POPULARITAS Presiden Jimmy Carter menanjak. Dalam poll pendapat
umum koran New York Times dan televisi CBS News terakhir, ia
mengungguli Ronald Reagan, calon Partai Republik. Upaya
diplomatik Washington untuk membebaskan 52 sandera AS di Iran
sebelum pemilihan Presiden, 4 November, ternyata banyak menolong
posisinya.Dalam kampanye di sejumlah kota Carter memang menyebut
kemungkinan pembebasan sandera sambil mengecam sikap agresi Irak
terhadap Iran. Demikian- gencar pendapat itu dikemukakan hingga
timbul rasa optimisme yang berlebihan. Reagan dan calon
independent John Anderson mulai bersikap hati-hati karenanya.
Adalah Reagan yang pertama kali menggunakan soal sandera dalam
kampanye politik untuk memukul Carter. Ia menyebut harga diri AS
telah jatuh karena krisis penyanderaan.
Tapi sejak PM Iran Mohammad Ali Rajaie menghadiri sidang Dewan
Keamanan PBB di New York (18 Oktober) iklim politik di AS tak
menguntungkan Reagan dan Anderson. "Kami tak pernah memikirkan
kejutan Oktober (saat pembebasan sandera diharapkan) akan
terjadi," kata Anderson.
4 Syarat
Benarkah sandera dibebaskan pekan ini? Hari Minggu dan Senin
kemarin, Majlis (Parlemen Iran, beranggotakan 228 utusan) mulai
memperdebatkannya secara terutup. Pada mulanya, beberapa anggota
Majlis mengusulkan agar pembicaraan masalah sandera
diselenggarakan secara terbuka. Mereka beranggapan bahwa
sesungguhnya, dunia sudah tahu mengenai beberapa syarat yang
dituntut Iran bagi pembebasan sandera. Jadi soalnya ialah apakah
AS menyetujuinya.
Sidang tertutup itu membahas Usul Komisi Khusus Sandera, dan
empat syarat Ayatullah Khomeini: AS berjanji tak akan melakukan
campur tangan politik dalam negeri Iran, AS harus mencabut semua
claim atas Iran, AS harus mencairkan kekayaan Iran di Bank AS,
dan AS harus mengembalikan seluruh kekayaan Syah Pahlavi ke
Iran.
Dalam syarat Khomeini terbaru itu (12 September) tidak disebut
lagi soal keharusan AS menyatakan maaf atas segala perbuatannya
semasa Syah Pahlavi berkuasa. Hal tersebut dianggap suatu
pertanda bahwa Khomeini mulai melunakkan sikap. Tapi Teheran
masih bertanya-tanya sudahkah AS menerima keempat syarat
Khomeini tersebut?
Di suatu kesempatan kampanye pekan lalu, Presiden carter
mengungkapkan bahwa pemerintahnya akan segera mencairkan
kekayaan Iran (US$ 8 milyar) segera setelah Teheran membebaskan
52 sandera AS. Bahkan baik Carter maupun Menlu Edmund Muskie,
menurut seorang pejabat tinggi AS, menyatakan bahwa AS di masa
mendatang tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Iran lagi.
Pernyataan Muskie tersebut konon dituangkan dalam sepucuk surat
yang dikirimkan kepada PM Iran Mohammad Ali Rajaie pekan lalu.
"Kami ingin melihat sebuah Iran yang bersatu kuat dan damai.
Kami juga ingin melakukan hubungan dagang kembali ke Iran," kata
Carter.
Tapi Ayatullah Bahesti, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Partai
Republik Islam mengatakan bahwa AS belum sepenuhnya menerima
persyaratan Khomeini. "Dari pernyataan mereka (para pejabat AS)
tak satu pun menunjukkan bahwa mereka menerima persyaratan yang
diajukan Imam, " katanya. Suara Bahesti berbobot dalam hal ini
karena partainya merupakan mayoritas di Majlis. Parlemen Iran
itu ternyata belum bisa segera mengambil keputusan. (Sidangnya
masih akan dilanjutkan Rabu pekan ini).
Pada hakikatnya Teheran menginginkan agar soal sandera
diselesaikan secepatnya, demikian laporan wartawan TEMPO
Zulkifly Lubis dari ibukota Iran. Tajuk rencana koran Kayhan
(dipimpin Dr. Ibrahim Yazdi), misalnya, menulis bahwa masalah
sandera sebaiknya diputuskan sebelum pemilihan Presiden 4
November. "Karena hal tersebut akan bisa menguntungkan Iran,
apalagi syarat-syaratnya sudah diterima Carter. Bila masalah
sandera diputuskan setelah 4 November, soalnya akan jadi lain,"
tulisnya.
Kayhan memang benar. Carter sangat berkepentingan
menyelesaikannya menjelang pemilihan Presiden. Bila ia berhasil
membebaskan sandera sebelum saat itu, peluangnya memenangkan
pemilihan sangat besar. Di lain pihak Teheran juga akan
memperoleh keuntungan. Carter tentu akan memenuhi janjinya. Ia
diduga juga akan memberikan dukungan di forum PBB, segera
setelah mencabut sanksi ekonomi dan isolasi diplomatik atas
Iran.
Tapi karena muncul perbedaan pendapat mengenai syarat yang harus
dipenuhi AS, persoalan pembebasan sandera menjadi kian berlarut.
Jadi tak mustahil dalam sidang Majlis akan muncul syarat
tambahan selain empat syarat Khomeini. Menurut Hashemi
Rafsnajani, Ketua Majlis, mungkin Iran menuntut penarik an
pesawat AWACS (Sistem Pengawasan dan Pengendalian di Udara) dari
wilayah Arab Saudi--suatu hal yang sulit dipenuhi AS.
Washington, seperti dinyatakan Menlu Muskie, demi keamanan Teluk
Persia, akan tetap mempertahankan kehadiran pesawat AWACS di
Saudi.
Mungkinkah sandera bebas? Segera setelah AS menerima persyaratan
yang dirumuskan Majlis kelak, kata Hojatoleslam Moussavi
Khoeniha, anggota Komisi Khusus Sandera, mereka akan bebas pada
hari berikutnya. "Pendeknya mereka akan bebas.tak lama sesudah
Majlis mengumumkan syarat pembebasan."
Sekalipun demikian, Teheran tampaknya akan sulit memperoleh
kembali seluruh kekayaannya. Sejak Iran menyandera 52 warga AS,
berbagai pengadilan di AS menerima sekitar 250 pengaduan dan
perintah penyitaan atas dana Iran di berbagai bank AS. Perintah
penyitaan itu ditaksir bernilai US$ 6 milyar (Rp 3,7 trilyun).
Kondisi demikian jelas tak menguntungkan Carter untuk menghadapi
Teheran. "Carter tak bisa melakukan negosiasi bila pengadilan
mengatakan tindakan tersebut tidak konstitusional," kata David
Rockefeller, Presiden Chase Manhattan Bank, AS. Tapi sampai
pekan ini tak terdengar suara pengadilan federal AS.
Kekayaan Iran yang dibekukan itu juga termasuk sejumlah
perlengkapan militer. Menurut Pentagon, perlengkapan militer
yang dipesan dan sudah dibayar Iran (sebelum Khomeini berkuasa)
bernilai US$ 550 juta (Rp 346 milyar). Sekitar US$ 130 juta (Rp
82 milyar) masih berada dalam tahap penyelesaian kontrak di
berbagai pabrik perlengkapan militer. Teheran ketika itu juga
memesan sejumlah peluru kendali Udara ke Udara, Udara ke Darat,
suku cadang pesawat tempur dan tank bernilai US$ 400 juta (Rp
252 milyar).
Irak Masygul
Jadi jelas perlengkapan militer itu hak Iran. Tapi kemudian
beredar berita bahwa AS akan mengirimkan sejumlah suku cadang
dan amunisi untuk mengimbangi pembebasan sandera. Kenapa?
Baghdad, yang terutama meniupkan berita tersebut, memang
berkepentingan. Dengan propaganda demikian ia ingin menarik
perhatian Uni Soviet untuk memihak Irak. Koran Al-Thawra, organ
Partai Sosialis Ba'ath Irak yang berkuasa, dengan jelas
meniupkan hal tersebut dalam tajuk rencananya. "Carter telah
membuang netralitas AS dalam perang Iran-lrak, semata-mata untuk
memperoleh point dalam kampanye pemilihan Presiden," tuduhnya.
Irak memang akan sangat masygul bila kelak AS memenuhi janjinya.
Tak mustahil kedudukan pasukan Irak di sekitar kota pelabuhan
Khorramshahr dan Abadan akan terpukul.
Sementara itu Irak tampak menyiapkan diri untuk suatu perang
panjang. Di daerah Iran yang direbutnya, Irak membangun jaringan
logistik menghadapi musim dingin (awal Desember). Pasukannya
juga siap merebut Ahwaz. Sementara kota strategis Dezful, sudah
dihujaninya dengan Peluru Kendali Darat ke Darat Frog yang
menewaskan ratusan penduduk sipil Iran. Presiden Irak Saddam
Husein awal pekan ini diberitakan mengulang tawaran damai, tapi
akan bertahan di wilayah Iran yang jadi tuntutannya. Sedang Iran
masih tampak gigih bertahan dan belum berminat untuk berunding.
Tapi pemberitaan front seolah tercecer pekan lalu di tengah
suasana spekulasi pembebasan sandera. Jaringan televisi CBS, NBC
dan AAC dari AS bahkan memblokir tiga lantai suatu hotel dekat
pelabuhan udara Frankfurt, Jerman Barat. Di situ mereka
membangun fasilitas studio, pusat kontrol dan pemancar yang akan
bisa menyiarkan peristiwa kedatangan sandera di Frankfurt secara
langsung ke AS lewat satelit. Sekitar 150 wartawan dan juru
kamera televisi AS kini dalam kondisi 'siap tempur'. Mereka
menduga para sandera--setelah bebas -- akan diterbangkan ke
Frankfurt seperti sejumlah sandera yang bebas terdahulu .
Richard Queen Wakil Konsul AS di Teheran, misalnya yang
dibebaskan Juli lalu, diterbangkan juga ke sana. Ia kemudian
menjalani pemeriksaan kesehatan di rumah sakit Angkatan Udara AS
Lindsay di Wiesbaden. Di rumah sakit itu pula telah dibangun
sejumlah sambungan telepon internasional ke AS. Bila suatu saat
perlu bicara dengan keluarganya di AS, bekas sandera akan mudah
melakukannya. Dan hampir setiap hari pula, helikopter televisi
AS berputar-putar mengitari rumah sakit itu.
Tapi sementara itu muncul dugaan para sandera akan keluar dari
Iran menuju Quetta, suatu kota kecil di Baluchistan, Pakistan,
menempuh jalan darat. Bila dugaan itu benar, para wartawan
televisi itu akan kecele.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini