Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

MOMEN

22 Desember 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INDIA
Tersangka Baru Teror Mumbai

FAHIM Ansari dan Sabauddin ditetapkan sebagai tersangka baru teror Mumbai. Dua tersangka pemandu serangan teror itu didatangkan dari Negara Bagian Uttar Pradesh. Mereka ditangkap pada awal 2008 karena terkait dengan serangan kantor polisi Rampur. Ansari diduga memandu serangan Mumbai karena pernah mengumpulkan peta detail kota itu.

Mereka tiba di pengadilan Mumbai dengan kepala tertutup. Setelah mengakui semua identitas, keduanya dibawa ke kantor kepolisian Mumbai untuk diperiksa. Menurut polisi, Ansari merupakan anggota kelompok militan Pakistan, Lashkar e-Taiba, sedangkan Sabauddin adalah mitranya.

Komisioner polisi Mumbai, Deven Bharti, mengatakan mereka juga masih memeriksa satu-satunya teroris yang dapat ditangkap hidup-hidup, yakni Mohammad Ajmal Amir Qasab. ”Kami masih mencari apakah Ansari dan Sabauddin punya kontak lokal,” kata Deven, pekan lalu.

YUNANI
Athena Masih Lumpuh

PROTES yang dipicu penembakan terhadap Alexandros Grigoropoulos, 15 tahun, oleh polisi pada 6 Desember lalu terus meluas dan semakin rusuh. Lebih dari 10 ribu pelajar, mahasiswa, dan anggota serikat buruh berdemonstrasi di depan gedung parlemen Yunani. Bentrokan tak terhindarkan. Bandara Athena pun lumpuh setelah organisasi buruh bandara mogok.

Thessaloniki, kota terbesar kedua di Yunani, juga rusuh. ”Kami tak akan berhenti sekalipun Natal. Kami akan meneruskan perjuangan hingga tahun depan,” kata Stathis Anestis, juru bicara federasi serikat buruh GSEE. Mereka tak hanya memprotes soal penembakan tapi juga mengkritik ketidakmampuan pemerintah mengatasi krisis ekonomi dan kesenjangan ekonomi yang terus melebar.

Partai Sosialis, yang merupakan oposisi pemerintah, menilai Perdana Menteri Costas Karamanlis telah salah menangani krisis ekonomi. Mereka menuntut Costas lengser. Namun Costas menolak turun dari kekuasaan.

BRASIL
Amerika Didesak Cabut Embargo

TIGA puluh tiga pemimpin negara Amerika Latin dan Karibia mendesak Presiden AS terpilih, Barack H. Obama, mencabut embargo terhadap Kuba. Menurut mereka, 46 tahun embargo Kuba itu ”tak bisa diterima” dan berlawanan dengan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Namun suara mereka dalam soal pencabutan embargo Kuba ini sebenarnya tak sepenuhnya bulat. Presiden Bolivia Evo Morales bersuara lebih keras dan menghendaki pemerintah AS menetapkan tenggat kapan akan mencabut kebijakan itu. Dia juga mendesak negara-negara Amerika Latin menarik duta besarnya di Washington.

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva bersikap lebih lunak. Menurut Lula, Presiden Obama mesti diberi kesempatan terlebih dulu menyampaikan sikap politiknya terhadap negara Amerika Latin. ”Janganlah sepenuhnya menimpakan kesalahan kepada setan,” ujar Presiden Uruguay Tabare Vasquez, Rabu pekan lalu.

THAILAND
Abhisit Perdana Menteri Baru

PARLEMEN Thailand memilih Abhisit Vejjajiva, 44 tahun, sebagai perdana menteri. Dalam pemungutan suara pada Senin pekan lalu, Ketua Partai Demokrat ini meraih 235 suara, sedangkan pesaingnya, Pracha Promnok, kandidat Partai Pardin, hanya meraih 198 suara.

Abhisit berasal dari keluarga keturunan Cina Thailand kaya. Dia lahir di Newcastle, Inggris, pada 1964 dan mengenyam pendidikan di sekolah elite Eaton, lalu menyelesaikan program master ekonomi di Universitas Oxford. Ia bergabung dengan partai tertua Thailand, Demokrat, ketika berusia 27 tahun pada 1992.

Pada saat pemilihan pekan lalu, di luar gedung parlemen, sekitar 200 aktivis Front Persatuan Demokrasi Melawan Kediktatoran marah. Mereka menyebut tindakan parlemen itu ”kudeta diam-diam”. Kelompok berbaju merah ini adalah pendukung bekas perdana menteri Thaksin Shinawatra.

JEPANG
Misi di Irak Berakhir

SETELAH lima tahun bertugas, pasukan Jepang mengakhiri misinya di Irak. Perdana Menteri Jepang Taro Aso mengatakan dia senang tentara Jepang bisa menuntaskan tugasnya di Irak dengan aman dan tanpa insiden.

Aso juga memuji keluarga para tentara yang telah merelakan pasangannya berangkat ke Irak. ”Mereka adalah dua roda kereta yang saling mendukung,” ujarnya pekan lalu.

Keberadaan pasukan Jepang di Irak ini sempat mengundang kontroversi. Sebagian anggota parlemen dari partai berkuasa, Partai Demokratik Liberal, mendorong pemerintah lebih aktif terlibat dalam menjaga keamanan dunia. Tapi sebagian lagi menilai pengiriman pasukan ke Irak bertentangan dengan konstitusi Jepang.

ZIMBABWE
Korban Kolera 1.111 orang

WABAH kolera di Zimbabwe masih belum teratasi. Hingga Kamis pekan lalu, korban meninggal akibat kolera sudah 1.111 orang. PBB sudah menekankan ke pemerintah Zimbabwe perlu tindakan secepatnya untuk mengerem laju kolera.

Namun Presiden Zimbabwe Robert Mugabe tak kunjung bersepakat dengan oposisi, yang dipimpin Morgan Tsvangirai, tentang pembagian kekuasaan. ”Kami yakin, pembagian kekuasaan adalah kunci menyelamatkan hidup banyak orang,” kata Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Afrika, Jendayi Frazer. Berdasarkan perhitungan PBB, diperkirakan lebih dari 20.580 orang terkena kolera.

Pemimpin partai berkuasa di Afrika Selatan, Kongres Nasional Afrika, menolak penggunaan militer untuk menekan Mugabe. Dia lebih memilih jalur diplomasi.

AMERIKA
Deep Throat Meninggal

LAKI-LAKI sepuh yang dulu dikenal sebagai Deep Throat itu meninggal, Kamis pekan lalu, pada usia 95 tahun. Deep Throat memandu dua wartawan The Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein, mengungkap skandal Watergate yang menjungkalkan Presiden Richard Nixon pada 1974.

Deep Throat baru mengungkapkan identitasnya pada 2005. Ia tak lain W. Mark Felt Sr., yang pada saat skandal Watergate terjadi menjabat Wakil Direktur Biro Investigasi Federal (FBI). Menurut putrinya, Joan Felt, Mark sempat sarapan pagi dengan porsi besar. Setelah makan, dia mengaku lelah dan mengantuk. Mark tak pernah bangun lagi.

Pada mulanya, tak ada yang menganggap penting ”pencurian” di kantor Komite Nasional Partai Demokrat di kompleks perkantoran Watergate pada Juni 1972. Namun Woodward dan Bernstein, dibantu Mark Felt, mengaitkan peristiwa itu dengan Partai Republik dan Presiden Nixon. Skandal itu memaksa Nixon menjadi Presiden AS pertama yang mengundurkan diri.

Sapto Pradityo (BBC, AFP, AP, Reuters, Washington Post)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus