Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Menanti Sandera Dari Iran

Masalah pembebasan sandera AS di Iran, majelis Iran sedang membahas syarat-syarat bagi pembebasan para sandera tersebut, jika pembebasan tersebut sebelum tgl 4 Nop 80, maka akan menguntungkan posisi Jimmy Carter. (ln)

1 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

POPULARITAS Presiden Jimmy Carter menanjak. Dalam poll pendapat umum koran New York Times dan televisi CBS News terakhir, ia mengungguli Ronald Reagan, calon Partai Republik. Upaya diplomatik Washington untuk membebaskan 52 sandera AS di Iran sebelum pemilihan Presiden, 4 November, ternyata banyak menolong posisinya.Dalam kampanye di sejumlah kota Carter memang menyebut kemungkinan pembebasan sandera sambil mengecam sikap agresi Irak terhadap Iran. Demikian- gencar pendapat itu dikemukakan hingga timbul rasa optimisme yang berlebihan. Reagan dan calon independent John Anderson mulai bersikap hati-hati karenanya. Adalah Reagan yang pertama kali menggunakan soal sandera dalam kampanye politik untuk memukul Carter. Ia menyebut harga diri AS telah jatuh karena krisis penyanderaan. Tapi sejak PM Iran Mohammad Ali Rajaie menghadiri sidang Dewan Keamanan PBB di New York (18 Oktober) iklim politik di AS tak menguntungkan Reagan dan Anderson. "Kami tak pernah memikirkan kejutan Oktober (saat pembebasan sandera diharapkan) akan terjadi," kata Anderson. 4 Syarat Benarkah sandera dibebaskan pekan ini? Hari Minggu dan Senin kemarin, Majlis (Parlemen Iran, beranggotakan 228 utusan) mulai memperdebatkannya secara terutup. Pada mulanya, beberapa anggota Majlis mengusulkan agar pembicaraan masalah sandera diselenggarakan secara terbuka. Mereka beranggapan bahwa sesungguhnya, dunia sudah tahu mengenai beberapa syarat yang dituntut Iran bagi pembebasan sandera. Jadi soalnya ialah apakah AS menyetujuinya. Sidang tertutup itu membahas Usul Komisi Khusus Sandera, dan empat syarat Ayatullah Khomeini: AS berjanji tak akan melakukan campur tangan politik dalam negeri Iran, AS harus mencabut semua claim atas Iran, AS harus mencairkan kekayaan Iran di Bank AS, dan AS harus mengembalikan seluruh kekayaan Syah Pahlavi ke Iran. Dalam syarat Khomeini terbaru itu (12 September) tidak disebut lagi soal keharusan AS menyatakan maaf atas segala perbuatannya semasa Syah Pahlavi berkuasa. Hal tersebut dianggap suatu pertanda bahwa Khomeini mulai melunakkan sikap. Tapi Teheran masih bertanya-tanya sudahkah AS menerima keempat syarat Khomeini tersebut? Di suatu kesempatan kampanye pekan lalu, Presiden carter mengungkapkan bahwa pemerintahnya akan segera mencairkan kekayaan Iran (US$ 8 milyar) segera setelah Teheran membebaskan 52 sandera AS. Bahkan baik Carter maupun Menlu Edmund Muskie, menurut seorang pejabat tinggi AS, menyatakan bahwa AS di masa mendatang tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Iran lagi. Pernyataan Muskie tersebut konon dituangkan dalam sepucuk surat yang dikirimkan kepada PM Iran Mohammad Ali Rajaie pekan lalu. "Kami ingin melihat sebuah Iran yang bersatu kuat dan damai. Kami juga ingin melakukan hubungan dagang kembali ke Iran," kata Carter. Tapi Ayatullah Bahesti, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Partai Republik Islam mengatakan bahwa AS belum sepenuhnya menerima persyaratan Khomeini. "Dari pernyataan mereka (para pejabat AS) tak satu pun menunjukkan bahwa mereka menerima persyaratan yang diajukan Imam, " katanya. Suara Bahesti berbobot dalam hal ini karena partainya merupakan mayoritas di Majlis. Parlemen Iran itu ternyata belum bisa segera mengambil keputusan. (Sidangnya masih akan dilanjutkan Rabu pekan ini). Pada hakikatnya Teheran menginginkan agar soal sandera diselesaikan secepatnya, demikian laporan wartawan TEMPO Zulkifly Lubis dari ibukota Iran. Tajuk rencana koran Kayhan (dipimpin Dr. Ibrahim Yazdi), misalnya, menulis bahwa masalah sandera sebaiknya diputuskan sebelum pemilihan Presiden 4 November. "Karena hal tersebut akan bisa menguntungkan Iran, apalagi syarat-syaratnya sudah diterima Carter. Bila masalah sandera diputuskan setelah 4 November, soalnya akan jadi lain," tulisnya. Kayhan memang benar. Carter sangat berkepentingan menyelesaikannya menjelang pemilihan Presiden. Bila ia berhasil membebaskan sandera sebelum saat itu, peluangnya memenangkan pemilihan sangat besar. Di lain pihak Teheran juga akan memperoleh keuntungan. Carter tentu akan memenuhi janjinya. Ia diduga juga akan memberikan dukungan di forum PBB, segera setelah mencabut sanksi ekonomi dan isolasi diplomatik atas Iran. Tapi karena muncul perbedaan pendapat mengenai syarat yang harus dipenuhi AS, persoalan pembebasan sandera menjadi kian berlarut. Jadi tak mustahil dalam sidang Majlis akan muncul syarat tambahan selain empat syarat Khomeini. Menurut Hashemi Rafsnajani, Ketua Majlis, mungkin Iran menuntut penarik an pesawat AWACS (Sistem Pengawasan dan Pengendalian di Udara) dari wilayah Arab Saudi--suatu hal yang sulit dipenuhi AS. Washington, seperti dinyatakan Menlu Muskie, demi keamanan Teluk Persia, akan tetap mempertahankan kehadiran pesawat AWACS di Saudi. Mungkinkah sandera bebas? Segera setelah AS menerima persyaratan yang dirumuskan Majlis kelak, kata Hojatoleslam Moussavi Khoeniha, anggota Komisi Khusus Sandera, mereka akan bebas pada hari berikutnya. "Pendeknya mereka akan bebas.tak lama sesudah Majlis mengumumkan syarat pembebasan." Sekalipun demikian, Teheran tampaknya akan sulit memperoleh kembali seluruh kekayaannya. Sejak Iran menyandera 52 warga AS, berbagai pengadilan di AS menerima sekitar 250 pengaduan dan perintah penyitaan atas dana Iran di berbagai bank AS. Perintah penyitaan itu ditaksir bernilai US$ 6 milyar (Rp 3,7 trilyun). Kondisi demikian jelas tak menguntungkan Carter untuk menghadapi Teheran. "Carter tak bisa melakukan negosiasi bila pengadilan mengatakan tindakan tersebut tidak konstitusional," kata David Rockefeller, Presiden Chase Manhattan Bank, AS. Tapi sampai pekan ini tak terdengar suara pengadilan federal AS. Kekayaan Iran yang dibekukan itu juga termasuk sejumlah perlengkapan militer. Menurut Pentagon, perlengkapan militer yang dipesan dan sudah dibayar Iran (sebelum Khomeini berkuasa) bernilai US$ 550 juta (Rp 346 milyar). Sekitar US$ 130 juta (Rp 82 milyar) masih berada dalam tahap penyelesaian kontrak di berbagai pabrik perlengkapan militer. Teheran ketika itu juga memesan sejumlah peluru kendali Udara ke Udara, Udara ke Darat, suku cadang pesawat tempur dan tank bernilai US$ 400 juta (Rp 252 milyar). Irak Masygul Jadi jelas perlengkapan militer itu hak Iran. Tapi kemudian beredar berita bahwa AS akan mengirimkan sejumlah suku cadang dan amunisi untuk mengimbangi pembebasan sandera. Kenapa? Baghdad, yang terutama meniupkan berita tersebut, memang berkepentingan. Dengan propaganda demikian ia ingin menarik perhatian Uni Soviet untuk memihak Irak. Koran Al-Thawra, organ Partai Sosialis Ba'ath Irak yang berkuasa, dengan jelas meniupkan hal tersebut dalam tajuk rencananya. "Carter telah membuang netralitas AS dalam perang Iran-lrak, semata-mata untuk memperoleh point dalam kampanye pemilihan Presiden," tuduhnya. Irak memang akan sangat masygul bila kelak AS memenuhi janjinya. Tak mustahil kedudukan pasukan Irak di sekitar kota pelabuhan Khorramshahr dan Abadan akan terpukul. Sementara itu Irak tampak menyiapkan diri untuk suatu perang panjang. Di daerah Iran yang direbutnya, Irak membangun jaringan logistik menghadapi musim dingin (awal Desember). Pasukannya juga siap merebut Ahwaz. Sementara kota strategis Dezful, sudah dihujaninya dengan Peluru Kendali Darat ke Darat Frog yang menewaskan ratusan penduduk sipil Iran. Presiden Irak Saddam Husein awal pekan ini diberitakan mengulang tawaran damai, tapi akan bertahan di wilayah Iran yang jadi tuntutannya. Sedang Iran masih tampak gigih bertahan dan belum berminat untuk berunding. Tapi pemberitaan front seolah tercecer pekan lalu di tengah suasana spekulasi pembebasan sandera. Jaringan televisi CBS, NBC dan AAC dari AS bahkan memblokir tiga lantai suatu hotel dekat pelabuhan udara Frankfurt, Jerman Barat. Di situ mereka membangun fasilitas studio, pusat kontrol dan pemancar yang akan bisa menyiarkan peristiwa kedatangan sandera di Frankfurt secara langsung ke AS lewat satelit. Sekitar 150 wartawan dan juru kamera televisi AS kini dalam kondisi 'siap tempur'. Mereka menduga para sandera--setelah bebas -- akan diterbangkan ke Frankfurt seperti sejumlah sandera yang bebas terdahulu . Richard Queen Wakil Konsul AS di Teheran, misalnya yang dibebaskan Juli lalu, diterbangkan juga ke sana. Ia kemudian menjalani pemeriksaan kesehatan di rumah sakit Angkatan Udara AS Lindsay di Wiesbaden. Di rumah sakit itu pula telah dibangun sejumlah sambungan telepon internasional ke AS. Bila suatu saat perlu bicara dengan keluarganya di AS, bekas sandera akan mudah melakukannya. Dan hampir setiap hari pula, helikopter televisi AS berputar-putar mengitari rumah sakit itu. Tapi sementara itu muncul dugaan para sandera akan keluar dari Iran menuju Quetta, suatu kota kecil di Baluchistan, Pakistan, menempuh jalan darat. Bila dugaan itu benar, para wartawan televisi itu akan kecele.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus