Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rusia
Dekrit Larangan Impor Pertanian
Pemerintah Rusia mengeluarkan daftar produk pertanian asing yang dihentikan impornya untuk jangka waktu satu tahun ke depan. Kebijakan ini berlaku setelah Presiden Vladimir Putin menandatangani sebuah dekrit larangan impor pertanian dari negara-negara yang menerapkan sanksi terhadap Rusia atas krisis Ukraina.
"Ini bagian dari tindakan ekonomi khusus yang terpisah untuk menjamin keamanan Rusia. Dalam dekrit disebutkan tindakan itu diambil untuk melindungi kepentingan nasional Federasi Rusia," kata Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev, seperti dilansir kantor berita ITAR-TASS, Kamis dua pekan lalu.
Daftar produk pertanian impor yang dilarang adalah daging sapi, daging babi, daging unggas, ikan, kerang, sayur, buah, kacang, sosis, dan susu serta produk susu lainnya. Alkohol dari Uni Eropa dan Amerika Serikat tak tercakup dalam dekrit larangan impor Rusia.
Langkah balasan dari Rusia itu muncul dalam waktu satu minggu setelah Amerika dan Uni Eropa memberikan sanksi ekonomi kepada Moskow. Sanksi diterapkan karena Rusia dianggap mendukung kelompok separatis pro-Rusia di wilayah timur Ukraina, Donestk dan Luhansk.
Amerika Serikat
Obama Setujui Serang IS
Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyetujui serangan udara "dengan target tertentu" jika diperlukan untuk melindungi Irak dari serangan pasukan pemberontak yang ingin mengambil alih kota-kota di bagian utara negara itu. "Amerika Serikat tidak bisa menutup mata," katanya, seperti dilansir ABC News, Kamis dua pekan lalu.
Serangan udara Amerika direncanakan menyasar kelompok militan Negara Islam (Islamic State/IS), yang sebelumnya menamakan diri Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Menurut Obama, jika kelompok Negara Islam telah mencapai Erbil, Amerika akan langsung melancarkan serangan udara ke Irak, karena Amerika memiliki kedutaan dan staf di kota itu.
Serangan udara juga ditujukan untuk melindungi keluarga kaum Yazidi dari prosekusi kelompok Negara Islam di Pegunungan Sinjar. Di daerah terpencil bagian Irak utara yang dekat dengan perbatasan Suriah ini, sekitar 40 ribu kaum Yazidi terjebak tanpa makanan atau air.
Namun Obama mengaku tak akan membiarkan Amerika terseret ke dalam perang baru di Irak. Ia memastikan pasukan tempur Amerika tak akan kembali ke sana.
Turki
Erdogan Terpilih Menjadi Presiden
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan terpilih menjadi presiden dalam pemilihan umum pada Ahad dua pekan lalu. Dengan memperoleh lebih dari 50 persen suara, ia menjadi presiden pertama di negara itu yang dipilih langsung oleh rakyat.
"Hasil sementara menunjukkan Erdogan memiliki mayoritas suara sah. Kami telah menerima lebih dari 99 persen (suara)," kata Ketua Dewan Pemilihan Umum Sadi Guven dalam konferensi persnya di Ankara, seperti dilansir Al Jazeera, Senin pekan lalu.
Erdogan, yang dengan hasil itu memperpanjang kepemimpinannya sampai lima tahun ke depan, telah mendeklarasikan kemenangan di markas besar partainya, Partai Keadilan dan Pembangunan, di Ankara. "Pandangan politik, gaya hidup, keyakinan, dan etnis kita bisa berbeda, tapi kita adalah penerus negara ini. Saya akan merangkul 70 rakyat Turki sebagai presiden," katanya.
Dalam pernyataan singkat kepada wartawan di Istanbul, kandidat presiden lainnya, Ekmeleddin Ihsanoglu, mengucapkan selamat kepada Erdogan dan mendoakan kesuksesan bagi pemerintahan yang baru.
Kantor berita Anatolia melaporkan Erdogan memperoleh 52 persen suara, Ihsanoglu mendapatkan 38 persen, dan kandidat lainnya, Selahattin Demirtas, meraih 10 persen. Dalam kampanyenya, Erdogan, yang telah mendominasi politik Turki sejak 2002, berbicara mengenai perbaikan infrastruktur, kebijakan luar negeri, reformasi ekonomi, dan konstitusi baru dengan sistem pemerintahan presidensial.
Kubu penentang menuding terpilihnya Erdogan akan mendorong Turki ke arah otokrasi dan merusak norma-norma sekuler negara. Sebaliknya, kubu pendukung melihat Erdogan sebagai pemimpin karismatis yang akan mengubah Turki menjadi negara makmur dan dihormati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo