Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
VATIKAN
Kabar Paus Sakit Dibantah
Vatikan membantah keras sebuah laporan di koran Italia bahwa Paus Fransiskus menderita tumor otak. Juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, mengatakan dia telah berbicara secara pribadi dengan Paus, yang digambarkannya "dalam keadaan sehat".
Menurut Lombardi, seperti dikutip The New York Times Kamis pekan lalu, artikel dalam koran itu "sepenuhnya tak berdasar dan sangat tak bertanggung jawab" serta "tak bisa dibenarkan dan tak bisa diterima".
Mengutip sumber yang tak disebutkan namanya, koran yang dimaksud, Quotidiano Nazionale, menuliskan di halaman utamanya sehari sebelumnya bahwa seorang dokter bedah asal Jepang telah diterbangkan dengan helikopter dari satu klinik swasta di Pisa ke Vatikan untuk memeriksa Paus. Dokter itu memastikan bahwa Paus menderita "tumor otak jinak, yang bisa disembuhkan tanpa operasi".
Menurut artikel itu, dokter yang dimaksud adalah Takanori Fukushima, ahli bedah saraf di Duke University dan konsultan di San Rossore di klinik Barbaricina, dekat Pisa, Italia. Tapi, dalam pernyataannya, Fukushima berkata, "Saya secara medis tak pernah memeriksa Paus. Berita ini sangat salah."
Sependapat, Lombardi mengatakan tak seorang pun dokter dari Jepang yang mengunjungi Paus di Vatikan. "Dan tak ada pemeriksaan mengenai apa yang disebutkan dalam artikel itu," ujarnya, seperti dikutip CNN.
SURIAH
Assad Temui Putin
Presiden Suriah Bashar al-Assad bepergian ke luar negeri untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir. Pada Rabu pekan lalu, dia terbang ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin, pendukungnya yang belakangan memperkuat bantuan untuk rezim yang memerintah Suriah dengan mengirimkan pasukan dan tambahan peralatan militer.
Perjalanan itu menjadi penanda paling terang mengenai kian besarnya dukungan Rusia terhadap Suriah. Dukungan itu sebelumnya sudah terlihat dari serangan-serangan yang dilakukan pesawat tempur Rusia terhadap sejumlah sasaran di seluruh penjuru negeri. Serangan-serangan ini memungkinkan pasukan pemerintah Suriah bertindak lebih ofensif dan memberi tambahan napas bagi pemerintah yang tak henti-henti harus mengatasi pertempuran sejak 2011.
Rusia berkukuh serangan itu dilakukan untuk menggempur posisi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)—atau yang juga dikenal sebagai Negara Islam. Tapi aktivis dan pemberontak antipemerintah menyatakan hanya sedikit dari posisi-posisi yang dimaksud itu benar-benar menjadi sasaran. Assad selama ini mencitrakan penumpasan pemberontak oleh pasukan pemerintah sebagai operasi antiterorisme.
Intervensi Suriah bagaimanapun telah meningkatkan ketegangan dengan Amerika Serikat. Serangan-serangan seperti yang diklaim dilakukan Rusia sebenarnya sudah dilancarkan oleh Amerika dan negara-negara sekutunya. Amerika termasuk di antara negara yang menolak peran Assad dalam menentukan masa depan Suriah.
IRAN
Khamenei Setujui Perjanjian Nuklir
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, menyetujui kesepakatan nuklir yang ditandatangani dengan Amerika Serikat dan sejumlah negara lain. Menurut surat yang dimuat di website resminya Rabu pekan lalu, Khamenei memerintahkan pelaksanaan perjanjian itu dengan beberapa syarat.
Resminya perjanjian dengan Amerika, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina yang ditandatangani pada 14 Juli lalu itu efektif berlaku mulai Ahad dua pekan lalu. Tapi Iran masih harus membatasi program nuklirnya sebelum sanksi ekonomi yang diberlakukan Amerika dan negara-negara pendukungnya bisa dicabut.
Sesaat setelah surat itu ditayangkan, sebuah akun yang diasosiasikan dengan Khamenei menyatakan Amerika masih memelihara pendekatan yang sifatnya bermusuhan terhadap Iran. Akun itu mendesak Amerika dan Uni Eropa mengumumkan pencabutan sanksi sebelum Iran sepenuhnya memenuhi kewajibannya.
"Jika sanksi tetap berlaku atau sanksi baru diterapkan, itu akan melanggar JPOA dan Iran harus berhenti menerapkan perjanjian nuklir," katanya, merujuk pada Joint Plan of Action (JPOA)—nama resmi perjanjian itu—seperti dikutip NBC News, Rabu pekan lalu.
Berdasarkan JPOA, Iran bersedia membatasi secara dramatis program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi, yang selama ini membuat lumpuh perekonomiannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo