Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lolos di Tangan Biden

Presiden Joe Biden membuka laporan investigasi pembunuhan Jamal Khashoggi. Tak ada sanksi untuk Pangeran Muhammad bin Salman.

6 Maret 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pangeran Saudi, Mohammed bin Salman memberika salam saat tiba di Diriyah E-Prix, di Riyadh, Arab Saudi. 27 Februari 2021. Reuters/ BANDER ALGALOUD/SAUDI ROYAL COUR

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Intelijen Amerika Serikat menyebut Pangeran Muhammad bin Salman terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi.

  • Presiden Joe Biden tak menjatuhkan sanksi kepada Pangeran Bin Salman.

  • Upaya Biden menjaga hubungan Amerika dengan Arab Saudi.

LAPORAN dari kantor Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat itu cuma empat halaman. Sebagian data, termasuk tanggal dan identitas beberapa orang, masih dirahasiakan dengan ditutupi coretan hitam. Namun laporan itu jelas menyebutkan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman, menyetujui operasi rahasia untuk menangkap dan membunuh jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018 di Istanbul, Turki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Laporan rahasia yang dibuka pemerintah Amerika pada Jumat, 26 Februari lalu, itu mengkonfirmasi dugaan awal keterlibatan pangeran 35 tahun tersebut dalam pembunuhan Khashoggi. Laporan itu juga menyebut 18 nama yang diduga berpartisipasi atau bertanggung jawab atas kematian Khashoggi. “Fakta bahwa Putra Mahkota menyetujui operasi itu seperti yang sudah diduga,” kata Direktur Intelijen Nasional Avril Haines seperti dilaporkan NPR.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam laporan itu, sang Pangeran disebut bertanggung jawab karena mengendalikan organisasi intelijen dan keamanan Arab Saudi sejak 2017. Jadi tidak mungkin agen-agen Arab Saudi menjalankan operasi seperti ini tanpa otorisasinya. Tujuh anggota tim pembunuh Khashoggi bahkan merupakan bagian dari pengawal elite sang Pangeran yang hanya bisa diperintah olehnya.

Laporan itu membuat relasi Amerika dengan Arab Saudi memanas. Saudi selama ini dikenal sebagai sekutu Amerika di kawasan Timur Tengah. Menurut Haines, pembukaan laporan rahasia itu kepada publik bisa membuat situasi makin tak menentu. Meski demikian, pemerintah Amerika sudah memprediksi dan mengantisipasi dampaknya terhadap hubungan kedua negara. “Selalu ada cara untuk menghadapi gejolak yang berada di depan kita,” ujarnya.

Beberapa hari setelah laporan itu keluar, organisasi Reporter Tanpa Batas (RWB) menggugat Pangeran Muhammad bin Salman di pengadilan federal Karlsruhe, Jerman. Dalam dokumen gugatan setebal 500 halaman itu, sang Pangeran dan sejumlah pejabat tinggi Arab Saudi dituduh melakukan kejahatan kemanusiaan. Mereka disebut melakukan persekusi sistematis terhadap para jurnalis, termasuk menahan 34 wartawan di negara itu dan membunuh Khashoggi. “Para jurnalis ini korban pembunuhan di luar hukum, penyiksaan, kekerasan seksual, dan dilenyapkan dengan paksa,” tutur Sekretaris Jenderal RWB Christophe Deloire dalam konferensi pers pada Selasa, 2 Maret lalu.

Kedutaan Besar Arab Saudi di Amerika membantah laporan dinas intelijen tersebut. Dalam pernyataan yang dikeluarkan sehari setelah laporan itu dibuka, Saudi menyatakan temuan Amerika tersebut negatif, palsu, dan tidak dapat diterima. “Laporan itu mengandung informasi dan kesimpulan yang tidak akurat,” ucap mereka.

Kasus pembunuhan Khashoggi berawal ketika jurnalis itu datang ke Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Rekaman kamera pengawas di sekitar konsulat menunjukkan Khashoggi masuk ke gedung itu, tapi tak pernah keluar. Rupanya, Khashoggi datang ke konsulat atas bujukan sejumlah orang yang belakangan diketahui tergabung dalam tim intelijen Saudi.

Jamal Khashoggi selama ini hidup dalam pelarian dan bekerja sebagai penulis kolom untuk media massa di Amerika, seperti Washington Post. Pria asal Madinah, Arab Saudi, itu kerap mengkritik pemerintah Saudi, yang dinilai sering melanggar hak asasi manusia. Hasil penyelidikan menunjukkan Khashoggi dibunuh dan dimutilasi di dalam konsulat. Tubuhnya hingga saat ini tak pernah ditemukan.

Menurut laporan CNN, terdapat 15 anggota tim pemburu yang dikirim dari Arab Saudi. Mereka terbang ke Turki menumpang dua pesawat jet yang dioperasikan Sky Prime Aviation, perusahaan yang kepemilikannya dialihkan ke lembaga dana investasi publik Saudi di bawah kendali Pangeran Muhammad bin Salman. Perusahaan itu menjadi bagian dari aset senilai US$ 100 miliar yang disita Putra Mahkota dalam kampanye antikorupsinya.

Saudi sempat menyangkal tuduhan bahwa dinas intelijen mereka terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Namun negara itu kemudian mengaku dan menyebut kematian Khashoggi sebagai hasil sebuah operasi ekstradisi yang berantakan. Pemerintah Saudi berkeras bahwa tak ada keterlibatan Putra Mahkota dalam operasi itu.

Laporan tim penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2019 menyatakan tim pemburu Saudi langsung melarikan diri dari Istanbul begitu Khashoggi tewas. Dua pesawat yang mengangkut mereka diketahui sudah kembali ke Saudi dalam tempo kurang dari enam jam setelah mendarat di Istanbul. Adapun dua anggota tim lain kembali ke Riyadh menggunakan pesawat komersial.

Sebanyak lima orang yang terlibat pembunuhan itu dijatuhi hukuman mati dalam persidangan pada 2019. Namun hukuman tersebut diubah menjadi 20 tahun penjara setelah keluarga Khashoggi memaafkan mereka. Pengampunan dari keluarga Khashoggi ini pun diduga keluar karena ada tekanan dari pemerintah Saudi. Sebelumnya, Raja Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud mengundang dua anak Khashoggi ke istana di Riyadh untuk menyampaikan belasungkawa. Adapun tiga pembunuh lain mendapat hukuman total 24 tahun penjara.

Sehari sebelum laporan itu dirilis, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menelepon Raja Salman untuk membahas isu keamanan regional. Meski membuka laporan intelijen kasus Khashoggi, Biden menuai kritik karena tak menghukum Pangeran Bin Salman. “Kami menunggu aksi hukum nyata terhadap pembunuh Jamal Khashoggi dan jaminan bahwa kejahatan seperti ini tak akan menimpa orang-orang yang mengkritik kebijakan rezim Saudi,” kata Madawi al-Rasheed, juru bicara Partai Majelis Nasional, seperti dilaporkan Los Angeles Time. Partai oposisi di Saudi ini berisi banyak tokoh yang hidup dalam pengasingan karena mengkritik pemerintah Saudi.

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden memberikan pidatonya dalam acara CNN Town di Milawaukee, Wisconsin, Amerika Serikat, 17 Februari 2021. Reuters/Leah Millis

Sikap Biden itu bertentangan dengan janjinya di masa kampanye pemilihan presiden. Biden pernah menyatakan akan bersikap lebih keras terhadap Arab Saudi, termasuk membuka dokumen investigasi kasus Khashoggi, yang sebelumnya selalu dihadang Presiden Donald Trump. Saat itu Biden dan Kamala Harris, wakilnya, juga mengkritik Trump karena ia tak mengambil langkah tegas dalam menghadapi Saudi dan Pangeran Bin Salman.

Setelah dilantik pada 20 Januari lalu, Biden langsung melakukan sejumlah perubahan yang mempengaruhi hubungan Negeri Abang Sam dengan Arab Saudi. Pada awal Februari lalu, dia menyatakan akan menyetop dukungannya kepada Saudi dalam konflik di Yaman. Amerika juga mendesak Saudi agar menghentikan pelanggaran hak asasi manusia dan membebaskan para penentangnya.

Toh, Biden ternyata masih berusaha menjaga relasi dengan Saudi. Washington memang menjatuhkan sanksi kepada orang-orang yang tergabung dalam tim pemburu Khashoggi. Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken bahkan menyebutkan ada sanksi pembatasan visa bagi 76 warga Saudi yang diyakini terlibat dalam pembungkaman aktivis dan jurnalis. Namun nama Pangeran Bin Salman sama sekali tak disentuh.

Laporan Washington Post, yang mengutip pernyataan seorang pejabat Amerika, menyebut langkah Biden ini sebagai cara menghindari ketegangan hubungan dengan kubu Pangeran Bin Salman. Cara itu juga menjadi taktik untuk menyetel ulang relasi Amerika dengan Saudi yang sudah berjalan selama 75 tahun. “Ada cara lain untuk menghadapi isu seperti ini karena targetnya adalah mengatur ulang, bukan menghancurkan hubungan kedua negara,” tuturnya.

Amerika dinilai memberikan jalan bagi penguasa Saudi yang selama ini memicu instabilitas di Timur Tengah dan merepresi para pengkritiknya. Tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz, mengkritik Amerika, yang tidak melakukan apa pun terhadap Pangeran Bin Salman. “Jika Putra Mahkota tak dihukum, itu selamanya menjadi sinyal bahwa aktor utama pembunuhan bisa lolos,” ujar Cengiz seperti dilaporkan Insider. “Ini bisa membahayakan kita semua dan menjadi noda kemanusiaan.”

GABRIEL WAHYU TITIYOGA (THE GUARDIAN, CNN, BBC, LA TIMES, MIDDLE EAST MONITOR)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Gabriel Wahyu Titiyoga

Gabriel Wahyu Titiyoga

Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta ini bergabung dengan Tempo sejak 2007. Menyelesaikan program magister di Universitas Federal Ural, Rusia, pada 2013. Penerima Anugerah Jurnalistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014. Mengikuti Moscow Young Leaders' Forum 2015 dan DAAD Germany: Sea and Ocean Press Tour Program 2017.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus