Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Orang-orang Terdalam Istana

Sejumlah orang menjadi andalan Presiden Jokowi dalam setahun pertama pemerintahannya. Menteri Rini Soemarno disebut sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan soal ekonomi.

26 Oktober 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LUHUT Binsar Pandjaitan batal mengikuti lawatan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat sepanjang pekan ini. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan ini mendapat perintah Presiden mengurus asap pekat yang berbulan-bulan menyiksa penduduk sebagian besar wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Asap menjadi pembahasan utama rapat terbatas selama lima jam di Kantor Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu pekan lalu. Dalam rapat tersebut, menurut Luhut, Presiden memerintahkannya berfokus mengurus bencana yang menghantam jutaan orang itu. "Saya tidak jadi ikut rombongan Presiden," kata Luhut pada malam harinya.

Jokowi terbang ke Amerika Serikat untuk kunjungan selama hampir dua minggu pada akhir pekan lalu. Selain bertemu dengan Presiden Barack Obama, ia dijadwalkan berjumpa dengan para pengusaha, akademikus, dan pemimpin Kongres Amerika Serikat di Washington, DC. Setelah itu, Presiden berkunjung ke Silicon Valley, kawasan perusahaan teknologi di bagian barat Amerika Serikat.

Luhut menyatakan menyiapkan segala hal yang berhubungan dengan kunjungan Jokowi itu sejak Maret lalu. Ia mengantar surat Jokowi untuk Presiden Obama. Pada awal Juni, Luhut kembali pergi ke Amerika untuk memastikan Obama bisa menerima Jokowi. "Semua saya yang menyiapkan, dibantu kawan-kawan saya di Amerika," kata Luhut.

Urusan merencanakan kunjungan ke Amerika Serikat dan penanganan bencana asap yang dipercayakan Jokowi kepada Luhut, menurut pejabat di lingkungan Istana, menggambarkan kuatnya hubungan mereka berdua. "Luhut selalu pasang badan untuk Jokowi," kata pejabat itu. Selain Luhut, dua orang yang sangat didengar Jokowi dalam pengambilan keputusan sepanjang setahun awal pemerintahannya adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.

Luhut dan Pratikno, menurut pejabat yang lain, sering menjadi tulang punggung Jokowi untuk berkomunikasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat, partai politik, dan kekuatan oposisi. Sedangkan untuk masalah ekonomi, Presiden punya andalan: Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno. "Mereka dekat sejak masa kampanye pemilihan presiden," kata pejabat yang sama.

Sibuk harus mengikuti hampir semua kegiatan Presiden, Pratikno sering terlihat menyantap makanannya sambil berdiri di ruang makan Sekretariat Negara. Ia seperti tidak sempat sekadar duduk. Setelah itu, Pratikno buru-buru kembali ke Istana mendampingi Presiden. Ditanya ihwal kegiatannya, Pratikno enggan menjawab. "Saya lapornya ke Presiden, tidak ke wartawan," katanya tersenyum.

Teten juga menjadi teman bicara terdekat Presiden Jokowi. Ia mondar-mandir antara kantornya di Bina Graha dan Istana Kepresidenan tempat Presiden Jokowi bekerja. Dua tempat itu sebenarnya berada dalam satu kompleks Istana dan hanya berbeda gedung. "Kalau dipanggil Presiden, harus selalu siap," ujarnya.

Kesibukan Pratikno dan Teten, menurut sejumlah sumber informasi, membuat mereka tidak punya waktu memikirkan hal-hal strategis. Waktu mereka banyak digunakan untuk kegiatan taktis. "Mereka tidak punya waktu merenung sehingga cenderung melihat sesuatu dalam perspektif yang kurang luas," kata pejabat di lingkungan Istana.

Pejabat itu mencontohkan, materi lawatan Presiden ke Amerika Serikat yang menjadi tanggung jawab Menteri Sekretaris Negara tidak disiapkan dengan serius. Menurut dia, semestinya Presiden tidak diatur untuk hanya bertemu dengan pengusaha dan pemerintah Amerika Serikat. Diplomasi internasional ke Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa juga dianggapnya penting guna menunjukkan posisi Indonesia di dunia. Kenyataannya, Presiden melewatkan pertemuan penting para pemimpin dunia di tempat itu pada September lalu.

Tujuan kunjungan Presiden ke Amerika Serikat kali ini terkesan lebih untuk menggaet investasi masuk ke Indonesia. "Urusan bisnisnya terlalu kuat," kata seorang pejabat. Hingga Senin pekan lalu, anggota rombongan dan materi utama yang hendak dibawa pun belum jelas.

Pejabat lain di lingkungan Istana Kepresidenan mengatakan, ketika Pratikno dan Teten sibuk berkutat di dekat Jokowi, Luhut akhirnya banyak berperan menjalankan fungsi strategis. Luhut, kata pejabat Istana itu, kini tetap banyak menjadi andalan Jokowi untuk membahas isu-isu yang bersifat mendasar. Padahal ia telah berpindah tugas dari Kepala Staf Kepresidenan menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan.

Anggota Tim Komunikasi Presiden, Ari Dwipayana, mengatakan Luhut ditugasi Jokowi menangani asap karena koordinasi penanganan bencana ini banyak melibatkan lembaga di bawah koordinasi kementeriannya. "Jadi tidak ada istilah orang paling kuat atau paling mempengaruhi Presiden," ujarnya.

Ari juga mengatakan, merupakan hal yang wajar Jokowi sehari-hari sering berdiskusi dengan Teten dan Pratikno. Menurut dia, Teten dan Pratikno merupakan orang di lingkaran terdekat Presiden. Ada juga Sekretaris Kabinet Pramono Anung, yang karena tugasnya banyak berada di lingkaran dalam Presiden.

Faktor kenyamanan terhadap Teten dan Pratikno menjadi pertimbangan utama bagi Jokowi. Ari mengatakan pada akhirnya Jokowi selalu mengambil keputusannya sendiri, bukan karena Teten atau Pratikno. Tugas keduanya hanya menyampaikan keputusan Presiden kepada publik. Menurut Ari, Presiden bukan orang yang mudah dipengaruhi. "Presiden sangat independen dalam membuat keputusan," kata Ari.

Ari bersama Sukardi Rinakit ditunjuk masuk Tim Komunikasi Presiden. Mereka merekrut sejumlah praktisi komunikasi dan analis media sosial untuk merancang cara penyampaian berbagai kebijakan pemerintah ke masyarakat. Ari dan Sukardi berkantor di Sekretariat Negara. Pada Senin malam pekan lalu, Ari bekerja lembur di kantor untuk menyiapkan bahan konferensi pers Presiden esok harinya.

Hingga pukul tujuh malam, ia masih menelepon kiri-kanan, meminta agar bahan untuk konferensi pers Presiden Jokowi dilengkapi dengan tampilan yang menarik. "Tolong, ya, bahan-bahan yang soal penanganan asap," kata Ari kepada salah seorang yang ia telepon. Setelah menutup telepon, Ari mendadak ingat bahwa malam itu ia belum makan. Ia panggil pegawai bagian umum untuk membelikannya nasi goreng. "Saya tidak boleh telat makan, jam tujuh malam harus sudah makan," ujarnya.

Ari bukan orang baru bagi Jokowi. Sebelum masuk Tim Komunikasi, Ari anggota staf khusus Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Ari dan Pratikno sama-sama pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tugasnya membantu Pratikno dalam administrasi pemerintahan.

Pratikno dan Ari berperan besar dalam menyiapkan panitia seleksi calon pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi. Mereka menyaring kandidat sebelum masuk meja Presiden. Pratikno antara lain memprofilkan para calon anggota panitia seleksi.

Di lingkaran Istana ada juga Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Selain mengatur koordinasi dan rapat-rapat kabinet, Pramono mendapat tugas tambahan berkomunikasi dengan partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat. Seorang menteri menuturkan, setelah Pramono Anung masuk menggantikan Andi Widjajanto, sidang-sidang kabinet berjalan lebih tertib. Ia menyatakan diberi tahu jadwal rapat dua hari atau sehari sebelumnya. "Dulu bisa tiba-tiba mendapat undangan pada pagi hari untuk rapat di Istana siang hari," kata seorang menteri.

Sebelum Presiden Jokowi melawat ke Amerika Serikat, Pramono Anung sedang menyiapkan pertemuan Presiden dengan para ketua umum partai. Pertemuan ini diagendakan berlangsung setelah Jokowi balik dari Amerika. Sejak awal Pramono memang mendapat tugas memperbaiki komunikasi politik lembaga kepresidenan dengan lembaga lain, terutama partai politik. Pramono memiliki agenda Presiden Jokowi bertemu dengan para ketua umum secara periodik, setidaknya satu setengah bulan sekali. "Semoga saya bisa menjalankan tugas dari Presiden dengan baik," ujarnya.

Seorang pejabat yang dekat dengan Jokowi menyatakan Menteri Rini Soemarno punya pengaruh besar ketika Jokowi mengambil keputusan pada bidang ekonomi. Sesuatu yang telah diputuskan rapat tapi belum dituangkan dalam surat resmi, kata dia, bisa berubah setelah Rini bertemu dengan Presiden.

Jokowi mengatakan selalu mendengar masukan sebelum mengambil keputusan. Ia mempertimbangkan berbagai hal, termasuk data, hasil survei persepsi publik, bahkan perasaan. "Semua keputusan akhir tetap berada di tangan saya," ujarnya dalam wawancara dengan Tempo, Selasa pekan lalu.

Keputusannya juga untuk menugasi Luhut menangani bencana asap ketika ia melawat ke Amerika Serikat. Padahal, dalam pemerintahan sebelumnya, asap yang selalu menyelimuti berbagai daerah setiap tahun itu ditangani Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Luhut pun mengatakan, "Presiden maunya begitu, ya sudah, saya laksanakan."


Liputan Khusus 1 Tahun Pemerintahan Joko Widodo
Penanggung Jawab: Setri Yasra Pemimpin Proyek: Sunudyantoro Penyunting: Budi Setyarso, Idrus F. Shahab, Philipus Parera, Yandhrie Arvian, Y Tomi Aryanto, Widiarsi Agustina, Jajang Jamaludin Penulis: Sunudyantoro, Retno Sulistyowati, Anton Aprianto, I Wayan Agus Purnomo, Ananda Teresia, Faiz Nashrillah Redaktur Bahasa: Uu Suhardi, Iyan Bastian, Sapto Nugroho Periset Foto: Ratih Purnama Ningsih, Ijar Karim Desain: Djunaedi, Eko Punto Pambudi, Gatot Pandego, Kendra Paramita, Tri Watno Widodo Pengolah Foto: Hindrawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus