Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejumlah negara Eropa menutup akses dari Afrika Selatan setelah munculnya varian Omicron.
Pelonggaran dalam kegiatan sosial kembali diperketat.
Pasar malam Natal di Kota Bonn masih ramai pengunjung.
DUA pesawat KLM dari Afrika Selatan mendarat di Bandar Udara Schiphol, Amsterdam, pada Jumat, 26 November lalu. Hal tak biasa terjadi. Semua 624 penumpangnya ditahan berjam-jam di bandara dan diharuskan menjalani tes reaksi berantai polimerase (PCR). Sebanyak 61 penumpang dinyatakan terjangkit Covid-19 dan 14 di antaranya tertular Omicron, varian baru SARS-CoV-2 yang pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak itu, pemerintah Belanda menutup pintu kedatangan warga asing dari delapan negara di bagian selatan Afrika, yakni Afrika Selatan, Lesotho, Eswatini, Botswana, Namibia, Mozambik, Malawi, dan Zimbabwe. Penduduk Belanda dan pemegang paspor negara anggota Uni Eropa masih diizinkan masuk, tapi wajib menjalani karantina selama 10 hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pemerintah memeriksa kewajiban ini lewat tim telepon. Satuan ini akan menelepon semua penumpang yang mendarat dari negara-negara dari bagian selatan Afrika tersebut untuk mengontrol apakah mereka benar-benar dalam karantina," kata Frerick Althof, anggota tim juru bicara Kementerian Kesehatan Belanda, kepada Linawati Sidarto dari Tempo melalui surat elektronik pada Selasa, 30 November lalu. Yang melanggar kewajiban karantina tersebut, Althof menambahkan, akan didenda 339 euro atau sekitar Rp 5,5 juta.
Pada Selasa itu, Institut Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Belanda (RIVM) mengumumkan bahwa mereka telah menemukan varian Omicron dari sampel yang diambil pada pertengahan November lalu. Sampel itu berasal dari tes yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Masyarakat pada 19 dan 23 November. "Belum jelas apakah orang-orang (yang dites) ini juga pernah mengunjungi Afrika bagian selatan," demikian pernyataan RIVM.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penelitian mengenai varian ini sedang berjalan dan belum jelas apakah ia lebih cepat menular atau lebih mematikan dibanding varian lain. Namun sejumlah negara di Eropa langsung menutup pintu bagi pendatang dari kawasan Afrika. Apalagi setelah varian itu ditemukan di 30 negara lebih di Eropa, Afrika, Amerika Serikat, dan Asia. Di Asia, varian itu dilaporkan telah ada di India, Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia.
Selain menghadapi Omicron, Belanda sedang berjuang mengatasi lonjakan angka kasus Covid-19. Tingkat vaksinasi di negeri itu tergolong tinggi dengan 72,9 persen penduduk sudah divaksin penuh hingga 28 November lalu. Namun jumlah infeksi harian meroket, dari sekitar 1.500 kasus pada awal Oktober menjadi lebih dari 22 ribu kasus di akhir November.
Lonjakan ini diduga terjadi karena pelonggaran yang terlalu dini. Mulai Juni tahun ini, ketika tingkat vaksinasi mulai meninggi dan angka penularan menurun, Belanda secara bertahap melonggarkan sejumlah aturan, seperti pemakaian masker di ruang tertutup, pembatasan jumlah orang di gedung atau dalam acara, dan penjarakan sosial. Amsterdam Dance Event, misalnya, berlangsung selama lima hari pada Oktober dan didatangi lebih dari 300 ribu orang.
Ketika angka penularan mulai melejit, pemerintah memperketat kegiatan sosial. Hal ini memicu protes, terutama dari kelompok antivaksin. Kerusuhan pecah pada akhir November lalu di berbagai tempat, seperti di Rotterdam, Den Haag, Urk, dan Roermond. Hampir 200 orang ditahan karena huru-hara ini.
Jerman mengalami kondisi serupa. Ketika jumlah kasus rendah, pemerintah melonggarkan sejumlah kebijakan, misalnya dengan mengizinkan pertandingan sepak bola dihadiri banyak orang di stadion. Keramaian terjadi, misalnya, dalam BMW Berlin-Marathon pada 27 September lalu. "Ramai sekali itu. Ribuan pesertanya," tutur Chandra Sedyalaksana, karyawan Ford Motor Company yang rajin mengikuti maraton tersebut. Panitia mencatat 24.796 peserta mengikuti ajang internasional tahunan ini. Hari itu, jalan-jalan Berlin dipenuhi pelari.
Berbagai daerah di Jerman umumnya menerapkan aturan 2G, yakni geimpft (sudah divaksin) dan genesen (sembuh dari penyakit Covid-19 dalam enam bulan terakhir). Hanya orang yang memenuhi dua kriteria itu yang leluasa bergerak di ruang publik, seperti menonton pertandingan sepak bola, masuk ke toko, dan makan di restoran. Ada pula aturan 3G, yakni 2G ditambah getestet (sudah dites). Dalam aturan 3G, orang yang belum divaksin atau bukan penyintas masih dapat beraktivitas dengan menunjukkan hasil negatif tes PCR. Aturan 3G berlaku bagi peserta maraton tersebut.
Namun negeri itu sedang kembali menghadapi lonjakan jumlah kasus harian Covid-19, dari sekitar 500 pada Juli menjadi 50 ribu lebih pada akhir November lalu. Rumah-rumah sakit mulai dipenuhi pasien dan tenaga kesehatan mulai kewalahan menanganinya. Akibatnya, layanan bagi pasien lain terganggu. "Jika terkena serangan jantung, Anda tak mendapat tempat di rumah sakit karena ruang gawat darurat penuh pasien Covid-19," ucap Wolfgang Haug, pensiunan perusahaan cokelat yang bermukim di Düsseldorf, pada Selasa, 30 November lalu.
Ketika kasus Omicron ditemukan, Jerman menutup pintu bagi pelancong dari negara Afrika bagian selatan. Hanya warga Jerman dari kawasan itu yang diizinkan masuk dengan kewajiban menjalani karantina selama dua pekan. Kantor kesehatan masyarakat di Negara Bagian Baden-Württemberg bahkan mengumumkan temuan empat orang yang terinfeksi Omicron meskipun mereka sudah divaksin penuh.
Meski demikian, kemeriahan menjelang Natal yang mulai mewarnai Jerman tetap ada seperti biasa. Chandra bersama keluarganya masih berjalan-jalan sembari berbelanja di pasar malam Natal Münsterplatz di pusat Kota Bonn pada Sabtu sore, 27 November lalu. Mereka membeli camilan yang populer di musim Natal, seperti gebrannte mandeln, badam panggang dengan kayu manis, dan stroberi yang dibungkus cokelat.
Keramaian pasar ini kembali pulih setelah tahun lalu ditiadakan karena pandemi. "Pasar malam sangat padat. Enggak ada, lah, itu jaga jarak," kata Chandra pada Rabu, 1 Desember lalu. Tapi, dia menambahkan, pengunjung tetap diwajibkan mengenakan masker.
Di pasar malam, menurut Chandra, polisi hanya sesekali mengecek pengunjung secara acak berdasarkan aturan 3G. "Ada pula tempat kita bisa melaporkan status vaksinasi dan akan mendapat gelang penanda setelah mereka mengecek bahwa kita sudah divaksin," ucapnya.
Di kota-kota yang lebih kecil, kehidupan sosial sebenarnya sudah lama pulih. Wolfgang Haug bisa pergi ke restoran atau klub malam yang biasanya menetapkan aturan 2G dan membatasi jumlah pengunjung. Dia juga sempat menonton konser musik klasik kuartet Igor Levit, Markus Becker, Andreas Boettger, dan Klaus Reda yang memainkan komposisi karya Max Reger, Johannes Brahms, dan Béla Bartók di Tonhalle pada Sabtu, 27 November lalu. "Ada pembatasan bagi penonton, seperti pengecekan status vaksin dan kewajiban memakai masker serta menunjukkan kartu identitas," tuturnya.
Merebaknya varian Omicron mendorong kanselir sementara Angela Merkel dan Olaf Scholz, calon penggantinya, bersepakat menerapkan aturan 2G secara nasional. Mereka juga mendukung rencana vaksinasi Covid-19 wajib yang, bila disetujui parlemen, akan berlaku setidaknya pada Februari mendatang.
Dengan pembatasan yang diperketat ini, orang yang tidak divaksin hanya dapat bertemu dengan dua orang dari keluarga lain. Bar dan klub malam ditutup di daerah dengan tingkat kejadian di atas 350 kasus per 100 ribu penduduk selama seminggu. Pemerintah juga membatasi jumlah orang dalam acara besar, seperti pertandingan sepak bola. "Kami paham bahwa situasinya sangat serius dan kami ingin mengambil tindakan lebih lanjut selain yang sudah diambil," ujar Merkel dalam konferensi pers pada Kamis, 2 Desember lalu. "Gelombang keempat harus dihentikan dan ini belum tercapai."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo