Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ENTAH apakah dunia bisa tersenyum setelah kekhalifahan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Irak dan Suriah tenggelam digulung kekuatan besar. Kekhalifahan ISIS tidak tumbang besok atau lusa, tapi perkembangan mutakhir menunjukkan ISIS semakin terdesak. Kota yang dikuasai satu per satu berpindah tangan.
Stasiun televisi Suriah minggu lalu memperlihatkan sebuah truk bermuatan bom meledak di Qamishli, kota yang dihuni orang-orang Kurdi, di dekat perbatasan dengan Turki. Beberapa menit setelah ledakan yang mengoyak bagian barat kota itu, sebuah sepeda motor yang juga sarat dengan bahan peledak menghantam lokasi yang sama.
ISIS menyatakan berada di balik bom berantai yang memangsa orang-orang sipil yang ramai ini: sedikitnya 44 orang tewas dan 100 cedera. Seorang saksi mata mengatakan gedung-gedung ambruk dan orang terperangkap dan tewas di dalam reruntuhan.
Sejauh ini ISIS telah "membalas" kekalahannya di Fallujah dengan mengirim sebuah bom truk ke Distrik Karada—daerah yang banyak dihuni kaum Syiah—di Bagdad, menewaskan 292 orang. ISIS juga menyatakan Mohamed Lahouaiej Bouhlel sebagai serdadunya, setelah Bouhlel pada awal bulan ini mengendarai truk besar di antara kerumunan orang di Nice, Prancis.
Bukan sekali ini saja ISIS, yang terdesak di medan Suriah dan Irak, mencoba membuktikan diri masih eksis. Semenjak Fallujah jatuh ke tangan tentara pemerintah Irak, dan milisi Kurdi membombardir Manjbi supaya tentara ISIS menyerah atau cepat angkat kaki dari kota itu, kelompok di bawah khalifah Abu Bakar al-Baghdadi tersebut semakin sibuk dengan urusan teror di luar medan perang. Menghadapi kombinasi serangan udara Amerika Serikat dan tekanan pemberontak Suriah di darat, serta kerja sama antara tentara pemerintah Suriah dan pesawat-pesawat pengebom Rusia, ISIS dalam posisi bertahan.
Namun, melihat kemampuan ISIS mengirimkan serdadunya memangsa orang-orang sipil, sulit diyakini dunia akan tersenyum setelah kekhalifahan ISIS sirna. Kemungkinan yang terjadi adalah kontestasi mengerikan antara sel-sel ISIS dan Al-Qaidah di luar negeri. Sebelum ISIS menyebarkan teror di luar negeri, Al-Qaidah telah melakukannya.
Tanpa diketahui banyak orang, anak buah Ayman al-Zawahiri—yang menggantikan Usamah bin Ladin—itu menyimpan skenario lain setelah kekhalifahan ISIS. Jabhat al-Nusra, kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaidah, yang aktif memerangi Presiden Bashar al-Assad dan ISIS di Irak dan Suriah, diam-diam telah meletakkan fondasi negara Islam di utara Suriah. Charles Lister, pengamat senior dari Middle East Institute, mengatakan Jabhat al-Nusra tengah aktif mendiskusikan rencananya itu dengan kelompok-kelompok lain. "Hampir pasti rencana ini akan terwujud pada akhir tahun ini," tulis Lister di Foreign Policy.
Ya, sebuah emirat yang disponsori Al-Qaidah akan berdiri, menggantikan kekhalifahan ISIS yang tak bisa bertahan lagi. Para senior Al-Qaidah membentuk Jabhat al-Nusra tak lama setelah ISIS yang dipimpin Abu Bakar al-Baghdadi memisahkan diri dari kelompok yang didirikan oleh Usamah bin Ladin itu. Tidak ada perbedaan yang berarti di antara kedua kelompok yang sekarang saling bunuh ini, kecuali kepemimpinan dan strategi perjuangannya.
Karena itu, kekhawatiran pun tumbuh: rezim baru telah menggantikan rezim lama, tapi sepak terjang menyeramkan yang selama ini ditegakkan penguasa terdahulu tak berubah. The Independent mengangkat cerita seorang warga Aleppo tentang sepupunya yang disembelih pihak Jabhat al-Nusra gara-gara menolak bergabung dengan mereka.
Menghadapi banyak tentangan, kini Jabhat al-Nusra mencoba menunjukkan diri sebagai kelompok moderat ketimbang radikal. Bahkan, Rabu pekan lalu, mereka memproklamasikan perceraiannya dengan Al-Qaidah. Mereka resmi berpisah, tapi susah dipercaya bahwa mereka benar-benar berpisah.
Idrus F. Shahab (The Independent, Guardian, Foreign Policy)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo