Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FILIPINA
Pemakaman Aquino
PULUHAN ribu orang datang ke Katedral Manila untuk memberikan penghormatan terakhir kepada mantan presiden Corazon ”Cory” Aquino. Jenazah ibu rumah tangga yang kemudian memimpin Gerakan Rakyat (People Power) pada 1986 ini dikubur bersebelahan dengan mendiang suaminya, Benigno ”Ninoy” Aquino Jr., yang dibunuh di bandar udara Manila pada 1983, sekembali dari pengasingan.
Cory Aquino, wanita pertama yang menjadi Presiden Filipina, harus berjuang melawan kanker usus besar sejak Maret 2008. Ia dinyatakan meninggal akibat sesak pernapasan pada usia 76 tahun, Sabtu dua pekan lalu. Presiden Filipina Gloria Macapagal-Arroyo langsung menyatakan negara berkabung selama 10 hari untuk menghormati Aquino, yang juga dikenal sebagai ikon demokrasi Filipina.
Aquino lahir dalam keluarga berkecukupan dan mendapat pendidikan di Amerika Serikat. Dia sama sekali tak tertarik terjun ke politik hingga suaminya tewas dibunuh. Meski tak memiliki pengalaman politik, Aquino memberanikan diri mengambil alih pimpinan pergerakan oposisi. Pada pemilihan umum 1986, ia menantang Marcos, yang didukung penuh Amerika Serikat di bawah Presiden Ronald Reagan. Kekuatan massa mengantar Aquino, yang selalu mengenakan baju berwarna kuning, sebagai presiden.
AMERIKA SERIKAT
Obama Akan Tumpas Al-Qaidah
PENASIHAT antiteror Presiden Amerika Serikat, John Brennan, menyatakan pemerintah Amerika akan segera mengalahkan Al-Qaidah. Ia juga menyebutkan Presiden Barack Obama memintanya mengambil langkah lebih agresif dalam menumpas jaringan terorisme. Menurut dia, Al-Qaidah sebenarnya sudah hancur, tapi masih gigih bertahan.
Strategi menumpas jaringan Al-Qaidah dengan melakukan serangan bertubi-tubi masih tetap akan dijalankan. ”Presiden Obama sama sekali tak mengada-ada untuk melakukan perang terhadap jaringan teroris ini,” ucap Brennan di Washington pekan lalu.
Menurut Brennan, salah satu strategi yang telah dijalankan dengan berhasil adalah mendesak Taliban keluar dari daerah permukiman di Afganistan. ”Ini membuktikan strategi yang kami terapkan membuahkan hasil,” ujarnya.
MALAYSIA
Demo Besar Anti-ISA
AKSI unjuk rasa menuntut penghapusan Internal Security Act (ISA) atau Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri—yang dapat menahan dan memenjarakan warga tanpa harus dibuktikan di pengadilan—merebak di Kuala Lumpur, Sabtu dua pekan lalu. Demonstran yang meneriakkan ”reformasi” dan berjumlah 20 ribu orang itu mencoba mendekati istana negara untuk menyerahkan petisi kepada raja.
Namun usaha mereka dihadang polisi antihuru-hara, yang bersenjatakan tongkat dan gas air mata. Akibatnya, banyak pengunjuk rasa yang lari pontang-panting dan bersembunyi di toko-toko agar tidak ditangkap. Kepala Polisi Kuala Lumpur Muhammad Sabtu Osman mengatakan 150 orang, yang diduga sebagai penggerak demonstrasi, diamankan. ”Polisi bertindak sangat brutal,” ujar pemimpin oposisi Anwar Ibrahim.
Perdana Menteri Najib Razak berjanji akan mempertimbangkan rencana mengamendemen ISA, yang telah diundangkan sejak 1960. Meski begitu, menurut sumber di pemerintah Malaysia, ISA sangat dibutuhkan untuk menjaga keamanan negara.
IRAN
Protes Pelantikan Ahmadinejad
PELANTIKAN Mahmud Ahmadinejad, 53 tahun, sebagai Presiden Iran untuk masa jabatan kedua pada Rabu pekan lalu diwarnai aksi unjuk rasa. Ratusan demonstran memadati jalan-jalan di Teheran di bawah pengawasan ketat polisi antihuru-hara. Ahmadinejad diambil sumpahnya di depan parlemen Iran, tapi beberapa kursi terlihat kosong.
Dalam pidatonya, Ahmadinejad berjanji akan membawa Iran menuju kondisi lebih baik dan mengajak semua komponen bersatu. Ia menyerang pihak yang mempertanyakan keabsahan pemilihan presiden 12 Juni lalu, yang dimenanginya dengan raihan suara lebih dari dua pertiga. Ia juga menyindir Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Italia, dan Jerman yang belum mengirimkan ucapan selamat kepadanya. Juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs, hanya berucap, ”Dia pemimpin terpilih.”
”Mereka mengatakan akan mengakui hasil pemilihan umum, tapi tak memberikan ucapan selamat,” kata Ahmadinejad. ”Ini berarti mereka ingin melihat demokrasi di Iran hanya untuk kepentingan mereka sendiri dan tak menghargai suara rakyat.”
PAKISTAN
Pemimpin Taliban Diduga Tewas
PEMIMPIN Taliban Pakistan, Baitullah Mehsud, diduga tewas dalam aksi serangan bertubi-tubi yang dilakukan pasukan Amerika Serikat pada Jumat pekan lalu. ”Informasi awal yang kami dapat menyebutkan Mehsud terbunuh, tapi kami masih mencoba melakukan klarifikasi di lapangan agar yakin 100 persen,” ujar Shah Mehmood Qureshi, Menteri Luar Negeri Pakistan.
Sebaliknya, Menteri Dalam Negeri Rehman Malik, seperti dikutip CNN, memastikan Mehsud telah tewas. Namun, kata dia, bukti-bukti nyata, seperti DNA, tetap dibutuhkan. Hingga akhir pekan lalu, Taliban belum mengeluarkan pernyataan resmi atas dugaan tewasnya pemimpin mereka.
Menurut seorang pejabat Pakistan, serangan yang berlangsung di Waziristan, wilayah selatan Pakistan, itu dilakukan berdasarkan data intelijen yang cukup akurat. Setelah gempuran dilancarkan, ”Jaringan Mehsud langsung menghilang,” ucap pejabat tersebut. Dalam serangan-serangan sebelumnya yang gagal, Mehsud langsung tampil menyatakan dirinya selamat.
SRI LANKA
Pemimpin Macan Tamil Ditahan
PASUKAN keamanan pemerintah Sri Lanka menahan pemimpin pemberontakan Macan Tamil pada Jumat pekan lalu. Juru bicara Menteri Pertahanan Sri Lanka, Lakshman Hulugalle, mengatakan Selvarasa Padmanathan saat ini berada dalam pengawasan ketat. Namun ia tak bersedia memerinci lebih jauh kondisi Padmanathan.
Sejauh ini, informasi yang beredar simpang-siur. Belum ada kejelasan apakah Padmanathan ditangkap di Malaysia, Singapura, atau Thailand. Namun Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva membantah Padmanathan berada di Negeri Gajah Putih.
Pasukan Sri Lanka berhasil menumpas pemberontak Macan Tamil tahun ini. Selama 25 tahun mereka mencoba membentuk negara Tamil sendiri. Sepanjang pertempuran, tak kurang dari 70 ribu orang tewas. Padmanathan menobatkan diri sebagai pemimpin Macan Tamil baru pada Juli lalu, meneruskan perjuangan Velupillai Prabhakaran, yang tewas dalam pertempuran.
Firman Atmakusuma (CNN, Guardian, New York Times, AFP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo