. Tapi, tiba-tiba, komunike bersama yang mengecam "kakak tertua", Cina, tertahan dan ada dokumen lain yang justru disiarkan sebagai kesepakatan.

Pertemuan di Vientiane pun dibayang-bayangi atmosfer panas setelah putusan Pengadilan Arbitrase Internasional tentang Laut Cina Selatan, 12 Juli lalu. Filipina dan Vietnam, anggota ASEAN yang merupakan klaiman di kawasan itu, lantang menyuarakan agar kemenangan atas gugatan klaim wilayah berdasarkan sejarah Cina itu dikukuhkan dalam kesepakatan AMM. Kamboja, yang bersama Laos telah lama berada di pihak Cina, menolak penyebutan Laut Cina Selatan dalam berbagai pernyataan bersama ASEAN.

Pengalaman di masa lalu, saat Kamboja menjadi ketua, ASEAN gagal mencapai kesepahaman, hingga AMM saat itu, 2012, ditutup tanpa kesepakatan bersama. Ini pertama kalinya dalam 45 tahun sejarah ASEAN.

Yang menjadi taruhan sebenarnya adalah sentralitas ASEAN. Indonesia tak akan pernah membiarkan kawasan menjadi ajang perebutan pengaruh negara-negara besar, yang menjerat dengan berbagai bentuk bantuan dan dukungan. Para pengamat melihat Laos dan Kamboja menjadi kaki tangan Cina, sedangkan Filipina dan Vietnam dalam pengaruh Amerika.

Mengantisipasi agar insiden serupa tak terjadi, Indonesia merancang strategi. Beberapa hari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengajak rekan-rekannya, sembilan menteri luar negeri ASEAN, urun rembuk, berbicara dari hati ke hati, sebelum hari-H AMM. Alasannya, pada hari-H, slot waktu pendek, padahal masalah yang dibahas rumit dan beragam.

"Semua orang tahu bahwa saat kami menuju Vientiane, setelah tanggal 12 Juli, suasana kebatinan seperti apa. Kita tahu posisi masing-masing nasional seperti apa, kita tahu sikap negara besar lain di sekitar kawasan seperti apa," kata Retno kepada Tempo, yang menyaksikan alotnya diplomasi dalam pertemuan itu.

Retno menganalogikan ASEAN sebagai sebuah rumah yang disibukkan oleh berbagai kerja sama. Penghuninya terlena dan lupa. Lalu tiba-tiba mereka sadar rumah itu sedang terombang-ambing, didorong dari kanan dan kiri. Semua penghuni jadi diingatkan pada norma dan prinsip-prinsip saat rumah didirikan secara gotong-royong. Selain Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, ada Piagam ASEAN; Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia/TAC); juga prinsip yang terkandung dalam Zona Perdamaian, Kebebasan, dan Netralitas (Zone of Peace, Freedom, and Neutrality/ZOPFAN), serta Deklarasi East Asia Summit tentang prinsip saling menguntungkan.

Menurut kesepakatan yang disebar lewat pesan teks dan surat resmi dari Laos sebagai ketua beberapa hari sebelumnya, menjelang pertemuan AMM, para menteri luar negeri ASEAN menggelar informal retreat. Pertemuan pada Sabtu dua pekan lalu ini digelar seusai makan malam kehormatan yang diselenggarakan tuan rumah, Menteri Luar Negeri Laos Saleumxay Kommasith. Dalam pertemuan itu, Indonesia menyampaikan pesan untuk menjaga rumah ASEAN tetap stabil dan damai, sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip yang dikandung sejak pertama kali berdiri. Bukan hanya penghuni, para negara mitra dialog sebagai "tetangga" juga kembali diingatkan bahwa mereka sudah menandatangani berbagai kesepakatan perdamaian ASEAN.

Pertemuan informal berlangsung sejak pukul sembilan hingga setengah sebelas. Seusai pertemuan di Lao Plaza, Vientiane, itu, delegasi sejumlah negara tampak tegang. Retno pun terlihat tak seoptimistis pada siang harinya. Namun dia menyatakan yang terpenting bagi Indonesia adalah pesan telah disampaikan.

Di kalangan wartawan, tersiar kabar bahwa dalam pertemuan itu semua pihak berkukuh pada posisi masing-masing. Filipina paling ngotot hendak memasukkan klausul mengenai putusan Pengadilan Arbitrase Internasional dalam komunike gabungan.

Rupanya, Indonesia menganggap tak ada yang luar biasa dari semua itu. Indonesia bisa memahami bahwa tiap negara punya posisi berbeda sejak berangkat menuju Laos. Indonesia justru ingin membangun jembatan di antara perbedaan itu, sebelum bicara dengan yang lain. Indonesia yakin semua negara anggota ASEAN tidak ingin AMM kali ini gagal mengeluarkan suatu komunike bersama.

Pada saat pembukaan AMM, karena pesan agar menjaga rumah tetap stabil dan damai telah disampaikan, atmosfernya terasa di tiap perundingan. Biarpun begitu, bukan berarti negosiasi berjalan mulus.

Dalam rangkaian pertemuan, slot waktu bagi AMM untuk mengeluarkan keputusan idealnya adalah Ahad itu—karena esok harinya ada rangkaian pertemuan dengan mitra dialog seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Uni Eropa. Maka, sejak pagi, aneka jurus diplomasi dikeluarkan. Di tengah sidang pleno, para menteri luar negeri bertemu. Sejalan dengan itu, para negosiator di tingkat pejabat senior menggodok rancangan.

Hingga malam harinya, masih banyak bahasa yang belum diselaraskan. Kata-kata yang belum disepakati masih ada dalam tanda kurung, yang berarti masih harus dinegosiasi, terutama soal Laut Cina Selatan. Kamboja disebut sebagai ganjalan. Santer tersiar Perdana Menteri Hun Sen berkukuh menolak penyebutan Laut Cina Selatan, apalagi kalau sampai putusan tribunal dimasukkan ke pernyataan.

Namun ada yang unik dalam hubungan di antara negara-negara ASEAN. Selain kedekatan geografis, ada kedekatan sejarah serta aksi tolong-menolong dan bantu-membantu di masa lalu. Dalam hal ini Vietnam dengan Laos, juga Laos dengan Kamboja.

Saat diterima Perdana Menteri Laos Thongloun Sisoulith, sekali lagi Indonesia menyampaikan pentingnya menjaga rumah ASEAN, menjadikannya kawasan damai. Kebetulan Sisoulith pernah menjadi Menteri Luar Negeri Laos selama sepuluh tahun. Laos diingatkan bahwa seluruh dunia kini tengah memandang ke arahnya, dengan bertanya-tanya apakah ASEAN mampu menyelesaikan atau menjembatani perbedaan. Juga kemampuan ASEAN menyelesaikan segala isu yang sedang menjadi tantangan.

Pada saat itulah Indonesia menyampaikan pentingnya Sisoulith mengajak Perdana Menteri Hun Sen bicara. "Sepanjang Minggu itu, setiap kali ketemu, saya tanya ke Menlu Saleumxay (Menteri Luar Negeri Laos), sudah-belum, sudah-belum, sampai dia mungkin bosan," kata Retno sambil tertawa.

Komunike ternyata tak bisa selesai dalam sehari—tapi ini bukan tak pernah terjadi. Para menteri luar negeri sepakat melanjutkan negosiasi pada Senin pagi.

Ketua pertemuan pejabat senior atau SOM Indonesia adalah Desra Percaya, Direktur Jenderal Asia-Pasifik dan Afrika, mantan Wakil Tetap RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kebetulan sebagian besar ketua SOM lainnya adalah "alumnus" perwakilan negara masing-masing di PBB, New York. "Karena kebanyakan ketua SOM adalah jebolan New York, suasana saat Desra masuk sudah cair," kata Retno.

Bisa dibilang Indonesia mengeluarkan segala kemampuan alias all out. "Saya selalu positif, meski perbedaan cukup hebat. Dalam drafting (penyusunan rancangan) di tingkat SOM, saya terus berkomunikasi, Desra keep me posted. Makanya dia sering mondar-mandir. Sementara draf digodok di SOM, saya yang mendekati para menlu. Makanya dia sering mondar-mandir ke ruang sidang (AMM)," kata Retno.

Tepat sebelum pertemuan ASEAN-Cina digelar, Senin pagi, semua delegasi menyepakati komunike bersama. Memang tudingan terhadap Cina tidak disebut, juga rujukan terhadap putusan tribunal Den Haag. Tapi ada komitmen menjaga kawasan Laut Cina Selatan yang damai tertulis dalam beberapa poin kesepakatan. Dan di poin terdepan disebutkan komitmen tegas menjaga dan mempromosikan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan, serta penyelesaian damai dari sengketa, termasuk penghargaan penuh atas proses diplomasi dan hukum, sesuai dengan prinsip hukum internasional, khususnya Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS).

Kepada wartawan di National Convention Center, Vientiane, Selasa pekan lalu, Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Rivas Yasay menyatakan poin tersebut akan meningkatkan posisi negaranya saat berhadapan dengan Cina dalam perundingan bilateral.

Memperkuat tekad, berbarengan dengan komunike itu, dikeluarkanlah pernyataan bersama para menteri luar negeri, dengan janji untuk menjaga stabilitas, keamanan, dan perdamaian kawasan, "rumah" ASEAN.

Kedua dokumen telah di-posting di situs resmi ASEAN di tengah-tengah pertemuan dengan Cina. Sempat tersiar kabar waktu unggah diatur sedemikian rupa agar insiden Kunming tak lagi terulang. Saat dimintai konfirmasi soal itu, Retno menolak berkomentar ataupun mengisahkan kejadian dalam pertemuan ASEAN-Cina di Kunming, Juni lalu. "We learn a lot," katanya.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, yang sempat mampir di pertemuan East Asia Summit dan ASEAN Regional Forum, menampik pemberitaan media Barat mengenai kemenangan Cina dalam pertemuan ASEAN. "Ini kemenangan ASEAN," ujar Kerry kepada wartawan di Manila, Filipina.

Menurut Retno, komunike bersama merupakan hasil kerja keras semua mitranya untuk menemukan titik temu dalam perbedaan. "Saya sangat apresiatif terhadap sikap semua negara anggota ASEAN," katanya.

Natalia Santi (Vientiane)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus