Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Menlu Negara Anggota G7 Kecam Invasi Rusia terhadap Ukraina

Para menlu negara anggota G7 mengecam invasi Rusia karena tidak dapat dibenarkan, tidak beralasan, serta menyebabkan penderitaan

28 November 2024 | 13.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Para menteri luar negeri negara-negara anggota G7 pada Selasa, 26 November 2024, menyatakan dukungan kepada Ukraina dan mengecam agresi Rusia ke Ukraina. Dalam pernyataan para menteri luar negeri G7 di Italia, disebutkan agresi Rusia tidak dapat dibenarkan, tidak beralasan, serta menyebabkan penderitaan dan kehancuran yang luar biasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami mengutuk keras serangan brutal terhadap kota-kota Ukraina dan infrastruktur sipil yang penting serta dampaknya yang tidak dapat diterima terhadap penduduk sipil,” demikian pernyataan para menteri luar negeri anggota G7, dilansir dari keterangan resmi G7.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para menteri anggota G7 menilai penggunaan rudal balistik jarak menengah oleh Rusia pada 21 November 2024 merupakan bukti lebih lanjut dari perilaku yang seenaknya. Mereka menyatakan dukungan negara-negara G7 terhadap integritas teritorial, kedaulatan, dan kemerdekaan Ukraina akan tetap teguh.

Dalam Pertemuan Tingkat Menteri G7+ tentang Dukungan Sektor Energi Ukraina di sela-sela Sidang ke-79 Majelis Umum PBB, para menteri luar negeri berkomitmen terus memberikan dukungan pada pemulihan awal Ukraina. Mereka juga mendorong ketahanan energi untuk musim dingin ini, melindungi dan memulihkan jaringan listrik dan memperkuat kapasitas pembangkitan listrik untuk melindungi penghidupan jutaan warga Ukraina, serta menghindari kemerosotan situasi kemanusiaan yang lebih parah.

Para menteri luar negeri anggota G7 juga mengecam penyitaan dan kontrol serta militerisasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia milik Ukraina oleh Rusia, yang menimbulkan risiko serius bagi keselamatan dan keamanan nuklir, dengan implikasi bagi masyarakat internasional yang lebih luas.

“Kami mendukung upaya Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) yang diarahkan untuk mengurangi risiko tersebut, termasuk melalui kehadiran berkelanjutan para pakar IAEA dan fokusnya untuk memastikan keselamatan dan keamanan nuklir di lokasi tersebut,” tulis pernyataan tersebut.

Para menlu G7 juga menyatakan tujuan mereka tetap untuk mencapai perdamaian yang sesuai prinsip-prinsip dasar hukum internasional, yang terang-terangan dilanggar oleh Rusia. Mereka turut menyambut baik KTT Perdamaian di Ukraina yang berlangsung di Swiss pada 15-16 Juni dan fokusnya pada prioritas utama yang dibutuhkan untuk mencapai kerangka kerja perdamaian berdasarkan hukum internasional, termasuk Piagam PBB dan prinsip-prinsipnya, serta rasa hormat terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina. 

Perang Ukraina saat ini memasuki fase yang menurut beberapa pejabat Rusia dan negara-negara Barat bisa menjadi fase paling berbahaya setelah tentara Rusia memperoleh sebagian keuntungan teritorial terbesar mereka dan Amerika Serikat mengizinkan Kyiv untuk membalas serangan Rusia dengan rudal dari Negeri Abang Sam tersebut.

"Rusia telah mencetak rekor mingguan dan bulanan baru untuk ukuran wilayah yang diduduki di Ukraina," demikian diwartakan kantor berita independen Rusia Agentstvo.

Tentara Rusia merebut hampir 235 km persegi (91 mil persegi) wilayah Ukraina selama seminggu terakhir, rekor mingguan sepanjang 2024. Tentara Rusia telah merebut 600 km persegi (232 mil persegi) wilayah Ukraina pada November 2024, mengutip data dari DeepState, yakni sebuah kelompok yang memiliki hubungan dekat dengan tentara Ukraina yang mempelajari rekaman pertempuran dan menyediakan peta garis depan.

Rusia mulai maju lebih cepat di Ukraina timur pada Juli atau tepat saat pasukan Ukraina menguasai sebagian kecil wilayah barat Kursk. Sejak saat itu, kemajuan Rusia telah dipercepat. Rusia saat ini menguasai 18 persen wilayah Ukraina termasuk seluruh Krimea, lebih dari 80 persen wilayah Donbas, yang meliputi Luhansk dan Donetsk, dan lebih dari 70 persen wilayah Zaporizhzhia dan Kherson, serta kurang dari 3 persen wilayah Kharkiv. Meski begitu, Rusia dan Ukraina tidak ada yang menerbitkan data akurat tentang kerugian mereka sendiri meskipun intelijen Barat memperkirakan korban berjumlah ratusan ribu orang tewas atau terluka, sementara sebagian besar wilayah timur dan selatan Ukraina telah berubah menjadi wilayah terlantar.

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus