Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

18 Juli 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INDIA
Mumbai Kembali Diserang

Ledakan bom mengguncang tiga tempat di Mumbai, India, Rabu malam pekan lalu, mengakibatkan sedikitnya 17 orang tewas dan 141 orang terluka. Ledakan terjadi sekitar pukul 19.00 waktu setempat, ketika kawasan itu dipenuhi para pekerja.

Perdana Menteri India Manmohan Singh menyerukan warga Mumbai tetap tenang dan bersatu. Belum ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu. Sedangkan Menteri Utama Negara Bagian Maharashtra, Prithviraj Chavan, yakin insiden ini "serangan terencana teroris" karena ledakan berlangsung hampir berbarengan di tiga lokasi sekaligus.

Salah satu ledakan dilaporkan terjadi di kawasan yang ramai di Zaveri, dekat Opera House, yang tengah disesaki pekerja. Ledakan berikutnya terjadi di selatan kota. Ledakan lain di Distrik Dadar di selatan Mumbai, yang menghantam sebuah halte bus.

Rangkaian ledakan ini bertepatan dengan hari ulang tahun Mohammad Ajmal Amir Qasab, satu-satunya anggota kelompok bersenjata yang selamat dalam serangan Mumbai 2008 yang menewaskan hampir 170 orang. Ketika itu, sepuluh teroris menyerang dua hotel mewah, satu pusat kegiatan Yahudi, dan stasiun kereta api yang ramai. India menuduh serangan dilakukan kelompok militan dari Pakistan.

RUSIA
Kapal Wisata Tenggelam

Sebuah kapal wisata Rusia bernama Bulgaria tenggelam di Sungai Volga dan menewaskan sedikitnya 128 orang pada Ahad pekan lalu. Penyebabnya diduga kelebihan penumpang. Menurut pejabat setempat, kapasitas kapal hanya 120 orang, termasuk awak kapal, tapi kapal nahas ini mengangkut 208 penumpang.

Pemerintah Rusia menyatakan berusaha mencari orang-orang yang masih hidup dalam kecelakaan tersebut. Sekitar 80 orang diselamatkan di bagian Sungai Volga yang lebar, di Tatarstan, sekitar 450 mil ke arah timur dari Moskow. Tim penyelamat juga menemukan 50 jenazah, kebanyakan anak-anak, di ruang rekreasi kapal.

Presiden Dmitry Medvedev mengatakan kapal wisata berusia 55 tahun yang tenggelam itu dalam kondisi tak layak. Bulgaria terperangkap dalam badai ketika berlayar dari Bolgary ke ibu kota Tatarstan, Kazan. Dalam hitungan menit, kapal wisata ini tenggelam di salah satu titik terluas sungai.

AFGANISTAN
Saudara Presiden Terbunuh

Ahmed Wali Karzai, saudara Presiden Afganistan Hamid Karzai, dibunuh di kediamannya di Kandahar, Selasa pekan lalu. Presiden Hamid Karzai, melalui Kepala Kepolisian Perbatasan Kandahar Jenderal Abdul Razaq, mengumumkan kematian saudaranya saat menyambut kunjungan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy di Kabul.

"Ahmed Wali Karzai tewas sekitar pukul 11.30," kata Abdul Razaq. "Dia dibunuh pengawal pribadinya di dalam rumah." Beberapa pejabat Afganistan menyatakan pembunuh Ahmed Karzai bernama Sardar Mohammed.

Taliban mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu dan mengatakan kejadian ini merupakan salah satu operasi mereka yang terbesar dan paling sukses. Namun pejabat negara-negara Barat mengatakan ada kemungkinan dia dibunuh karena menjadi bagian perang antarpemimpin suku atau antarpengedar narkoba.

SURIAH
Ledakan Pipa Gas

Sebuah bom telah merusak pipa gas alam di timur Suriah. Ledakan bom ini adalah serangan pertama pada industri minyak di negara yang menghadapi pemberontakan terhadap rezim sejak beberapa bulan lalu itu. Rami Abdul-Rahman, petugas Observatorium London yang berbasis di Suriah, mengatakan penduduk di timur Deir el-Zour menceritakan bahwa ledakan terjadi pada Selasa malam pekan lalu di daerah Tayanah, yang berbatasan dengan Irak.

Dia mengutuk serangan tersebut dan mengatakan protes nasional di Suriah sedang dalam keadaan damai. Stasiun TV propemerintah, Ikhbariyeh Souriyeh, mengatakan tidak ada korban dalam ledakan itu.

Suriah memproduksi sekitar 350 ribu barel minyak per hari serta gas alam. Ketika pipa itu terbakar, Suriah memproduksi minyak dan gas dengan pipa alternatif. Seorang pejabat di Kementerian Perminyakan mengatakan kemungkinan besar kebakaran disebabkan oleh kebocoran dalam pipa, yang dengan cepat meluas karena rumput kering di sekitarnya.

INGGRIS
Sidang Banding Assange

Julian Assange, pendiri WikiLeaks, menghadapi sidang banding di pengadilan London—setelah kalah di sidang sebelumnya—pada Selasa-Rabu pekan lalu. Pengacara Assange dalam sidang banding, Ben Emmerson, berusaha mencegah proses ekstradisi Assange ke Swedia. Assange dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap dua wanita Swedia yang juga sukarelawan WikiLeaks.

Dalam sidang kali ini, Emmerson memfokuskan pem­belaan terhadap alasan ­Assange tidak patut diekstradisi. Menurut dia, hubungan seksual yang terjadi dengan dua wanita itu karena kesepakatan dua pihak, sehingga Assange tidak bersalah dan tidak boleh diekstradisi. Emmerson menambahkan, Assange adalah korban sistem hukum yang tidak sama antara Inggris dan Swedia, yang punya prinsip berbeda dalam kasus pelecehan seksual.

Pengadilan Inggris yang menangani permintaan naik banding dari pelopor situs pembocor WikiLeaks itu memutuskan penangguhan vonis. Pada Februari lalu, pengadilan lokal menolak keberatan Assange terhadap deportasi. Jika kali ini Assange kembali kalah di pengadilan, ia masih bisa naik banding ke Mahkamah Agung Inggris.

JERMAN
Jet Pangeran Thailand Disita

Pemerintah Jerman menyita jet pribadi milik putra mahkota Thailand, Vajiralongkorn, karena sengketa utang yang belum dibayar Thailand sejak 20 tahun lalu. Menurut Jerman, Thailand menolak membayar tagihan yang jumlahnya lebih dari 30 juta euro itu. "Pesawat Boeing 737 disita berdasarkan perintah pengadilan dan tetap akan beroperasi," ujar juru bicara Bandar Udara Muenchen, Kamis pekan lalu.

Menteri Luar Negeri Thailand mengatakan penyitaan itu tidak masuk akal. "Pemerintah Thailand telah menyampaikan kepada mereka bahwa kami akan menyelesaikan masalah ini secepat mungkin," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Thani Thongphakdi.

Walter Schneider, administrator perusahaan konstruksi Jerman yang bangkrut, menyatakan langkah yang diambil pemerintah Jerman memang sedikit dramatis, tapi menjadi upaya terakhir untuk menagih utang Thailand. "Pemerintah Thailand selalu macet (membayar) dan tidak menanggapi tuntutan kami," ujar Schneider.

Nieke Indrietta, Cheta Nilawaty (BBC, The Guardian, Reuters, AFP, Jerusalem Post)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus