Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETELAH melakukan pembicaraan melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 12 Februari 2025, Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan Gedung Putih bahwa ia akan bertemu dengan mitranya dari Moskow itu di Arab Saudi. Mereka akan melakukan pembicaraan untuk mengakhiri perang Ukraina yang telah berlangsung selama hampir tiga tahun. Waktu pertemuan belum diungkap, tapi disebutkan akan dilakukan dalam waktu dekat.
Mengapa Arab Saudi dipilih sebagai tempat pertemuan Trump dan Putin? Ini tampaknya bukan pilihan yang diputuskan secara acak. Menurut laporan First Post, ada alasan yang jelas di balik mengapa Riyadh dipandang sebagai tempat yang paling cocok untuk memulai proses perdamaian antara Rusia dan Ukraina dan mengakhiri perang.
Konflik Rusia - Ukraina telah merenggut sekitar 12.500 nyawa warga sipil, menurut Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR). Ada lebih dari 28.000 orang terluka termasuk banyak yang cacat permanen, dan menyebabkan kehancuran infrastruktur senilai miliaran dolar. Yang paling mendesak, baik Moskow maupun Kyiv tampaknya tidak memiliki jalan yang jelas untuk mengakhirinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika Trump dapat mengakhiri pertumpahan darah dalam perang Rusia - Ukraina, ini akan menjadi sebuah pencapaian besar bagi pemerintahannya – sesuatu yang gagal dilakukan oleh pemerintahan Joe Biden. Pendahulu Trump, yang menolak untuk memberikan jalan bebas bagi pasukan Putin, terkadang dituduh telah mendorong Ukraina lebih dalam ke dalam konflik yang tidak dapat dimenangkan dengan bantuan militer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saran Presiden Trump untuk memilih Arab Saudi sebagai tempat pertemuan pertamanya dengan Presiden Putin sejak kembali ke Gedung Putih, dalam banyak hal, menjadi pertanyaan, meskipun dianggap logis dan strategis. Mengapa Arab Saudi yang dipiilih? Tiga faktor ini bisa menjadi jawabannya:
Hubungan Trump dan MBS
Setelah Trump dilantik menjadi presiden, pemimpin dunia pertama yang dihubunginya adalah Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS). Ini bukan pilihan yang acak.
Laporan USA Today menyoroti hubungan bisnis Trump yang luas dengan Arab Saudi, mulai dari potensi kesepakatan real estate bernilai miliaran dolar hingga tur LIV Golf yang didanai oleh Arab Saudi, yang memicu spekulasi mengenai motifnya.
Artikel USA Today tersebut merujuk pada laporan yang dirilis oleh CREW pada Juli 2023 yang memperkirakan bahwa Trump memperoleh hingga US$ 160 juta dari usaha bisnis asing selama menjabat, dengan sebagian besar terkait dengan Arab Saudi.
Selain itu, laporan komite pengawas kongres pada Januari 2024 mengungkapkan bahwa jutaan dolar mengalir ke Trump Organization dari pemerintah termasuk Arab Saudi, Cina, dan Uni Emirat Arab.
Para pendukung Trump mengatakan bahwa telepon pertama Trump kepada MBS adalah kelanjutan dari hubungan dekat yang mereka miliki selama masa jabatan pertama Trump. Sebelumnya, Trumps secara terbuka memuji pemimpin Saudi yang kaya raya ini atas ambisi geopolitik global - dan ambisi bisnis pribadinya.
USA Today juga menyebutkan menantu Trump dan mantan penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner menerima US$ 2 miliar dari Arab Saudi untuk perusahaan investasi swasta barunya segera setelah meninggalkan jabatannya pada 2021 dan tetap berhubungan dekat dengan MBS.
Sementara itu, Trump mengatakan bahwa kemitraan politiknya yang dihidupkan kembali dengan MBS jelas dapat menjadi keuntungan bagi ekonomi AS.
Para pendukung Trump berpendapat bahwa telepon pertama Trump kepada MBS mencerminkan hubungan mereka yang kuat sejak masa jabatan pertamanya. Mantan presiden yang kini kembali menjadi presiden ini secara terbuka memuji MBS atas pengaruh geopolitik dan ambisi bisnisnya. Ia menegaskan bahwa menghidupkan kembali hubungan dengan MBS dapat menjadi dorongan besar bagi ekonomi AS.
Hubungan Arab Saudi yang Akrab dengan Rusia
Salah satu alasan utama mengapa Arab Saudi dipertimbangkan sebagai tempat potensial untuk pertemuan Trump - Putin adalah hubungan yang kuat antara MBS dan Presiden Putin. Pada 12 Februari, MBS dan kepala dana kekayaan berdaulat Rusia, Kirill Dmitriev, terlibat dalam negosiasi untuk pembebasan guru AS Marc Fogel dari penjara Rusia, menurut sumber yang mengetahui pembicaraan AS - Rusia, yang berbicara dengan Reuters tanpa menyebut nama.
MBS juga memainkan peran penting dalam menengahi pertukaran tahanan AS - Rusia terbesar sejak Perang Dingin pada Agustus 2024. Negosiasi rahasia selama setahun itu menghasilkan pertukaran 24 tahanan, dengan 16 dari Rusia ke Barat, termasuk jurnalis AS Evan Gershkovich, dan delapan orang dikirim kembali ke Rusia.
Pada Selasa lalu, utusan Presiden Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengantar Fogel kembali ke AS setelah singgah secara mendadak di Moskow. Witkoff kemudian mengatakan kepada reporter CNN di X bahwa MBS "berperan penting" dalam pertukaran itu, dan memuji "seorang pria dari Rusia" bernama Kirill yang memainkan peran penting.
Putin, yang terakhir kali mengunjungi Arab Saudi pada 2023, secara terbuka mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada MBS pada September lalu atas keterlibatannya dalam pertukaran tahanan sebelumnya. Menurut Reuters, Putin dan MBS telah menjalin hubungan pribadi yang erat sejak kunjungan pertama sang pangeran ke Rusia pada 2015.
Keuntungan untuk Arab Saudi
Pemilihan Arab Saudi sebagai tempat perundingan damai Rusia-Ukraina ini menjadi kebanggaan khusus bagi warganya. "Dua negara adidaya datang ke Riyadh untuk menyelesaikan perselisihan mereka," kata Ali Shihabi, seorang penasihat pemerintah Saudi. "Ini cukup bergengsi dan menegaskan kekuatan lunak kerajaan," katanya lagi kepada AFP, seperti dilansir NDTV.
Selain dua negara adidaya itu, para pemimpin dari enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) akan hadir, begitu juga dengan Mesir dan Yordania, yang telah disebut-sebut oleh Trump sebagai negara yang mungkin menjadi tujuan bagi Palestina.
Masuknya Arab Saudi ke dalam sorotan muncul setelah negara kaya minyak ini menyaksikan negara tetangganya yang lebih kecil, Qatar, memediasi gencatan senjata yang dicapai dengan susah payah namun rapuh dalam perang Israel-Hamas.
Rabha Seif Allam dari Pusat Studi Politik dan Strategis Al-Ahram di Kairo menilai Arab Saudi akan memetik hal positif. "Arab Saudi telah mampu mengambil keuntungan dari kontradiksi dan konfrontasi antara Barat dan Rusia dalam krisis Ukraina, khususnya dalam masalah minyak, tanpa kehilangan sekutu-sekutunya, baik Barat maupun Rusia," kata dia.