Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dunia lega, untuk sementara

Pertemuan puncak reagan-gorbachev di jenewa berakhir dengan suasana persahabatan. meski masih ada ganjalan, terutama karena masalah sdi, tapi cukup sukses dengan "terobosan psikologis". (ln)

30 November 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERTEMUAN puncak Jenewa berakhir Rabu pekan lalu dalam suasana persahabatan. Ronald Reagan dan Mikhail Gorbachev memang tidak berhasil melakukan "terobosan nuklir", tapi setidaknya mereka sukses dengan "terobosan psikologis". Diakui oleh Gorbachev bahwa "masih ada pertentangan dalam beberapa masalah yang prinsipiil," tapi "kami berhasil menjernihkan suasana," kata Reagan. Seperti sudah diramalkan oleh presiden AS itu, pertemuan Jenewa barulah satu permulaan. Ia yakin pada ketulusan sikap Gorbachev tapi "kata-kata saja tidak cukup untuk melebur kecurigaan dan permusuhan antara kedua negara." Kedua pihak tidak merahasiakan kegagalan mereka dalam hal pengendalian senjata nuklir, suatu kenyataan yang rupanya sangat bisa dimaklumi oleh rakyat banyak, di AS ataupun di US. Bahwa Reagan dan Gorbachev memperlihatkan kesungguhan dan keterbukaan, itu saja rupanya sudah menggelembungkan optimisme rakyat di kedua negara. Sesudah melaporkan hasil Jenewa kepada semua kepala negara Pakta Warsawa di Praha, Gorbachev di Moskow dielu-elukan rakyat, yang karena alasan sekuriti dan protokoler tidak dapat melihat pemimpin mereka di bandara Vnukovo. Ronald Reagan, sebaliknya, mendapat tepuk tangan meriah 21 kali dan sikap tegak menghormat (ovation) dari semua anggota Kongres AS. Adapun yang disebut sebagai "terobosan psikologis" itu termaktub dalam komunike bersama sepanjang 5 halaman, mencakup 13 pokok soal. Paling menarik dalam komunike adalah kalimat ini " . . . bahwa kedua pihak sependapat perang nuklir tidak bisa dimenangkan, oleh karena itu tidak mungkin dibiarkan terjadi." Dan penegasan bahwa "kedua pihak tidak akan mengejar keunggulan militer." Sepintas, dua kalimat itu saja secara prinsipiil sudah menjamin bahwa senjata nuklir sudah bukan masalah lagi. Tapi penanggulangannya? Itulah yang telah disepakati untuk dibicarakan lebih lanjut dalam perundingan 16 Januari depan di Jenewa. Di samping itu Reagan dan Gorbachev akan berunding lagi dalam dua pertemuan puncak susulan, di AS (1986) dan US (1987). Dari semua hasil Jenewa, yang muncul sebagai kejutan adalah rencana untuk dua summit susulan itu. Rencana ini bukan saja di luar dugaan banyak orang, tapi memberi pertanda kuat tentang "mencairnya es pemisah" yang dulu mengganjal hubungan kedua negara adidaya itu. Tapi bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Pers tidak bisa segera melaporkan jalannya pertemuan Jenewa karena mereka secara mendadak - tidak dibolehkan meliput. Rupanya, delegasi kedua negara telah sepakat, Reagan dan Gorbachev tidak boleh diganggu. Lagi pula, dikhawatirkan bahwa pemberitaan pers, beserta segenap komentar dan analisanya, bisa merusakkan suasana. Karena itu selama dua hari summit, para wartawan sudah mesti puas dengan acara-acara Nancy Reagan dan Raisa Gorbacheva, yang hampir tidak ada kaitannya dengan perlucutan nuklir. Baru Kamis, kedua kepala negara muncul bersamaan dalam sebuah konperensi pers. Di situ Reagan bicara singkat. "Kami sedang menuju ke arah yang benar," katanya, dan bahwa pertemuan di Jenewa itu "baru mencapai hasil sementara, sedangkan hasil sebenarnya mungkin baru akan terwujud berbulan-bulan, malah, bertahun-tahun lagi." Mikhail Gorbachev, sebaliknya, telah menghabiskan waktu satu jam untuk menjelaskan berbagai hal dan masih menyisakan 40 menit untuk menjawab pertanyaan wartawan. "Saya lebih suka menilai pertemuan Jenewa sebagai awal sebuah dialog yang bertujuan memperbaiki situasi," katanya pada awal pidato. "Pertemuan berlangsung blak-blakan, bahkan sesekali meruncing." Tak lupa ditandaskannya bahwa Uni Soviet siap melakukan penciutan nuklir secara radikal dengan syarat, "pintu untuk perlombaan senjata nuklir di angkasa luar ditutup sama sekali." Yang dimaksud Gorbachev adalah SDI (Strategic Defence Initiative), yang lebih dikenal sebagai program Perang Bintang. Menurut keterangan Ronald Reagan yang diberikan pada wartawan Gedung Putih, SDI ini sempat membuat Gorbachev naik pitam. Ketika diskusi sampai kepada SDI, pemimpin Soviet itu tidak saja memukul meja tapi juga menuding-nuding. "Saya berusaha menjawab pertanyaannya, tapi dia tidak mendengarkan," tutur Reagan. Sekalipun begitu, Reagan yang lebih tua 20 tahun dari Gorbachev bukan saja tidak tersinggung malah tidak sedikit pun meragukan ketulusan sikap lawannya. Presiden AS itu tidak lupa mengobralkan beberapa lelucon tapi sayang Gorbachev tidak tertawa. Penerjemah Soviet mungkin tidak tangkas menyalin kalimat-kalimat Reagan yang diucapkan dengan cepat. Atau, barangkali, lelucon itu dianggap kurang lucu. Berlangsung lebih kurang delapan jam, dalam tempo dua hari, pembicaraan empat mata Gorbachev-Reagan didampingi penerjemah masing-masing, tanpa dicatat ataupun direkam. Pada hari pertama, perundingan berlangsung di Fleuer d'Eau, sebuah mansion yang disewa pemerintah AS, terletak di tepi Danau Jenewa. Di tengah-tengah perundingan, Reagan tiba-tiba mengajak Gorbachev berjalan-jalan di taman, sementara pembicaraan dilanjutkan. Tapi bagi presiden AS itu, justru pembicaraan di depan pediangan di ruang sidang pihak Soviet yang memnggalkan kesan mendalam. Pembicaraan di sini memperoleh kemajuan sangat berarti, yang kemudian dimatangkan bersama oleh Menlu George Shultz dan Menlu Eduard Shevardnadze. Berbagai komentar diucapkan oleh sejumlah kepala negara, baik dari NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) ataupun Pakta Warsawa. Umumnya mereka menyambut baik "terobosan psikologis" Reagan-Gorbachev dan mengisyaratkan agar kedua pemimpin adidaya itu lebih berhasil lagi dalam perundingan mendatang. Di AS, berbagai tokoh tidak ketinggalan bersuara. Bekas Menlu Cyrus Vance gembira karena summit akan dilembagakan. Alexander Haig, juga bekas menlu mengingatkan, "jalan masih terbentang panjang, penuh tantangan." Sementara itu Letjen James Abrahamson, Direktur Program Perang Bintang, menandaskan bahwa sistem pertahanan SDI sudah bisa di terapkan tahun 1990. Tampaknya ia tidak sedikit pun menghiraukan keberatan Gorbachev. Padahal, tiga hari sebelumnya, koran Pravda dan Izvestia memuat foto Reagan dalam ukuran besar sedangkan jaringan tv Soviet menyiarkan summit langsung dari Jenewa. Dan rakyat Soviet kini mulai bicara tentang penampilan Reagan yang kata mereka sangat manusiawi. I.S Laporan Reuter

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus