Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa calon pemimpin Hizbullah, Hashem Safieddine kemungkinan besar telah tewas dalam serangan di Beirut pekan lalu, Safieddine diprediksi akan menggantikan Hassan Nasrallah yang tewas terbunuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Hizbullah adalah organisasi tanpa pemimpin, Nasrallah disingkirkan, penggantinya mungkin juga disingkirkan. Ini berdampak dramatis pada semua yang terjadi. Tidak ada yang mengambil keputusan, tidak ada yang bertindak,” kata Gallant saat berkunjung ke Komando Utara IDF.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menambahkan bahwa kemampuan daya tembak Hizbullah juga telah mengalami pukulan berat. "Tindakan yang kami ambil sedang diamati di seluruh Timur Tengah. Ketika asap di Lebanon menghilang, mereka akan menyadari di Iran bahwa mereka telah kehilangan aset yang paling berharga, yaitu Hizbullah," katanya.
Di tengah ketidakpastian tentang kabar Hashem Safieddine, Hizbullah menawarkan gencatan senjata dengan Israel. Dalam pidato yang disiarkan televisi, wakil pemimpin Hizbullah Naim Qassem mengatakan dia mendukung upaya untuk mengamankan gencatan senjata. Untuk pertama kalinya dia tidak menyebutkan berakhirnya perang di Gaza sebagai prasyarat untuk menghentikan pertempuran di perbatasan Lebanon-Israel.
Qassem mengatakan Hizbullah mendukung upaya Ketua Parlemen Nabih Berri, sekutu Hizbullah, untuk menghentikan pertempuran. Perang antara Hizbullah dengan Israel meningkat dalam beberapa minggu terakhir dengan serangan darat Israel dan terbunuhnya para pemimpin tinggi Hizbullah.
"Kami mendukung aktivitas politik yang dipimpin Berri dengan judul gencatan senjata," kata Qassem dalam pidatonya yang disiarkan televisi selama 30 menit.
Tidak jelas apakah ini menandakan adanya perubahan sikap. Setahun terakhir kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka berperang untuk mendukung Palestina selama perang Israel-Hamas di Gaza, dan tidak akan berhenti tanpa gencatan senjata di sana.
Berbicara di depan tirai dari lokasi yang dirahasiakan, Qassem mengatakan konflik dengan Israel adalah perang tentang siapa yang menangis lebih dulu, dan Hizbullah tidak akan menangis lebih dulu. Kemampuan kelompok itu tetap utuh meskipun mendapat "pukulan menyakitkan" dari Israel.
"Kami menyerang mereka. Kami menyakiti mereka dan kami akan memperpanjang waktu. Puluhan kota berada dalam jangkauan rudal perlawanan. Kami jamin kemampuan kami baik-baik saja," kata Qassem.
Pidatonya yang disiarkan televisi muncul 11 hari setelah pembunuhan Nasrallah. Israel terus menekan Hizbullah pada hari Selasa dengan membunuh salah satu tokoh seniornya dan meluncurkan operasi baru di Lebanon selatan.
REUTERS | TIMES OF ISRAEL
Pilihan editor: Tiba di Jakarta, Imam Besar Masjid Nabawi Ungkap Kecintaannya Terhadap Masyarakat Indonesia