Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengintip Rahasia Si Keledai

Rusia dituding mendalangi peretasan ribuan e-mail petinggi Partai Demokrat Amerika Serikat. Bertujuan menjegal langkah Hillary Clinton.

1 Agustus 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KECURIGAAN Bernie Sanders sejak enam bulan lalu terbukti. Di tengah musim kampanye pencalonan Presiden Amerika Serikat, senator Vermont ini beberapa kali menyatakan bahwa Komite Nasional Partai Demokrat, yang diketuai Debbie Wasserman Schultz, berat sebelah. "Komite sejak awal mendukung Hillary Clinton," kata Sanders.

Sanders ketika itu juga menyerukan agar Wasserman Schultz tidak lagi menjadi Ketua Komite. "Saya pikir dia harus segera mundur," ujar pria 74 tahun ini. Menurut dia, Partai Demokrat memerlukan pemimpin yang tidak hanya bebas dari sikap pilih kasih, tapi juga dapat mempersatukan semua pendukung. "Saya tidak terkejut, tapi saya kecewa."

Bagi Sanders, sikap pro-Clinton di lingkup internal Komite bukan lagi rahasia. Namun publik Amerika, terutama para pendukung Sanders, baru mengetahui detail campur tangan para petinggi Demokrat itu sejak Jumat dua pekan lalu. Saat itu WikiLeaks merilis 19.252 surat elektronik dan 8.034 lampiran hasil peretasan terhadap server Komite. Wikileaks, dalam situsnya, menyatakan usia ribuan e-mail itu merentang mulai Januari 2015 hingga 25 Mei lalu.

Bocoran e-mail itu menunjukkan Komite secara sistematis berupaya melemahkan Sanders. Berbagai cara ditempuh, termasuk menyerang keyakinan pesaing utama Clinton tersebut. Dalam salah satu e-mail, misalnya, Kepala Keuangan Komite Brad Marshall menyurati Direktur Komunikasi Komite Luis Miranda dan wakilnya, Mark Paustenbach. Miranda dan Paustenbach dikenal sebagai dua dari tujuh orang pentolan Komite.

Marshall, dalam surat elektronik berjudul "No Shit" tersebut, mempertanyakan identitas Yahudi Sanders. "Saya pikir dia seorang ateis. Apakah dia percaya kepada Tuhan?" kata Marshall menuliskan pada 5 Mei 2016. Ia memang tidak menyinggung nama Sanders. Namun sudah jadi rahasia umum bahwa di antara semua kandidat calon presiden, dari Partai Demokrat ataupun Republik, Sanders adalah satu-satunya keturunan Yahudi.

Skandal bocoran e-mail itu mengguncang Demokrat. Terkuaknya sentimen pro-Clinton di lingkup internal Komite memicu amarah ratusan pendukung Sanders. Mereka turun ke jalan-jalan di Philadelphia, Pennsylvania, kota berlangsungnya konvensi nasional, untuk memprotes sikap pilih kasih Komite. Aksi protes juga terjadi di arena konvensi; membuat hajatan politik partai berlambang keledai itu lebih heboh dibanding rivalnya sepekan sebelumnya.

Drama semakin penuh haru setelah Wasserman Schultz, yang menjabat Ketua Komite sejak 2011, mengumumkan pengunduran dirinya. Perempuan 49 tahun ini mengatakan ingin berfokus sebagai anggota Kongres dari distrik 23 di Florida. "Cara terbaik adalah mundur dari kursi ketua partai setelah konvensi ini," ujar ibu tiga anak tersebut dalam pidatonya.

Wasserman Schultz akhirnya lengser, sesuai dengan keinginan Sanders. Namun Sanders tetap kecewa lantaran konvensi pada 25-28 Juli lalu itu meresmikan Hillary Clinton sebagai calon presiden dari Demokrat. Bersama Tim Kaine, Clinton bakal menantang pasangan Donald Trump dan Mike Pence, kandidat dari Republik, dalam pemilihan 8 November mendatang.

* * *

SEJAK Mei lalu, Komite Nasional Demokrat telah mengendus kebocoran pada sistem komputer mereka. Saat itu Komite menyewa perusahaan keamanan cyber, CrowdStrike, untuk melacak si penyusup. "Keamanan sistem sangat penting untuk operasional dan kesuksesan kampanye kami," kata Debbie Wasserman Schultz kala itu. "Tim kami bergerak secepat mungkin untuk menendang keluar penyusup dan mengamankan jaringan kami."

Upaya CrowdStrike terbilang sukses. Mereka mendeteksi dua kelompok peretas yang mengacak-acak server Komite. Kelompok pertama, dijuluki Cozy Bear, telah mencoleng e-mail dan percakapan sejak merasuk ke jaringan server pada musim panas lalu. Setali tiga uang kelompok kedua, yang disebut Fancy Bear. "Mereka mencuri file riset tentang kandidat lawan, Donald J. Trump, sejak April lalu," ujar pendiri CrowdStrike, Dmitri Alperovitch.

Kepada The Washington Post, Alperovitch menyebutkan Cozy Bear dan Fancy Bear berkelindan dengan pemerintah Rusia. Namun German Klimenko, penasihat bidang Internet Presiden Rusia Vladimir Putin, menanggapi enteng tudingan itu. "Biasanya jenis kebocoran seperti itu bukan karena ulah peretas, tapi seseorang yang lupa mengatur kata sandi," tuturnya seperti dikutip kantor berita RIA Novosti pada medio Juni lalu.

Tudingan ke Kremlin kembali mencuat tatkala akun Guccifer 2.0 merilis sebuah blog. Dalam tulisan pembuka, tertanggal 15 Juni lalu, Guccifer merespons pernyataan CrowdStrike yang mengklaim telah mengendus identitas dua kelompok peretas. "Saya tersanjung mereka menghargai tinggi kemampuan saya, tapi sebenarnya peretasan itu sangat mudah," ucap Guccifer, yang menyebut dirinya sebagai seorang pria.

Julian Assange, pendiri dan Pemimpin Redaksi WikiLeaks, tidak pernah menyebut identitas si pembocor data. Namun sejak WikiLeaks merilis ribuan e-mail itu, tiga hari sebelum konvensi Demokrat, Guccifer telah disebut sebagai pemasoknya. "Ya, benar. Seperti yang saya janjikan," ujar Guccifer dalam pesan pribadi kepada The Intercept.

Adalah The New York Times yang menelusuri benang merah antara WikiLeaks, Guccifer, dan jaringan intelijen Rusia. Menurut harian ini, sejumlah lembaga telik sandi Amerika meyakini Negeri Beruang Merah mendalangi skandal terbaru WikiLeaks. "Guccifer 2.0 dipercaya sebagai agen GRU, dinas intelijen militer Rusia untuk urusan luar negeri," begitu The New York Times melaporkan, Rabu pekan lalu.

Selain GRU, para penyelidik mengenali entitas peretas lain yang berhubungan dengan Dinas Keamanan Federal Rusia (FSS), lembaga penerus KGB. "Mereka menyusup ke server Komite Demokrat hampir setahun," kata mereka. Namun, menurut The New York Times, GRU lebih dahsyat dalam menyedot dan menyebarkan data. GRU, lewat agen mereka yang "menyaru" sebagai Guccifer 2.0, kemudian membocorkan data kepada WikiLeaks.

Badan Investigasi Federal Amerika (FBI) menyatakan tengah mengusut dugaan keterlibatan Rusia dalam skandal bocoran e-mail Partai Demokrat. Namun Presiden Amerika Barack Obama, yang juga politikus Demokrat, mengatakan Rusia bisa jadi membocorkan e-mail untuk membantu Donald Trump mengalahkan Hillary Clinton. "Trump mendapat sambutan cukup baik di Rusia. Dia berulang kali mengagumi Vladimir Putin."

Mendapat komentar itu, Trump tidak tinggal diam. Lewat akun Twitter-nya, taipan nyentrik asal New York ini menuding balik Demokrat yang sengaja membelokkan skandal WikiLeaks. "Mereka bilang Rusia bersepakat dengan Trump. Ini gila!" ujar pria 70 tahun tersebut. "Sekadar dicatat: saya tidak memiliki investasi apa-apa di Rusia."

Bagi Julian Assange, 49 tahun, skandal e-mail Komite Demokrat ini baru permulaan. Ia telah membocorkan puluhan ribu e-mail pribadi Clinton dan berjanji bakal membocorkan lebih banyak lagi. Dalam wawancara dengan ITV News pada 12 Juni lalu, pakar komputer dan jurnalis asal Australia yang masih mendekam di Kedutaan Ekuador di London, Inggris, ini blakblakan menyatakan niatnya menjegal langkah Clinton ke Gedung Putih.

Assange tidak hanya menentang setiap kebijakan Clinton. Ia juga menganggap bekas menteri luar negeri itu sebagai musuh pribadi. Assange dan Clinton pernah berselisih paham ketika WikiLeaks membocorkan seperempat juta kawat diplomatik dari berbagai Kedutaan Besar Amerika. "Kemenangan Trump pasti bakal sangat mengejutkan," ucapnya. "Tapi saya selalu melihat dia (Clinton) sebagai ancaman bagi kebebasan pers."

Mahardika Satria Hadi (The New York Times, Slate, Politico, Washington Post, Ria Novosti)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus