Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mencari tokoh nomor i

Partai aksi sosial (sap) yang dipimpin bekas pm. kunkrit pramoj, memenangkan pemilu ke-13 di muangthai, tapi tak cukup kuat untuk memerintah. prem tinsulanonda kembali diminta partai-partai untuk pm.(ln)

30 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR 450.000 petugas, termasuk personil Angkatan Laut dan Udara yang mengumpulkan kotak suara dari berbagai pelosok dan pulau terpencil, terlibat dalam mensukseskan pemilu ke-13 di Thailand pekan lalu. Tercatat 25 juta orang berhak memilih - yang memberikan suara diperhitungkan hanya separuh dari jumlah itu. Tapi ini sudah suatu kemajuan. Karena dalam pemilu terdahulu hanya 20% pemilih yang menggunakan haknya. Dipercepat dua bulan dari waktu yang ditentukan semula (12 Juni), pemilu ini tidak memberi kesempatan cukup banyak bagi partai politik (parpol) untuk berkampanye. Dan seperti yang diduga semula tidak ada yang memenangkan mayoritas mutlak. Dengan semboyan "demokrasi lawan diktatur" Partai Aksi Sosial (SAP) memborong 92 dari 324 kursi Dewan Perwakilan. Partai yang dipimpin bekas PM Kukrit Pramoj ini mendapat 9 kursi tambahan. Partai lain yang berjaya adalah Chart Thai (Bangsa Thai) - melonjak dari 38 menjadi 73. Partai Demokrat, yang merupakan sekutu SAP, memperoleh tambahan kursi dari 32 menjadi 55. Sesudah itu menyusul Prachakorn Thai dan Partai Demolcraik Siam yang memboyong masing-masing 35 dan 18 kursi. Pemilu ini diikutioleh wakil-wakil 14 partai dar 24 calon independen. Pelaksanaan pemilu diajukan Perdana Mcnteri Prem Tinsulanonda dikarenakan ketiga partai terbesar itu telah mencatat kemenangan di Dewan Perwakilan - yang dianggap bisa mempengaruhi pola pemerintahan sekarang. Mereka telah mematahkan usul armandemen yang didukung Panglima Angkatan Bersenjata, Jenderal Arthit Kamleng-ek. Garis besar usul amandemen itu, antara lain, agar sistem pemilihan lama (yang merugikan parpol) dijatuhkan. Juga hak-hak anggota Senat dalam menentukan anggaran belanja negara, masalah keamanan nasional, dan mosi tidak percaya pada pemerintah. Sasaran dukungan Arthit itu ditujukan untuk mengamankan posisi militer dalam percaturan politik di Thailand. Sebab mereka dominan sekali di Senat - badan perwakilan yang anggotanya ditunjuk oleh perdana menteri. Selain militer, aktif maupun purnawirawan, yang juga dapat jatah adalah pe)abat pemerintah, pengusaha, pengacara, llmuwan, dan bankir terkemuka. Anggota Senat seluruhnya 243 orang - 75% dari jumlah anggota Dewan Perwakilan. Kini pertarungan dialihkan pihak militer lewat kabinet koalisi. Gejala ke arah itu sudah terlihat. SAP yang memperoleh suara terbanyak, menurut UU secara otomatis berhak mengambil prakarsa menyusun kabinet baru, ternyata tidak melakukannya. Dalam konperensi pers, pekan lalu, Kukrit Pramoj tetap mencalonkan Jenderal Prem Tinsulanonda sebagai formatur. "Kalau ia menolak jadi PM saya akan bcrusaha mendapatkan jabatan itu," ujarnya. Kukrit, 72 tahun, berpendapat bahwa koalisi terbaik haruslah didukung oleh SAP Chart Thai, dan Partai Demokrat. Tapi Chart Thai telah lebih dulu dihubungi banyak partai kecil, termasuk Partai Warga Thai yang dipimpin Samak Sundravej. Samak ini berpengaruh di kalangan kaum buruh dan condong mendukung militer. Chart Thai rupanya terbujuk. Berita terakhir dari Bangkok mengatakan partai itu menantang SAP dalam memperebutkan hak menyusun kabinet baru. Pemimpinnya Pramarn Adireksarn, bahkan menyuarakan Chart Thai sudah mengalahkan SAP. Karena mereka telah bergabung dengan dua partai lain yang pro-militer. Dari kenyataan ini tampak perkembangan di Thailand setelah pemilu justru lebih menarik. Pramarn, 70 tahun, adalah jenderal purnawirawan yang kemudian muncul sebagai industrialis. Partainya didukung kuat oleh para purnawirawan dan kaum industrialis. Seperti Kukrit, Pramarn juga minta kesediaan Prem untuk jadi PM. Mendengar keinginan saingannya, Kukrit mengeluarkan imbauan: agar Prem diberi kebebasan memilih partai yang cocok. Andaikata Prem menolak ajakan SAP, kata Kukrit, maka partainya akan berjuang sendiri. Persaingan menjelang pembentukan kabinet baru ini mencerminkan tarik tambang sipil-militer yang seru. Apalagi konstitusi memberi legitimasi pada militer dalam pemerintahan - yang sebenarnya ditujukan untuk mencegah kudeta. Yang diragukan banyak pihak, terutama sipil, dari mereka adalah kemampuan menggarap masalah ekonomi. Tapi menghadapi ancaman Vietnam di perbatasan saat ini militer masih merupakan pilihan terbaik untuk mengendalikan Thailand. Bagaimana sikap rakyat Thailand? Surat kabar terbesar Thai Rat telah menggambarkannya secara aktual lewat kartun makhluk angkasa luar yang berdialog dengan petani Thai. "Saya E.T. dari planet lain," kata makhluk itu. "Saya ingin berjumpa denan pemimpin Anda." Sambil garuk-garuk kepala, petani Thai yang bersarung itu menjawab, "TidaK ada gunanya. Kami sendiri tidak tahu siapa pemimpin kami."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus