Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

2 Januari 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Filipina
Abu Sayyaf Sandera Warga Australia

Kelompok Abu Sayyaf meminta tebusan US$ 22.600 atau sekitar Rp 210 juta kepada keluarga Warren Rodwell, 53 tahun, petualang asal Australia. Rodwell diculik empat orang yang menyamar sebagai polisi dari rumahnya di satu desa dekat Ipil, Pulau Mindanao, pada 5 Desember lalu.

Kelompok yang dituding bertanggung jawab atas aksi-aksi terorisme itu mengirimkan foto kondisi Rodwell kepada istrinya, yang tinggal di Filipina, Miraflor Gutang, 27 tahun, pekan lalu. Mereka menyampaikan permintaan tebusan dalam bentuk tulisan.

Namun keluarga Rodwell menyatakan tak memiliki uang sebanyak itu. "Ada permintaan uang dari penculik, yang menuntut 1 juta peso sebagai tebusan awal, tapi mereka tidak mampu membayar uang tebusan," kata seorang pejabat keamanan Filipina, Rabu pekan lalu.

Filipina telah mengerahkan 2.000 tentara untuk mengejar para penculik. Pemerintah setempat pernah minta merundingkan pembebasan warga asing ini. Akhirnya, upaya pembebasan ditangani aparat keamanan.

Abu Sayyaf juga pernah menahan warga dari Amerika Serikat. Mereka membebaskannya setelah pihak keluarga memberikan uang tebusan. Selain menculik Rodwell, Abu Sayyaf menahan warga India, dua warga Malaysia, dan satu warga Jepang.

Israel
Aturan Ultraortodoks Yahudi Ditolak

Ratusan warga Israel menggelar unjuk rasa mengkritik kelompok ultraortodoks Yahudi di Beit Shemesh, sebelah barat Yerusalem, Selasa malam pekan lalu. "Hentikan Israel dari pemaksaan agama. Jangan sampai Israel menjadi seperti Iran," begitu tulisan spanduk para pengunjuk rasa.

Kelompok yang diprotes itu secara demonstratif berusaha membatasi gerak perempuan. Misalnya melarang wawancara dengan wanita di radio, melarang foto wanita di koran ataupun papan reklame, dan mengharuskan wanita duduk di bangku belakang saat naik bus.

Protes didorong sejumlah insiden, di antaranya pelecehan kelompok ultraortodoks itu terhadap Naama Margolese, anak perempuan berusia 8 tahun, ketika berangkat ke sekolah. Mereka meludahi dan menyebut si anak sebagai pelacur karena berpakaian "tak sopan". Naama kini selalu didampingi ibunya setiap kali berangkat ke sekolah.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pemisahan perempuan tidak bisa diterima. Fenomena itu bertentangan dengan tradisi Yahudi. Presiden Shimon Peres mendukung protes itu. "Seluruh bangsa harus bersama untuk menyelamatkan mayoritas dari tangan minoritas kecil," katanya.

Iran
Iran Ancam Larang Tanker Lewat Hormuz

Iran mengancam akan menghentikan semua perjalanan kapal pengangkut minyak yang melewati Selat Hormuz. Ancaman ini disampaikan pada Selasa pekan lalu setelah Uni Eropa, berdasarkan laporan pengawas Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa Iran sedang merancang bom atom, memutuskan memperketat sanksi terhadap negara pengekspor minyak terbesar kelima di dunia itu.

"Jika mereka (Barat) menjatuhkan sanksi terhadap ekspor minyak Iran, satu tetes pun minyak tidak dapat mengalir dari Selat Hormuz," kata Wakil Presiden Mohammad Reza Rahimi, seperti dikutip kantor berita resmi Iran, IRNA.

Sebagian besar minyak mentah yang diekspor dari Arab Saudi, Iran, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Irak, termasuk gas alam cair dari Qatar, diangkut melalui Selat Hormuz. Selat ini merupakan jalur pengiriman minyak selebar 4 mil antara Oman dan Iran. Pengiriman minyak mentah lewat selat ini biasa dikawal kapal perang Amerika Serikat.

Sebanyak 27 negara anggota Uni Eropa mengimpor 450 ribu barel minyak Iran per hari—sekitar 18 persen dari ekspor negara-negara Islam. Ekspor minyak Iran selebihnya bertujuan ke Cina dan India.

Berkaitan dengan ancaman Iran, para pejabat Uni Eropa menolak memberikan komentar.

Suriah
Peninjau Liga Arab Mulai Bertugas

Para peninjau Liga Arab tiba di Suriah pada Senin pekan lalu untuk memulai tugasnya: menentukan apakah pemerintah mematuhi rencana perdamaian yang telah disepakati. Peninjau ini dipimpin jenderal asal Sudan, Mohammed Ahmed Mostafa al-Dabi. Dijadwalkan, 150 orang peninjau akan masuk ke Suriah, 50 di antaranya datang di tahap awal dan dibagi dalam lima wilayah.

Tim akan menggunakan kendaraan milik pemerintah Suriah. Al-Dabi memastikan, agar independen, dalam menjalankan tugas, tim tak akan memberitahukan lebih dulu rencananya.

Yang akan diperiksa di antaranya penarikan pasukan dari kota-kota, pembebasan tahanan, dan dialog terbuka dengan kelompok oposisi. Presiden Suriah Bashar al-Assad sejauh ini menunjukkan kesediaan bekerja sama. Namun, kenyataannya, pemerintah masih membatasi kunjungan ke wilayah yang sensitif.

Pada Senin pekan lalu, kekerasan kembali terjadi antara tentara pemerintah dan kelompok oposisi. Sebelumnya, pada Jumat dua pekan lalu, terjadi bentrokan di Homs yang menewaskan 44 orang.

Mesir
Pengadilan Larang Tes Keperawanan

Pengadilan Mesir memerintahkan militer menghentikan tes keperawanan bagi tahanan perempuan. Militer memberlakukan tes ini sejak unjuk rasa marak menuntut pengembalian kekuasaan pemerintahan kepada sipil. Menurut laporan kelompok pemantau hak asasi manusia, sudah tujuh wanita yang menjalani tes ini.

Kecaman terhadap militer muncul tidak hanya karena adanya tes itu, tapi juga karena tentara menyeret, menginjak-injak, dan melepaskan pakaian pengunjuk rasa perempuan hingga setengah telanjang. "Ini adalah kasus bagi semua wanita Mesir, tidak hanya saya," kata Samira Ibrahim, 25 tahun, yang pernah ditangkap militer, Selasa pekan lalu.

Samira mengajukan dua gugatan, terhadap tes keperawanan dan kekerasan seksual. Dia satu-satunya perempuan yang mengeluh secara terbuka tentang praktek yang merupakan aib dalam masyarakat yang konservatif itu. Di Mahkamah Internasional pada Juni lalu, Dewan Militer yang berkuasa berdalih tes keperawanan dilakukan bagi tahanan perempuan untuk melindungi tentara dari tuduhan pemerkosaan dan sebagai bentuk ketertiban administrasi.

Dalam putusannya, tiga hakim mengatakan tes keperawanan merupakan pelanggaran hak dan pelecehan martabat perempuan.

Korea Utara
Kebijakan Kim Jong-un Belum Jelas

Sudah dipastikan, sepeninggal Kim Jong-il, putra bungsunyalah, Kim Jong-un, yang mewarisi kekuasaan di Korea Utara. Tapi sejauh ini belum jelas bagaimana arah kebijakannya dalam menjalankan kekuasaan itu.

Meski demikian, Jong-un diperkirakan akan meneruskan kebijakan ayahnya. Korea di bawah Kim Jong-il mengandalkan militer. "Ia akan meneruskan kebijakan ayahnya. Kebijakan militer adalah yang utama," penulis dan jurnalis Michael Breen berbicara kepada BBC saat pemakaman Kim Jong-il, Rabu pekan lalu.

Belum diketahui secara jelas kepiawaian Jong-un dalam mengendalikan Partai Pekerja, partai penyokong pemerintah, dan militer. Yang sudah bukan rahasia adalah Kim junior akan didampingi Jang Song-taek, pamannya, dalam masa transisi.

Rodong Sinmun, surat kabar utama milik Partai Pekerja, menyebut kebijakan Jong-un tak akan jauh dari sikap ayahnya. Menurut media itu, senjata nuklir dan teknologi rudal, warisan penting Jong-il, akan terus dikembangkan. "Berkat warisan itu, kita tidak khawatir tentang nasib diri kita dan keturunan saat berkabung nasional," tulis media itu.

Eko Ari (Sydney Morning Herald, CBC News, Reuters, AP, The New York Times)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus