Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SURIAH
Rusia Lanjutkan Serangan
Sehari setelah mengubah kalkulasi politik di Timur Tengah dengan melibatkan diri langsung dalam perang saudara di Suriah, Rusia kembali melancarkan serangan di wilayah negara itu. "Angkatan Udara Rusia menggempur empat lagi fasilitas #ISIS di #Suriah malam ini," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia di Twitter yang dilengkapi video yang memperlihatkan ledakan besar.
Keterangan dalam pernyataan itu, seperti dilaporkan CNN pada Kamis pekan lalu, menyebutkan serangan dilakukan delapan jet SU-24 dan SU-25. Kementerian mengklaim serangan itu mengenai "staf teroris" ISIS dan sebuah gudang amunisi di dekat Idlib dan markas lain di Hama. Yang dimaksud dengan ISIS adalah kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah.
Meski ISIS disebut, hingga 24 jam setelah kampanye militer itu dilancarkan, belum jelas juga kelompok mana sebenarnya yang menjadi sasaran Rusia. Para pejabat Rusia memang berkeras mereka menyerang ISIS—kelompok yang sejauh ini dipandang sebagai teroris paling brutal dalam beberapa dasawarsa terakhir. "Atas permintaan pemerintah Suriah, kami membantu mereka memerangi ISIS dan kelompok teroris lain," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov
Para pejabat Amerika Serikat ragu terhadap hal itu. Mereka tak yakin ISIS aktif di area yang menjadi sasaran gempuran Rusia. Menteri Pertahanan Ashton B. Carter mengatakan Rabu pekan lalu bahwa serangan Rusia tampaknya tak mengenai sasaran yang dikuasai ISIS, yang sejauh ini hanya beroperasi di bagian utara dan timur Suriah.
AFGANISTAN
Rebutan Kontrol di Kunduz
Pasukan pemerintah Afganistan mengklaim berhasil menggoyahkan cengkeraman kelompok Taliban di Kunduz pada Kamis pekan lalu. Masuk ke pusat kota di bagian timur laut Afganistan ini, langkah pasukan itu merupakan bagian dari serangan yang didukung Amerika Serikat dan diharapkan bisa memperbaiki kepercayaan publik terhadap militer.
Pasukan khusus itu memulai operasi pada Rabu tengah malam, empat hari setelah Taliban menguasai Kunduz. Pada Kamis, sekitar pukul 4 pagi, Kementerian Dalam Negeri Afganistan menyatakan kota itu sudah kembali dikuasai pemerintah. "Kota ini sudah direbut pasukan khusus kami," kata Sediq Sediqqi, juru bicara Kementerian Dalam Negeri, seperti dikutip The Washington Post.
Belum bisa diperiksa kebenaran klaim itu. Dalam kenyataannya, pertempuran antara milisi Taliban dan pasukan pemerintah terus berlangsung. Menurut saksi mata, tembakan bisa datang dari rumah-rumah warga dan gang-gang.
Pejabat Afganistan lainnya tak lebih berhati-hati. "Bagian-bagian dari kota ini telah berada dalam kendali pemerintah berkat kerja sama rakyat," ujar ketua parlemen, Abdul Rauf Ibrahimi. "Pertempuran masih berlangsung. Tak ada air dan listrik, toko-toko ditutup, rumah sakit tak berfungsi."
Dalam sebuah pernyataan, Taliban mengakui kehilangan kendali atas sejumlah bagian kota dalam semalam. Tapi ada penjelasan susulan bahwa mereka telah memukul balik pasukan Afganistan.
PALESTINA
Ancaman Abbas di Markas PBB
Presiden Palestina Mahmud Abbas menuduh Israel menyabotase upaya Amerika Serikat untuk mewujudkan perdamaian negaranya dengan Israel. Dia mengatakan pada Rabu pekan lalu di sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa operasi keamanan Israel di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, bisa mengobarkan perang agama.
Dalam pidatonya sebelum pengibaran bendera Palestina itu, Abbas mengatakan Otoritas Palestina tak lagi menganggap terikat dengan perjanjian yang ditandatangani pada pertengahan 1990-an. Abbas menegaskan, perjanjian itu otomatis tak berlaku selama Israel mendukung permukiman warga Israel di Tepi Barat dan menolak membebaskan warga Palestina yang berada dalam tahanan.
"Anda semua tahu bahwa Israel merusak upaya yang dilakukan pemerintah Presiden Barack Obama pada tahun-tahun lalu, paling mutakhir upaya Menteri Luar Negeri John Kerry, yang tujuannya mencapai perjanjian damai melalui perundingan," kata Abbas, seperti dikutip Reuters.
Menanggapi hal itu, seorang pejabat senior pemerintah Amerika memastikan komitmen Abbas terhadap solusi dua negara, tujuan yang didukung Amerika. Tapi kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebutkan pidato Abbas "menyesatkan serta menimbulkan hasutan dan kekacauan di Timur Tengah".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo