Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anju Khatiwada, co-pilot pesawat Yeti Airlines 691, tinggal selangkah lagi dipromosikan menjadi kapten pesawat. Namun naas, mimpinya untuk menjadi kapten otomatis pupus karena menjadi salah satu korban tewas saat pesawat yang dikemudikannya jatuh di Pokhara, Nepal, pada Ahad, 15 Januari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Khatiwada rupanya senasib dengan mendiang suaminya Deepak Pokhrel, yang sama-sama tewas dalam kecelakaan pesawat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yeti Airlines jatuh di lahan hutan yang terletak di tepi Sungai Seti yang mengalir antara bandara domestik lama dan Bandara Internasional Pokhra. Pesawat penumpang membawa 72 orang di dalamnya dan 68 dikonfirmasi tewas. Penerbangan itu diharapkan hanya menghabiskan waktu 27 menit.
Menurut India Today, Khatiwada menjadi co-pilot di penerbangan tersebut untuk menemani kapten senior Kamal KC. Pesawat Yeti Airlines 691 dijadwalkan menjadi penerbangan terakhir Khatiwada sebagai pilot pesawat yang jatuh itu. Sebab selanjutnya, dia akan menjadi kapten setelah pendaratannya yang sukses, yang dijadwalkan pada Minggu, 15 Januari 2023.
Untuk menjadi pilot, seseorang membutuhkan setidaknya 100 jam pengalaman terbang. Co-pilot Anju telah berhasil mendarat di hampir semua bandara Nepal sebelumnya.
Kapten Kamal KC menyuruhnya duduk di kursi kepala pilot saat terbang ke Pokhara ketika itu. Setelah berhasil mendarat, Khatiwada rencananya akan mendapatkan surat izin sebagai kepala pilot. Namun, tinggal 10 detik dari tujuannya, mimpinya runtuh dan menjadi asap.
Kamal KC sebagai kapten di pesawat naas itu, diketahui memiliki pengalaman piloting selama 35 tahun. Kamal KC telah melatih banyak pilot sebelumnya. Orang-orang yang dilatihnya dikenal sebagai pilot yang sukses saat ini.
Penyebab kecelakaan belum jelas. Reuters mewartakan, saat penerbangan terpantau cerah.
Otoritas Penerbangan Sipil Nepal dalam sebuah pernyataan Minggu, mengatakan, pesawat sempat melakukan kontak dengan bandara Pokhara dari Seti Gorge pada pukul 10:50 waktu setempat, kemudian jatuh.
Situs pelacakan penerbangan FlightRadar24 mengatakan di Twitter bahwa pesawat Yeti Airlines berusia 15 tahun itu dilengkapi dengan transponder tua dengan data yang tidak dapat diandalkan. Mereka, menambahkan bahwa sinyal terakhir dari transponder diterima pada pukul 10:57 waktu setempat, di ketinggian 2.875 kaki di atas permukaan laut.
Otoritas Penerbangan Sipil Nepal menyebut, mereka yang berada di dalam pesawat ATR 72 bermesin ganda itu termasuk tiga bayi dan tiga anak.
Khatiwada kehilangan suaminya dalam kecelakaan pesawat pada 21 Juni 2006. Suaminya juga seorang co-pilot, yang kebetulan bekerja di Yeti Airlines. Pada 16 tahun silam, pesawat Yeti Airlines 9N AEQ dalam perjalanan ke Jumla dari Nepalganj melalui Surkhet jatuh di mana enam penumpang dan empat awak tewas. Salah satu orang yang tewas adalah suami Khatiwada.
Peristiwa kemarin adalah kecelakaan udara paling mematikan di Nepal sejak 1992. Database Jaringan Keselamatan Penerbangan menunjukkan, lebih dari 30 tahun lalu Airbus A300 Pakistan International Airlines jatuh ke lereng bukit saat mendekati Kathmandu, menewaskan semua 167 orang di dalamnya.
Hampir 350 orang tewas sejak tahun 2000 dalam kecelakaan pesawat atau helikopter di Nepal. Negara itu merupakan rumah bagi delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia, termasuk Everest.
Perubahan cuaca yang tiba-tiba dapat menyebabkan kondisi berbahaya. Uni Eropa telah melarang maskapai penerbangan Nepal dari wilayah udaranya sejak 2013, dengan alasan masalah keamanan.
REUTERS | INDIA TODAY
Baca juga: Dugaan Penyebab Gangguan Sistem yang Sebabkan Ribuan Penerbangan di Amerika Serikat Ditunda
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.