Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Beijing – Militer Cina bakal meningkatkan latihan perang pada 2019 untuk menyikapi tantangan geopolitis di kawasan Asia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketegangan dengan militer Amerika Serikat di Laut Cina Selatan serta perayaan 70 tahun Tentara Pembebasan Rakyat pada Oktober 2019 nanti memicu militer Cina meningkatkan berbagai latihan tempur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebagian perwira dan tentara berpikir mereka bisa menikmati masa dinasnya dalam situasi damai. Sebagian unit juga telah melupakan misinya untuk bertempur. Mereka telah mengabaikan rasa tanggung jawab mereka untuk bersiap berperang, dan membuat mereka menjadi inkompeten,” begitu pernyataan dari media corong PLA Daily seperti dilansir SCMP pada Rabu, 9 Januari 2019.
Menurut PLA Daily, resimen tentara di berbagai daerah mulai menggelar serangkaian latihan tempur. Ini dilakukan setelah Presiden Cina, Xi Jinping, mengeluarkan perintah pertamanya pada pekan lalu.
Xi, yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi Militer Pusat, mengeluarkan perintah kepada PLA untuk bersiap berperang. Perintah ini diberikan dihadapan para pimpinan Tentara Pembebasan Rakyat.
Selain isu ketegangan Laut Cina Selatan dengan militer AS, Cina juga sedang terlibat perang dagang dengan AS dan status Taiwan yang mendapat dukungan AS.
“Dunia sedang menghadapi periode perubahan besar yang belum pernah terjadi seabad lalu. Dan Cina masih dalam periode penting perkembangan untuk kesempatan strategis,” kata Xi seperti dilansir kantor berita Xinhua dan dikutip Reuters pada Sabtu, 5 Januari 2019.
Militer Cina juga mengklaim telah melakukan 18 ribu simulasi latihan tempur selama 2018.
Pengamat militer Zhou Chenming mengatakan patroli kapal perang USS McCampbell di Kepulauan Paracel pada Senin pekan lalu menunjukkan bakal ada operasi militer AS lebih banyak di wilayah itu.
“Semenanjung Korea bisa menjadi wilayah panas kembali pada tahun ini,” kata Zhou. “Lebih penting lagi, Taiwan merupakan resiko yang ekstrim. Militer Cina harus bersiap,” kata dia.
Pensiunan PLA, Kolonel Yue Gang, mengatakan latihan militer semakin intensif dalam program reformasi militer yang digelar Xi Jinping.
Xi melakukan perombakan total militer PLA pada 2015 agar menjadi pasukan tempur moderen.
Militer Cina dianggap kurang pengalaman tempur karena terakhir kali bertempur saat konflik perbatasan degan Vietnam pada 1990. “Militer yang telah lama tidak berperang tentunya bakal menjadi malas dan mundur,” kata Yue.