PEMILU berlangsung di Israel pekan ini. Dua partai besar yang masing-masing dipimpin oleh mantan jenderal, Partai Likud oleh Ariel Sharon dan Partai Buruh oleh Amram Mitzna, bertarung habis-habisan dalam kampanye. Meski Sharon babak-belur diserang tuduhan makan uang haram dari pengusaha Afrika Selatan, agenda politik Israel masih dicekam perang dengan militan Palestina. Maka Likud optimistis menang. Pasalnya, rakyat Israel cuma bisa mengandalkan Sharon ”sang Buldoser” untuk melibas Palestina. ”Tidak ada alternatif lain,” kata juru bicara Sharon.
Semula Partai Buruh menikmati akibat publisitas buruk tuduhan korupsi terhadap Sharon. Tapi jajak pendapat terakhir menempatkan Sharon di atas angin. Apalagi Partai Buruh sendiri terguncang dengan hasil jajak pendapat yang lebih menyukai politikus kondang Simon Peres menjadi calon perdana menteri dari Partai Buruh daripada sang ketua Amram Mitzna. Jajak pendapat harian Maariv menunjukkan, jika Peres menjadi calon perdana menteri, Partai Buruh bisa menyabet 29 kursi dari 120 kursi parlemen, sedangkan Likud memperoleh 30 kursi. Tapi, kalau Mitzna yang jadi calon perdana menteri dari Partai Buruh, partai itu hanya memperoleh 19 kursi, sedangkan Likud mendapat lebih dari 30 kursi.
Apa salah Mitzna? Anggota Partai Buruh menilai Mitzna menggelar kampanye buruk yang akan menyeret partai itu ke jurang kekalahan. Repotnya, Mitzna ogah turun. ”Saya datang untuk menang. Dan saya tetap sebagai ketua partai,” ujarnya. Tapi, kata Ben Caspit, komentator politik Maariv, Partai Buruh di bawah Mitzna bakal keok dilindas Likud. ”Sharon tak perlu meneruskan kampanye,” katanya, ”Ia cukup bersenang-senang di peternakannya sembari menghitung kambing hingga Selasa depan (pekan ini).”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini