Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Menagih janji sesudah merdeka

Pas yang semula sebagai organisasi sosial pada masa kolonial berubah menjadi partai politik & tindakannya semakin ekstrim. pas mulai retak, tapi ingin mendirikan negara islam. posisi umno semakin tangguh.(ln)

30 November 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APAKAH PAS (Parti Islam se-Malaysia) merupakan kelompok radikal? Pada awal berdirinya, PAS hampir tidak mengenal istilah tersebut. Ketika partai itu didirikan oleh Dr. Burhanuddin, pada tahun 1948, tokoh Partai Kebangsaan Malaya (MNP) ini tidak bercita-cita terlalu tinggi bagi organisasi baru tersebut - yang pada mulanya bernama Hizbul Muslimin. Cita-cita mereka, waktu itu, sebagai gerakan yang muncul pada masa kolonial, adalah menginginkan Malaya yang merdeka. Soal ajakan agar masyarakat hidup berdasarkan syariat Islam, dan setelah itu menjadikan Malaya sebagai negara Islam, baru muncul kemudian. Pertumbuhan PAS - nama ini mulai dipakai sejak 24 November 1951 - di bawah pimpinan Haji Achmad Fuad, tak luput dari berbagai cobaan. Kali pertama datang dari penguasa kolonial Inggris. Beberapa orang pimplnan mereka, di bawah ancaman undang-undang darurat, dijebloskan ke penjara. Sejak itu, kegiatan mereka makin pudar perlahan-lahan. Sekeluar dari penjara, tokoh-tokoh tersebut mulai memberikan warna pada PAS. Pada Muktamar 1954, PAS melakukan reorganisasi. Konstitusi partai diarahkan kepada dua tujuan: kemerdekaan bagi Malaya dan menjamin terlaksananya tujuan Islam, baik dalam masyarakat maupun pemerintahan. Upaya membenahi PAS mencapai puncak pada tahun 1955. Sejak saat itu, PAS tidak membenarkan lagi keanggotaan dwipartai dari para pendukungnya. Setahun kemudian, kantor pusat PAS dipindahkan dari Desa Kepala Batas ke Kuala Lumpur. Perubahan lain, dan yang paling menentukan, adalah terpilihnya Dr. Burhanuddin sebagai pucuk pimpinan organisasi itu. Sejak saat itulah PAS resmi berganti corak: dari organisasi sosial, yang di jalankan eksponen UMNO, menjadi partai politik murni - yang kelak menjadi penantang utama induknya. Sepintas lalu, PAS memang tidak mencerminkan sebuah organisasi yang rapi untuk menggerakkan dukungan umum. Lihat saja: kantor pusatnya tidak terlalu istimewa, tanpa pengatur udara, dan letaknya juga jauh dari pusat kegiatan. Sumber dananya, menurut tulisan seorang pengamat, diliputi misteri. Kabarnya, dana untuk kegiatan partai diperoleh dari pemotongan gaji anggota yang duduk di Parlemen sebanyak 20 persen. Sumbangan lain mengalir dari para hartawan dari Negeri Kelantan yang menaruh simpati kepada mereka. Sumbangan wajib dari anggota juga ditarik, tetapi jumlahnya tidak besar. Sebab, mereka membayarnya dengan beras atau hasil kebun. Pada tahun 1961, menurut Burhanuddin, anggota PAS sekitar 30 ribu orang. UMNO, yang sejak dahulu tak pernah tergoyahkan, bukan tidak menyadari jalan yang ditempuh PAS. Maka, UMNO mencoba menjawab permasalahan yang berkenaan dengan Islam dengan membentuk departemen khusus. Dan, yang penting, komitmen UMNO terhadap Islam tidak bergeser dari apa yang dicita-citakan lewat Hizbul Muslimin. Sebagai ganti Hizbul Muslimin, UMNO menyelenggarakan musyawarah nasional pemuka-pemuka Islam seluruh negeri. Selain menghasilkan beberapa keputusan, pertemuan tersebut setuju untuk mendirikan Persatuan Ulama-ulama Sa-Malaya, organ di bawah naungan UMNO. Pada awalnya, perkembangan PAS terasa lambat sekali. Setahun setelah kelahirannya, ia masih belum mampu meraih anggota lebih dari angka lima ribu. Daerah Kelantan dan Trengganu, yang sekarang menjadi basis kekuatan PAS, baru bisa ditembus pada 1953 dan 1956. Sekarang, menurut Ketua Dewan Pemuda PAS Mustafa Ali, kekuatan mereka lebih dari 200.000 orang - sepertiga dari mereka terdiri dari belia berusia di bawah 40 tahun. Sejak PAS berhasil menembus Kelantan dan Trengganu, genderang perang melawan UMNO, yang ditabuh mulai zaman Burhanuddin, tidak pernah berhenti lagi. Pertikaian keduanya makin mencuat pada pemilu 1964-1965. Dan mencapai puncak pada 1976, ketika Menteri Besar Kelantan Datuk Asri memegang tampuk pimpinan PAS, tapi tak direstui oleh Yang Dipertuan Agung. Sebab, UMNO menghendaki M. Nasir, yang juga anggota PAS, untuk menggantikan Asri. Demi menjaga keutuhan organisasi, Asri mengalah, dan menyetujui penunjukan Nasir. Krisis kepemimpinan dalam PAS timbul kembali, setelah anggota partai melihat, ternyata, Nasir tak lebih dari antek UMNO. Maka, Asri pun melontarkan mosi tak percaya untuk menggulingkan Nasir. Tapi, pendukung Nasir tak tinggal diam. Mereka melakukan unjuk perasaan di luar gedung DPRD, yang menyebabkan polisi terpaksa turun tangan. Belum sempat calon ketua PAS yang baru diajukan, Sultan Kelantan sudah berucap, tidak bersedia melantik pengganti Nasir. Ini bisa terjadi karena Sultan adalah pendukung UMNO. Sebagai tanda protes, Asri meletakkan jabatannya sebagai menteri kemajuan wilayah. Keputusan berikutnya: ia mencabut keanggotaan PAS dari Barisan Nasional. Setelah keadaan darurat selama tiga bulan dicabut, PAS ternyata tidak berhasil mengulangi kejayaannya pada pemilu khusus. Partai itu di pecundangi dengan hanya meraih dua kursi dari 36 yang dikuasai UMNO dan Berjaya (sempalan PAS yang didirikan oleh Nasir). Menjelang pemilu 1982, PAS mulai digerogoti dari dalam. Tokoh-tokoh muda berupaya menggeser Datuk Asri. Setelah pemilu, keretakan di dalam partai makin memuncak. Datuk Asri lantas hengkang dari PAS, dan bersama dengan beberapa pengikutnya, ia mendirikan Hizbul Muslimin. Sialnya, PAS malah kehilangan tiga kursi di Kelantan gara-gara tiga kandidatnya kabur bersama Datuk Asri. Adapun kelompok baru Datuk Asri itu, yang merasa kecewa terhadap PAS, cenderung memihak Barisan Nasional. Hal lain yang ikut memukul PAS adalah bergabungnya Anwar Ibrahim, Ketua ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia), ke UMNO, pada 1982. Ia memang bukan orang PAS. Tapi, jika ia mau menyerahkan aspirasinya kepada PAS, maka itu merupakan kekuatan bagi PAS. Sejak pukulan beruntun itu, PAS mulai membabi buta. Mereka, seperti yang ditulis dalam Buku Putih Ancaman Terhadap Perpaduan Umat Islam dan Keamanan Negara, 1984, mulai menggunakan strategi "mengafirkan" golongan lain di luar mereka. Cara ini, sebenarnya, sudah dipopulerkan di Kelantan pada 1963. Tujuannya: "melemahkan dukungan massa terhadap UMNO" dalam pemilu 1964. Untuk itu, mereka membentuk Dewan Ulama yang bertugas mengeluarkan fatwa. Buat PAS sendiri, tujuan yang dicanangkan sejak pertama partai itu di dirikan tak pernah berubah. Kepada Zakaria M. Passe dari TEMPO, Tuanku H. Yusof Rawa, Ketua Umum PAS, berucap, "Kemerdekaan itu dicapai karena Islam. Bukan lantaran Melayu. Karena Melayu sekarang sudah campur-campur: ada Keling ada Cina." Ia juga menggugat janji Bapak Malaysia Tunku Abdulrahman, 20 tahun lalu, yang ingin menjadikan Malaysia sebagai negara Islam. "Islamisasi yang di canangkan Mahathir itu terpaksa. Karena rakyat kembali ke Islam, maka UMNO berusaha menonjolkan Islam," ujar Yusof Rawa. Dan, seperti sering di katakannya, negara Islam yang ingin diwujudkannya dimulai dengan syariat Islam berdaulat. "Soal bagaimana pelaksanaannya, itu masalah nanti," katanya lebih lanjut. Pemerintah ternyata tidak cuma dipusingkan oleh permintaan PAS. Menurut Buku Putih, masih ada kelompok-kelompok lain yang juga punya keinginan serupa. Misalnya saja, Rohaniah Group. Kelompok ini didirikan oleh H. Abdul Talib bin H. Ahmad, di Klang, Selangor, 1971. Ajaran kelompok ini di dasari kitab (buatan sendiri) Mengenal Roh. Kelompok ini sempat mempengaruhi beberapa pejabat pemerintah dan tokoh terkemuka untuk ikut mendirikan Negara Islam dengan cara kekerasan, dan sekaligus menghapus sistem kerajaan. Terbukti: ketika 11 pemimpin mereka dibekuk pada 1978, pihak keamanan menemukan 11 pistol otomatis berikut pelurunya, sebutir granat tangan, dan bahkan seragam militer. Ada lagi kelompok Koperasi Angkatan Revolusi Islam Malaysia (KARIM). Kelompok ini didirikan oleh M. Ali bin Abdul Rani, di Kuala Lumpur, 1974. Kemudian ada lagi CRYPTO Group, yang dibentuk oleh Mochtar bin Hassans pada 1977. Orang ini kabarnya menggunakan "ilmu hitam" untuk menaklukkan pengikut-pengikutnya, serta menganggap dirinya sebagai Imam Mahdi. Kemudian tercatat M. Nasir Ismail Group, dan Tentera Sabilullah/Pertubuhan Angkatan Sabilullah. Kelompok terakhir ini malah sempat mengadakan penyerangan ke beberapa surau dan masjid. Seandainya orang-orang seperti Ibrahim Lybia berhasil mendirikan negara Islam menurut versi mereka, toh kelompok-kelompok yang tidak puas di kalangan Islam tidak akan hilang dengan sendirinya. James R. Lapian Laporan Z.M.P dan Bambang Harymurti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus