GERAKAN Pembebasan 6 April, kelompok bawah tanah anti Presiden
Ferdinand Marcos, kembali mengguncang Manila dengan bom. Sekali
ini ledakannya cuma berjarak 15 meter dari Kepala Negara
Filipina itu --sepuluh menit selepas ia membuka konperensi
Ikatan Biro Pariwisata Amerika (ASTA) ke-50.
Peristiwa di Balai Sidang Filipina (PICC) itu, 19 Oktober, belum
membunuh, tapi sudah melukai 18 orang--11 di antaranya peserta
konperensi ASTA. "Bom itu sesungguhnya ditujukan buat saya,"
kata Marcos, yang meninggalkan ruang sidang itu lima menit
setelah ledakan.
Akibatnya ialah konperensi ASTA jadi batal. Banyak pesertanya
meninggalkan Manila pada kesempatan pertama, esoknya. Namun
masih bersisa sekitar 1.000 anggota ASTA menyambut tawaran tuan
rumah untuk acara melancong ke beberapa obyek pariwisata negeri
itu. "Sebagai tuan rumah yang baik kami harus menyelesaikan
acara yang direncanakan dengan baik pula," kata Menteri
Pariwisata Filipina Jose Aspiras. "Kalau diperlukan pemerintah
Filipina bersedia untuk menyelenggarakan konperensi ASTA lagi."
ASTA, beberapa minggu sebelum merayakan 'pesta emas' mereka di
Manila sebetulnya sudah diperingatkan oleh Gerakan Pembebasan 6
April agar membatalkan rencana itu "jika tidak ingin mendapat
musibah." Peringatan itu tak ditanggapi serius oleh ASTA. Sebab
Biro Penyelidikan Federal AS (FBI) telah bertemu dengan Dinas
Keamanan Filipina, dan menyatakan situasi "aman".
Dinas Keamanan--beberapa jam sebelum konperensi ASTA
dibuka--sudah mendeteksi segala pelosok PICC. Tak ada sesuatu
yang mencurigakan diketemukan. Tapi para petugas tidak memeriksa
tas peserta konperensi waktu masuk PICC. "Agaknya mereka ingin
memberi kesan bahwa keamanan sepenuhnya dikuasai pemerintah,"
kata seorang saksi mata.
Marcos dalam pidato pembukaannya memang menonjolkan bahwa soal
keamanan terjamin. "Mungkin hadirin sekalian banyak yang baru
pertama kali ke Filipina. Tapi mengetahui di negeri kami ini
berlaku undang-undang darurat. Hingga timbul kekhawatiran bahwa
anda telah memasuki negara yang penuh ceceran darah, penculikan,
pembunuhan, kekerasan, dan kekacauan,"kata Marcos. "Justru
karena khawatir akan hal itu, pada 21 September 1972 saya
menyatakan berlakunya undang undang darurat. Dengan penjelasan
ini semoga impian buruk anda sekalian berlalu dan tak timbul
lagi."
Gerakan Pembebasan 6 April melakukan aksi teror mulai 22
Agustus. Korbannya? Selama dua bulan, satu orang tewas dan 50
lainnya luka-luka. Marcos menuduh bahwa kelompok gerilya kota
itu didalangi dari AS oleh kaum pelarian dari Filipina. Antara
lain disebutsebut nama tokoh oposisi Benigno Aquino, Raul
Manglapus, Eugene Lopez Jr, Renato Tanada dan Jovito Salonga.
Perintah penangkapan atas 30 tokoh oposisi telah dikeluarkan
Marcos, sehari setelah peristiwa ledakan di PICC. Tapi baru
bekas Senator Salonga, 60 tahun, yang diciduk. Kebetulan ia
terbaring akibat asthma di sehuah rumah sakit di Manila. Ia
satu-satunya tokoh dicurigai yang berada di dalam negeri. Tapi
Salonga membantah bahwa ia terlibat dalamaksi teror itu.
Aquino, 47 tahun, yang pernah mendekam di penjara selama
delapan tahun mengejek seruan penangkapan dirinya yang
dikeluarkan Marcos. "Seruan itu mengganggu makan siang saya,"
kata Aquino. "Saya sendiri kebingungan mengenali para pembom
itu. Tapi saya mengagumi mereka." Aquino -- dibebaskan dari
penjara, Mei, untuk keperluan perawatan jantungnya di AS dan
sejak itu tak pulang lagi--menyatakan keyakinan bahwa tangan
rezim Marcos tak mungkin menjangkaunya. "Setahu saya antara
Filipina dan AS tak ada perjanjian ekstradisi," lanjut Aquino.
Melihat situasi rawan di Filipina akhir-akhir ini, Marcos
mengeluarkan pernyataan. bahwa ia tidak akan mencabut
Undang-Undang Darurat. Padahal di depan 5000 peserta konperensi
ASTA yang batal itu ia menyinggung kemungkinan untuk mengakhiri
Undang-Undang Darurat sekitar Mei 1981.
Sementara itu kalangan militer mengadakan wajib latih
anti-teroris. Dalam gelombang pertama 180 perwira dilatih selama
enam pekan mengenai penanganan bahan peledak. Sedang Gerakan
Pembebasan 6 April mengulangi awal pekan ini suatu kebulatan
tekad "tak akan berhenti beraksi sampai rezim Marcos tumbang. "
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini