Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

19 Desember 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FILIPINA
Pengakuan Mengejutkan Duterte

Dua senator Filipina berniat memakzulkan Presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte. Pasalnya,presiden berjulukan Si Penghukum inigara-gara kebijakan kerasnya memberangus peredaran narkotikmengaku biasa membunuh penjahat dengan tangannya sendiri.Pengakuan itu disampaikan sebelum lawatan Duterte ke Kamboja dan Singapura, tapi baru belakangan ter¡©siar.

Di Davao, saya biasa melakukannya sendiri, hanya untuk menunjukkan kepada orang-orang itubahwa jika saya bisa melakukannya, kenapa kamu tidak? kata Duterte di hadapan para pengusaha di Manila, menunjukkan bagaimana dia mendorong polisi untuk menembak para tersangka, Senin pekan lalu.

Dan saya berkeliling Davao dengan sepeda motor besar, dan saya hanya berpatroli di jalanan, mencari masalah, saya benar-benar mencari konfrontasi, supaya saya bisa membunuh, ujarnya, seperti dilansir Manila Times.

Senator Leila de Lima, kritikusDuterte, dan Senator Richard Gordon, Ketua Komite Keadilan di Senat, mengatakan bahwa pernyataan itu bisa dijadikan dasar pemakzulannya.

Menteri Kehakiman Vitaliano Aguirre membela Duterte dengan menyebutkan bahwa atasannya itu kerap menggunakan kata-kata hiperbolis dalam menyampaikan pesan. "Bahkan jika dia benar-benar membunuh, pasti dilakukannya menurut hukum, misalnya karena dia benar-benar terpaksa," kata Aguirre.

LAUT CINA SELATAN
Cina Bangun Instalasi Militer

Cina memasang peralatan militer di pulau buatan di Laut Cina Selatan. Temuan lembaga kajian Amerika Serikat, Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI), menunjukkan sejumlah senjata seperti sistem antirudal dan antipesawat telah terpasang di pulau-pulau hasil reklamasi di Kepulauan Spratly.

"Gambar-gambar dari satelit juga menunjukkan menara-menara yang tampak digunakan untuk membidik radar," kata AMTI dalam sebuah pernyataan.

Beijing tak membantah. Kementerian Pertahanan bahkan menyatakan Cina berhak membangun instalasi militer di sana.

Cina mengklaim Kepulauan Spratly yang masih dalam sengketa itu sebagai wilayahnya. Penemuan itu juga dapat memanaskan situasi di LautCina Selatan. Sehari sebelumnya, di Sydney, Australia, Panglima Armada Pasifik Amerika Serikat Harry B. Harris Jr menyatakan negaranya siap berkonfrontasi jika diperlukan.

AMERIKA SERIKAT
Pengusaha Jadi Menteri Luar Negeri

Tanpa diduga, presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengajukan Chief Executive Officer ExxonMobil Rex Tillerson sebagai Menteri Luar Negeri. Penunjukan itu tidak hanya mengejutkan, tapi juga mengundang kekhawatiran para aktivis lingkungan dan hak asasi manusia.

"Saya telah memilih salah seorang pemimpin bisnis terhebat di dunia," kata Trump melalui akun Twitter-nya, Selasa pekan lalu. Tillerson dipilih di antara sejumlah nama yang sempat ditimbang-timbang, seperti Mitt Romney, Rudy Giuliani, Senator Bob Corker, dan David H. Petraeus.

Trump akhirnya memutuskan Tillerson menjadi kandidat Menteri Luar Negeri yang diajukan ke Kongres lantaran kedekatan petinggi ExxonMobil itu dengan Vladimir Putin, Presiden Rusia. Putin bahkan menganugerahi dia Order of Friendship, penghargaan tertinggi bagi warga asing, pada 2013.

Tillerson direkomendasikan mantan Menteri Luar Negeri James Baker dan Condoleezza Rice serta mantan Menteri Pertahanan Robert Gates. Dia menjadi jutawan teranyar yang bergabung dalam kabinet Trump, yang terdiri atas sedikitnya tujuh jutawan dan dua miliarder.

MYANMAR
Penyelidik Bela Tindakan Militer

Panel penyelidik kekerasan di Rakhine setelah penyerangan pos polisi perbatasan 9 Oktober lalu menyimpulkan tidak ada pelanggaran aturan dalam merespons insiden itu. Komisi yang dibentuk pemerintah Aung Sang Suu Kyi itu terdiri atas 13 orang dan diketuai Wakil Presiden Myint Swe, seorang jenderal dan rekan mantan pemimpin junta Than ¡©Shwe itu.

Aparat pemerintah mematuhi hukum dan bertindak menurut prosedur untuk merespons para penyerang, demikian kesimpulan panel, Rabu pekan lalu.

Aktivis hak asasi manusia menuding militer Myanmar bertindak brutal saat mengejar pelaku di wilayah berpenduduk mayoritas muslim dan dihuni etnis Rohingya itu. Akibatnya, 86 orang tewas dan 27 ribu muslim Rohingya mengungsi ke Bangladesh. Gambar satelit juga memperlihatkan adanya pembakaran desa-desa Rohingya.

Kesimpulan awal panel itu menimbulkan keraguan, terutama soal independensi laporan.Hasil lengkapnya akan dibacakan pada 31 Januari 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus