Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengawasi keberhasilan uji coba rudal balistik hipersonik jarak menengah (IRBM) baru pada Senin, kata media pemerintah KCNA pada Selasa 7 Januari 2025 seperti dilansir Reuters. Pyongyang berjanji untuk mempercepat kemampuan nuklir dan rudal negara tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini adalah peluncuran rudal pertama Korea Utara sejak 5 November, dan bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken ke Korea Selatan. Blinken menjanjikan kerja sama bilateral dan trilateral, termasuk dengan Jepang, untuk menanggapi ancaman militer Pyongyang yang semakin meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Uji coba ini terjadi kurang dari dua minggu sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump— yang mengadakan pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Kim selama masa jabatan pertamanya dan memuji hubungan pribadi mereka—kembali menjabat.
Rudal tersebut ditembakkan dari pinggiran Pyongyang dan terbang sekitar 1.500 kilometer dengan 12 kali kecepatan suara. Rudal ini mencapai ketinggian hampir 100 kilometer sebelum turun ke "puncak kedua" 42,5 kilometer dan bermanuver hingga mendarat dengan akurat mengenai sasaran di lepas pantai timur, kata KCNA.
Militer Korea Selatan mengatakan laporan KCNA kemungkinan besar dibesar-besarkan, memperkirakan jangkauannya sekitar 1.100 kilometer dan mengatakan tidak ada puncak kedua yang terdeteksi. Kendati demikian, analisis rinci akan dilakukan Korsel bersama Amerika Serikat.
Sebuah "puncak kedua" berarti rudal dapat mengubah arah dan mempertahankan ketinggian daripada turun pada lintasan balistik.
Bahan komposit serat karbon baru digunakan di bagian mesin rudal, kata KCNA; serat karbon lebih ringan dan kuat dibandingkan bahan luar angkasa lainnya seperti aluminium, namun lebih sulit untuk diproduksi.
KCNA mengatakan rudal tersebut dapat “secara efektif menembus penghalang pertahanan yang padat dan menimbulkan pukulan militer yang serius terhadap lawan,” katanya.
Kim memuji rudal tersebut sebagai senjata ampuh melawan ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh kekuatan musuh dan perubahan lingkungan regional.
KCNA merilis foto-foto Kim yang memantau peluncuran tersebut melalui telekonferensi bersama putrinya, dan sebuah rudal yang lepas landas dari lapangan.
“Pengembangan rudal hipersonik tipe baru terutama ditujukan untuk terus menempatkan penangkal perang nuklir negara ini pada tingkat yang lebih maju,” katanya, menurut KCNA.
Blinken dan Korea Selatan mengutuk peluncuran tersebut, dan memperingatkan akan semakin dalamnya hubungan Pyongyang dengan Moskow, termasuk kerja sama terlarang di bidang teknologi luar angkasa dan satelit.
Korea Utara telah mengembangkan IRBM berbahan bakar padat baru di tengah persaingan yang semakin intensif untuk mendapatkan roket jarak jauh generasi berikutnya yang sulit dilacak dan dicegat.
Uji coba tahun lalu menampilkan desain bahan bakar padat baru dan membawa apa yang menurut Pyongyang adalah kendaraan luncur hipersonik, sebuah hulu ledak yang dirancang untuk mampu bermanuver dan menghindari rudal.
Lee Sung-jun, juru bicara militer Korea Selatan, mengatakan bahwa peluncuran terbaru ini tampaknya merupakan perpanjangan dari uji coba tahun lalu.