Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Menata Rumah Sesuai Pesta

Perdana menteri baru Jepang, Junichiro Koizumi, akan menghadapi dua ujian berat: memulihkan kondisi ekonomi dan menjaga harmoni dengan kelompok konservatif.

6 Mei 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sembari tersenyum, Junichiro Koizumi membungkuk dengan takzim di hadapan para anggota Majelis Rendah Jepang. Tubuhnya yang langsing dibalut jas abu-abu terang, dengan kemeja biru dipadu dasi berwarna keperakan, tampak terlalu ringkih untuk profil seorang petarung. Tapi ukuran tubuh memang tidak jadi soal dalam pertarungan politik—seperti diperlihatkan Koizumi. Kamis pekan silam, ia menundukkan lawan-lawannya dengan cemerlang: pria berusia 59 tahun itu naik ke kursi Perdana Menteri Jepang dengan meraih 287 suara dari 487 suara. Bandingkan dengan pihak oposisi dari Partai Demokrat, yang cuma mencatat 127 suara. Maka, tepuk tangan pun bertalu-talu mengiringi kemenangan Koizumi seusai penghitungan suara di parlemen.

Perdana Menteri baru itu—dua hari sebelumnya ia terpilih menjadi Presiden Partai Demokratik Liberal (LDP)—memang layak mendapat aplaus. Kemenangannya telah membubuhkan catatan baru dalam sejarah politik modern Jepang. Ia menjebolkan benteng konservatisme politik LDP. Bukan rahasia lagi bahwa jabatan ketua partai itu ataupun Perdana Menteri Jepang didominasi oleh para politisi senior LDP dari kubu konservatif selama setengah abad lebih.

Dukungan untuk Koizumi menunjukkan bahwa kepercayaan publik—dan parlemen—kepada golongan tua LDP telah luntur. "Saya kira kemenangan ini bisa disebut sebuah revolusi yang penuh kedamaian," kata Koizumi. Lama berkecimpung dalam politik, ia dikenal sebagai politisi nonkonvensional. "Mengubah LDP, mengubah Jepang" adalah tema kampanyenya. Toh, ia sendiri kaget oleh kesuksesannya. "Untuk Jepang dan LDP, ini sebuah revolusi," katanya.

Sukses itu otomatis menghadapkan Koizumi pada pekerjaan rumah terbesar: memulihkan perekonomian Jepang. Sejumlah kalangan meragukan kemampuannya, kendati dalam platform kebijakannya, Koizumi berupaya menerapkan langkah-langkah "fleksibel dan drastis" untuk mereformasi LDP dan ekonomi Jepang. Untuk mengatasi utang Jepang yang menggunung, misalnya, menurut Koizumi, pemerintah harus membatasi penerbitan obligasi.

Di luar soal ekonomi, Koizumi juga menghadapi soal pelik lainnya: memelihara harmoni di dalam koalisi LDP. Terutama, menjelang pemilihan parlemen Juli mendatang. "Jika kesepakatan gagal dicapai, kami akan bersekutu dengan partai lain di luar kabinet," Ketua New Komeito—salah satu koalisi LDP—Tetsuzo Fuyushiba, mengancam. Penyusunan kabinet, khususnya yang menyangkut pos-pos penting, akan menjadi ujian pertama bagi Koizumi. Ia bersikeras tidak membiarkan siapa pun mendiktenya—dengan alasan dinamika faksional ataupun senioritas—untuk menentukan anggota kabinet.

Hasilnya? Taku Yamasaki—pemimpin sebuah faksi kecil LDP—menjadi Sekretaris Jenderal Partai Demokratik Liberal. Yamasaki adalah salah satu koleganya dari barisan reformis. Nama lain adalah Makiko Tanaka. Pendukung Koizumi yang paling populer ini menduduki pos Menteri Luar Negeri. Putri bekas perdana menteri Tanaka ini menjadi perempuan pertama dalam kabinet Jepang. Nobuteru Ishihara—juga seorang reformis LDP—dipasang Koizumi sebagai Menteri Urusan Administrasi Reformasi. Toh, sang Perdana Menteri tampaknya tidak mencoret begitu saja kaum tua-tua dari kursi kabinet. Koizumi menunjuk Muasajuro Shiokawa, 79 tahun, menjadi Menteri Keuangan. Keputusan ini cukup mengejutkan publik Jepang.

Bahkan, sejumlah kalangan curiga Koizumi kesulitan mengisi kabinetnya dengan para kolega reformisnya sehingga posisi penting itu harus dilempar ke sosok tua yang tak begitu populer. Penunjukan Shiokawa mendatangkan rasa kecewa di kalangan investor. Mereka memang berharap pos itu diisi oleh darah muda yang bisa segera menyehatkan kembali ekonomi Jepang.

Pesta kemenangan akan segera berlalu. Dan Koizumi—kendati masih bujangan—harus segera belajar "menata rumah tangga". Beberapa batu ujian tengah menantinya (lihat: Batu Ujian Koizumi). Dan pemilu nasional Juli mendatang akan menunjukkan apakah rakyat Jepang menganggap sang Perdana Menteri cukup mahir melakukan pekerjaan rumahnya.

Raihul Fadjri (Reuters, AP)


Batu Ujian Koizumi
Utang luar negeri:
US$ 270,2 miliar (setara Rp 2700,2 triliun pada kurs Rp 10 ribu per dolar AS).
Prediksi pertumbuhan ekonomi:
0,6 % pada 2001 (turun dari 1,6 % pada prediksi Oktober 2000).
Tingkat pengangguran:
30 ribu orang pada awal tahun 2000 menjadi 3,2 juta pada akhir 2000.

Sumber: Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus