Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Malaysia Maszlee Malik mengatakan pemerintah Malaysia berencana mengurangi jam mata pelajaran agama di sekolah. Sebagai gantinya, pemerintah Malaysia akan memperbanyak pembinaan karakter, mata pelajaran matematika, sains, dan bahasa Inggris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karena jikalau kita ingin maju, kita ingin bersaing di peringkat global, kita harus menguasai bahasa Inggris, sains, juga matematika," kata Maszlee di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat, 11 Januari 2019.
Meski jam mata pelajaran agama berkurang di sekolah, Maszlee mengatakan bahwa pembelajaran agama dipindahkan di sore hari.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy kemudian membantu Maszlee menjelaskan maksud kebijakan pemerintah Malaysia. Ia menuturkan, secara substansi, materi pelajaran agama Islam bukan dikurangi, tetapi menjadi kegiatan ekstrakurikuler. "Istilahnya sekolah sore. Kalau di sini Madrasah," ujar Muhadjir.
Penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu kebijakan di era pimpinan Perdana Menteri Mahathir Mohammad. Maszlee ingin menjadikan rakyat Malaysia yang multilingual. "Sistem pendidikan Malaysia di masa akan datang akan menitikberatkan penguasaan berbagai bahasa, multilingual," kata Maszlee.
Menurut Maszlee, pemerintah ingin melahirkan generasi Malaysia yang bisa bicara sekurang-kurangnya tiga bahasa, yaitu bahasa melayu, Inggris, dan tambahan seperti bahasa Arab, mandarin, dan tamil. Dari ketiga bahasa itu, Maszlee mengatakan bahwa sistem pendidikan Malaysia akan menekankan penguasaan bahasa Inggris.
Penguasaan bahasa Inggris mau tidak mau harus dilakukan untuk bersaing di tingkat global. Penguasaan bahasa Inggris akan dititikberatkan pada pendidikan dasar. "Kita ingin pastikan di waktu kita memperjuangkan dan memartabatkan bahasa Melayu, kita tidak mengabaikan bahasa Inggris," ujarnya.