Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bom anti-marcos

Gerakan pembebasan 6 april meledakkan bom di balai sidang filipina (picc), ketika presiden marcos sedang membuka konperensi ikatan biro pariwisata amerika (asta) ke-50.

1 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GERAKAN Pembebasan 6 April, kelompok bawah tanah anti Presiden Ferdinand Marcos, kembali mengguncang Manila dengan bom. Sekali ini ledakannya cuma berjarak 15 meter dari Kepala Negara Filipina itu --sepuluh menit selepas ia membuka konperensi Ikatan Biro Pariwisata Amerika (ASTA) ke-50. Peristiwa di Balai Sidang Filipina (PICC) itu, 19 Oktober, belum membunuh, tapi sudah melukai 18 orang--11 di antaranya peserta konperensi ASTA. "Bom itu sesungguhnya ditujukan buat saya," kata Marcos, yang meninggalkan ruang sidang itu lima menit setelah ledakan. Akibatnya ialah konperensi ASTA jadi batal. Banyak pesertanya meninggalkan Manila pada kesempatan pertama, esoknya. Namun masih bersisa sekitar 1.000 anggota ASTA menyambut tawaran tuan rumah untuk acara melancong ke beberapa obyek pariwisata negeri itu. "Sebagai tuan rumah yang baik kami harus menyelesaikan acara yang direncanakan dengan baik pula," kata Menteri Pariwisata Filipina Jose Aspiras. "Kalau diperlukan pemerintah Filipina bersedia untuk menyelenggarakan konperensi ASTA lagi." ASTA, beberapa minggu sebelum merayakan 'pesta emas' mereka di Manila sebetulnya sudah diperingatkan oleh Gerakan Pembebasan 6 April agar membatalkan rencana itu "jika tidak ingin mendapat musibah." Peringatan itu tak ditanggapi serius oleh ASTA. Sebab Biro Penyelidikan Federal AS (FBI) telah bertemu dengan Dinas Keamanan Filipina, dan menyatakan situasi "aman". Dinas Keamanan--beberapa jam sebelum konperensi ASTA dibuka--sudah mendeteksi segala pelosok PICC. Tak ada sesuatu yang mencurigakan diketemukan. Tapi para petugas tidak memeriksa tas peserta konperensi waktu masuk PICC. "Agaknya mereka ingin memberi kesan bahwa keamanan sepenuhnya dikuasai pemerintah," kata seorang saksi mata. Marcos dalam pidato pembukaannya memang menonjolkan bahwa soal keamanan terjamin. "Mungkin hadirin sekalian banyak yang baru pertama kali ke Filipina. Tapi mengetahui di negeri kami ini berlaku undang-undang darurat. Hingga timbul kekhawatiran bahwa anda telah memasuki negara yang penuh ceceran darah, penculikan, pembunuhan, kekerasan, dan kekacauan,"kata Marcos. "Justru karena khawatir akan hal itu, pada 21 September 1972 saya menyatakan berlakunya undang undang darurat. Dengan penjelasan ini semoga impian buruk anda sekalian berlalu dan tak timbul lagi." Gerakan Pembebasan 6 April melakukan aksi teror mulai 22 Agustus. Korbannya? Selama dua bulan, satu orang tewas dan 50 lainnya luka-luka. Marcos menuduh bahwa kelompok gerilya kota itu didalangi dari AS oleh kaum pelarian dari Filipina. Antara lain disebutsebut nama tokoh oposisi Benigno Aquino, Raul Manglapus, Eugene Lopez Jr, Renato Tanada dan Jovito Salonga. Perintah penangkapan atas 30 tokoh oposisi telah dikeluarkan Marcos, sehari setelah peristiwa ledakan di PICC. Tapi baru bekas Senator Salonga, 60 tahun, yang diciduk. Kebetulan ia terbaring akibat asthma di sehuah rumah sakit di Manila. Ia satu-satunya tokoh dicurigai yang berada di dalam negeri. Tapi Salonga membantah bahwa ia terlibat dalamaksi teror itu. Aquino, 47 tahun, yang pernah mendekam di penjara selama delapan tahun mengejek seruan penangkapan dirinya yang dikeluarkan Marcos. "Seruan itu mengganggu makan siang saya," kata Aquino. "Saya sendiri kebingungan mengenali para pembom itu. Tapi saya mengagumi mereka." Aquino -- dibebaskan dari penjara, Mei, untuk keperluan perawatan jantungnya di AS dan sejak itu tak pulang lagi--menyatakan keyakinan bahwa tangan rezim Marcos tak mungkin menjangkaunya. "Setahu saya antara Filipina dan AS tak ada perjanjian ekstradisi," lanjut Aquino. Melihat situasi rawan di Filipina akhir-akhir ini, Marcos mengeluarkan pernyataan. bahwa ia tidak akan mencabut Undang-Undang Darurat. Padahal di depan 5000 peserta konperensi ASTA yang batal itu ia menyinggung kemungkinan untuk mengakhiri Undang-Undang Darurat sekitar Mei 1981. Sementara itu kalangan militer mengadakan wajib latih anti-teroris. Dalam gelombang pertama 180 perwira dilatih selama enam pekan mengenai penanganan bahan peledak. Sedang Gerakan Pembebasan 6 April mengulangi awal pekan ini suatu kebulatan tekad "tak akan berhenti beraksi sampai rezim Marcos tumbang. "

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus